Chapter 16 : Sorry, i love you

183 5 0
                                    

Jangan lupa vote, like dan komennya 🫶🏻
***

Di bengkel Serdino di PIK, suasana cukup ramai dengan suara motor dan peralatan bengkel yang terus berbunyi. Logan, Jake, dan Jeno sedang berkumpul di sana, membicarakan masalah yang sedang menghantui pikiran Jake. Jake sedang membetulkan motornya, tangannya cekatan memutar kunci pas, matanya fokus pada roda motor yang sedikit bermasalah.

"Lo serius tuh Hugo suka sama Baby?" tanya Jeno sambil bersandar di dinding, memegang kaleng minuman.

Jake hanya mengangguk pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari motornya. Tangannya dengan gesit mengencangkan baut roda, gerakan yang sudah biasa ia lakukan.

"Padahal masih banyak cewek lain di luar sana," lanjut Jeno sambil menyeruput minumannya. "Lo ngga setuju karena Hugo playboy atau gimana?"

Jake terdiam sejenak, menarik napas panjang. Dia tahu Hugo memang punya reputasi sebagai playboy, tapi itu bukan satu-satunya alasan dia nggak suka dengan situasi ini.

Logan, yang duduk di kursi kecil sambil main-main dengan obeng di tangannya, menimpali,

"Kalau menurut gue sih, ngga ada yang salah sama Hugo. Apalagi gue dengar dia bakal nerusin bisnis bokapnya. Hidup Baby bisa terjamin kalau sama dia."

Jake menggeleng pelan, matanya masih fokus pada roda motor yang sedang ia benarkan. "Bukan itu masalahnya," jawab Jake akhirnya, suaranya berat. "Masalahnya kenapa harus Baby yang jadi target Hugo?"

Jeno yang tadinya bersandar, sekarang berdiri tegak, terlihat sedikit bingung. "Oh... jadi masalahnya bukan di Hugo, tapi di Baby ya?"

Jake hanya mengangguk.

"Gue ngga mau Baby terjebak dalam dunia Hugo yang rumit. Gue tau dia gimana."

"Hhhh... dan karena Hugo, rencana riding kita ke Puncak batal," sahut Logan sambil menyeringai. "Gue bilang apa, bahaya kalau Hugo udah beneran pakai perasaan. Susah lepas, coy."

"Makanya gue juga bilang, mending dia main-main aja sama cewe, gausah serius," Jake melanjutkan sambil membersihkan tangannya yang berlumuran oli.

***

Sementara itu, di sisi lain, di apartment, Baby dan Hugo duduk di atas kasur sambil makan makanan yang Hugo masak. Aroma makanan yang sedap memenuhi ruangan, dan Baby tersenyum puas setelah menyuap beberapa potong ke mulutnya.

"Enak juga masakan kamu," puji Baby sambil terus makan.

Hugo tersenyum, memandang Baby dengan tatapan yang lembut.

"Ya, khusus buat kamu aja," ucapnya sambil berkedip.

Setelah selesai makan, mereka berdua kembali berbaring di kasur, menonton TV yang sedang memutar film. Namun, tiba-tiba Hugo membuka pembicaraan, tatapannya lurus ke layar TV.

"We're just friends with benefits, right?" Hugo bertanya, suaranya datar tapi ada nada tanya yang tersembunyi.

"Iyalah," jawab Baby cepat, meskipun hatinya terasa sedikit berat. "No feeling at all."

Hugo mengangguk pelan, tapi matanya masih menatap Baby. "No feeling at all... yeah."

Baby hanya tersenyum tipis, lalu memeluk lengan Hugo erat. Tapi di dalam hatinya, ada sesuatu yang tak bisa ia ucapkan.

"I have feeling for you, kak Hugo..." ucap Baby dalam hati, berharap suatu hari dia bisa benar-benar mengatakannya.

" ucap Baby dalam hati, berharap suatu hari dia bisa benar-benar mengatakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unseen Love 🔞 [Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang