Chapter 3 : Crap! Im in love

293 8 2
                                    

Jangan lupa vote, like dan komennya 🫶🏻
***

Hugo memarkir mobilnya di tempat biasa, di depan gedung kantornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hugo memarkir mobilnya di tempat biasa, di depan gedung kantornya. Tapi pagi itu, meskipun rutinitas biasanya terasa otomatis, pikirannya jauh dari pekerjaannya. Begitu melangkah masuk ke lobi, pikirannya kembali melayang ke arah Baby. Kata-kata Baby tadi pagi masih terngiang di telinganya.

"Aku mau kita having fun."

Baginya, itu bukan sekadar ajakan iseng. Di balik nada santai Baby, Hugo tahu betul ada perasaan yang lebih dalam di sana, dan itu semakin membuat hatinya berat.

Dia sayang banget sama Baby—bukan hanya sebagai sahabat, tapi lebih dari itu. Dia tahu risikonya jika mereka terlibat dalam hubungan friends with benefits. Perasaan akan terlibat. Dan yang paling ditakutkan Hugo adalah merusak Baby—terlebih, Baby itu adiknya Jake.

Jake, sahabat Hugo sejak SMA, adalah salah satu orang yang paling berarti dalam hidupnya. Mereka sudah melalui banyak hal bersama, dan Jake selalu ada di sisinya, bahkan di masa-masa ketika Hugo dikenal sebagai playboy dengan reputasi buruk soal wanita. Jake selalu menutup mata, selama Hugo tidak mengganggu privasinya.

Tanpa sadar, Hugo teringat saat pertama kali bertemu Baby. Waktu itu, dia masih duduk di bangku SMA dan sering main ke rumah Jake sepulang sekolah. Suatu sore, ketika mereka sedang menonton pertandingan bola di ruang tengah, Hugo melihat sosok Baby untuk pertama kalinya. Baby saat itu baru kelas 3 SMP, duduk di lantai dengan rambut dikuncir kuda, sibuk dengan tugas sekolahnya.

Hugo ingat, tatapannya terpaku lebih lama dari yang seharusnya. Baby, meskipun lebih muda, sudah menunjukkan kecantikan alami yang menarik perhatian Hugo. Matanya yang besar dan senyumnya yang ceria membuat Hugo sedikit terpesona saat itu. Dia bahkan sempat berpikir untuk menggoda Baby, hanya untuk iseng.

Tapi sebelum Hugo bisa melangkah lebih jauh, Jake yang memperhatikannya dari samping langsung memberi peringatan, meskipun dengan nada bercanda.

"Adik gue polos, bro. Dia anak baik-baik, jangan jadi inceran lo ya."

Jake tertawa, menepuk bahu Hugo dengan ringan, tapi Hugo tahu di balik kata-kata itu, ada peringatan serius.

Jake tahu siapa Hugo—dia tahu reputasi sahabatnya yang dikenal playboy, dengan pacar di mana-mana, dan hubungannya yang tak pernah bertahan lama. Meskipun Jake dan Hugo sangat dekat, satu hal yang tak pernah ingin Jake pertaruhkan adalah keluarganya, terutama adik perempuannya.

Sejak saat itu, Hugo mengurungkan perasaanya dari Baby. Meskipun Baby semakin dewasa dan semakin menarik di mata Hugo, dia berusaha menganggapnya sebagai "adik sahabat"—tidak lebih. Namun, perasaan itu tak pernah benar-benar hilang. Seiring waktu, Baby tumbuh menjadi perempuan yang lucu, ceria, dan semakin sulit diabaikan.

Pikirannya kembali ke kenyataan saat ia sudah duduk di meja kerjanya. Tangannya bergerak membuka laptop, tapi fokusnya tersedot oleh kenangan-kenangan masa lalu. Ia tak bisa berhenti memikirkan betapa sulitnya situasi ini. Baby, yang selama ini ia anggap "adik sahabat," kini mengajaknya terlibat dalam sesuatu yang jauh lebih kompleks.

Bekerja hari itu terasa begitu berat. Setiap kali ia mencoba fokus, wajah Baby kembali muncul di benaknya. Rasa sayang yang selama ini ia pendam mulai muncul ke permukaan, dan kini, dia dihadapkan pada pilihan besar.

***

Jam makan siang tiba, tapi Hugo masih duduk di kursi kantornya, baru saja selesai meeting yang cukup melelahkan.

Biasanya, saat jam istirahat seperti ini, ia langsung mengecek ponselnya, entah untuk membalas pesan atau sekadar melihat notifikasi yang masuk. Saat ia menyalakan layarnya, pesan dari Baby muncul di bagian atas.

Pesan pertama membuatnya menarik napas dalam-dalam.

"Gimana? Mau kan fwb sama aku?"

Ia terdiam sesaat, menatap layar tanpa berkedip. Lalu, pesan berikutnya masuk, membuat dadanya berdesir.

"Kamu ga perlu takut, Jake ga akan tau."

"Aku percaya sama kamu, Hugo. Aku pengen aja punya fwb."

"Kamu juga larang aku pacaran, kan?"

Hugo mengerutkan kening, merasakan ada ketegangan yang mulai merambat di seluruh tubuhnya. Tapi pesan terakhir yang membuatnya benar-benar terpaku.

"Ya kalo kamu ga mau, aku bisa cari cowo lain."

Deg!

Hugo menatap pesan itu lebih lama dari yang seharusnya. Kata-kata cowo lain memicu sesuatu dalam dirinya—rasa cemburu yang tak bisa ia kendalikan. Sisi protektifnya tiba-tiba menyala. Baby? Cari cowok lain?

Tbc...

Unseen Love 🔞 [Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang