Jangan lupa vote, like dan komennya 🫶🏻
***Malam menjelang, dan Hugo merasa sedikit bersemangat. Hari itu ia berencana untuk bermain futsal dan nongkrong dengan Jake, sambil bersantai setelah seminggu kerja yang melelahkan.
Saat mobilnya meluncur ke arah rumah Baby, rasa cemasnya semakin menguat. Ia tahu, kali ini dia perlu berbicara langsung dengan Baby mengenai friends with benefits yang sempat mereka diskusikan.
Ini bukan sekadar permainan; ada banyak yang dipertaruhkan.
Sesampainya di rumah Baby, ia disambut oleh Helen, kakak tertua Baby yang selalu bersikap ramah padanya.
"Eh, Hugo! Jake lagi keluar sebentar, tunggu aja," ucap Helen sambil tersenyum.
"Baik, Kak. Gue tunggu di sini aja," jawab Hugo.
"Di kamar ada Baby tuh. Ke kamar Baby aja," kata Helen sambil melanjutkan aktifitasnya di dapur.
Hugo mengangguk dan mulai melangkah menuju tangga, hatinya berdebar-debar. Keluarga Baby sangat mempercayainya, dan itu membuatnya merasa nyaman, tetapi juga sedikit terbebani.
Ia tahu, jika sesuatu terjadi antara dia dan Baby, itu bukan hanya akan memengaruhi mereka berdua, tetapi juga hubungan mereka dengan Jake.
Ketika sampai di depan kamar Baby, Hugo mengetuk pintu pelan. "Baby, ada di dalam?"
Tidak ada jawaban. Ia mendengarkan sejenak, hanya suara air yang mengalir dari kamar mandi.
Tanpa berpikir panjang, ia membuka pintu dan masuk, duduk di tepi kasur Baby yang berwarna pastel. Aroma harum sabun dan lotion menyambutnya, membuatnya merasa seolah berada di tempat yang aman, meskipun perasaannya tidak setenang itu.
Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka, dan Baby melangkah keluar mengenakan kimono yang menutupi tubuhnya. Rambutnya masih basah, dan ekspresi terkejutnya saat melihat Hugo langsung memicu kepanikan di antara mereka.
"Eh! Hugo?!"
Baby terkejut, tangan kanannya refleks menutup kimono dengan rapat. "Kamu di sini?"
Hugo merasa pipinya memanas. "Maaf, aku... aku pikir kamu bukan lagi mandi."
Ia segera berbalik, memberi Baby ruang untuk bersalin baju. Jantungnya berdegup kencang, teringat ciuman mereka malam ulang tahun Baby dan diskusi yang belum tuntas tentang friends with benefits.
Sambil menunggu, Hugo merasakan ketegangan yang menggantung di udara. Dia berusaha menenangkan pikirannya, tetapi pikirannya tetap melayang kepada pesan-pesan tadi, dan keputusan yang harus ia ambil.
Sementara itu, suara Baby yang sedang bergerak di belakangnya membuatnya tidak bisa menahan diri untuk tidak mencuri pandang.
Baby terlihat lebih dewasa malam itu, bahkan dalam balutan kimono sederhana.
Hugo berusaha tidak memperhatikan terlalu lama, tetapi tidak bisa mengelak dari fakta bahwa wajah Baby memikatnya.
"Maaf ya, Hugo," suara Baby memecah keheningan. "Bukannya kamu mau main futsal sama Jake."
"Iya, aku emang mau futsal, tapi pengen ngobrol dulu sama kamu,"
Jawab Hugo, tanpa berbalik. Suara lembut Baby di belakangnya membuatnya sedikit lebih tenang.
Baby terdiam sejenak, lalu berkata,
"Let me guess, its about friends with benefits, ya?"Hugo mengangguk pelan.
Dengan perasaan campur aduk, ia berbalik perlahan, siap menghadapi apapun yang mungkin terjadi.
"Iya. Kamu butuh jawaban soal itu, kan?"
Setelah Baby selesai berganti baju, ia mengenakan gaun tidur yang menonjolkan pinggang rampingnya.
Ia melangkah menuju tempat duduk di samping Hugo, merasakan jantungnya berdegup kencang. Suasana di antara mereka terasa tegang, tetapi keduanya berusaha untuk terlihat santai.
Hugo menatap Baby, mencoba membaca ekspresi di wajahnya. Ia tahu bahwa ini adalah momen penting, tapi tidak ada yang berani mengucapkan apa yang sebenarnya mereka rasakan.
Dalam sekejap, Hugo akhirnya memecah keheningan.
"Kamu yakin mau fwb sama aku?" Tanya Hugo.
"Iya aku yakin." Jawab singkat Baby.
Hugo menghela napas pelan sebelum akhirnya bicara lagi, "Friends with benefits itu ngga gampang. Hal-hal seperti itu dilakukan ga boleh dengan rasa sayang, karena semua hanya kebutuhan fisik."
Baby mengangguk meski di dalam hatinya ada rasa takut yang menyelimuti.
Satu sisi dirinya penasaran, ingin merasakan apa yang bisa terjadi, sementara sisi lain merasa ragu akan konsekuensinya.
"Aku yakin, Hugo. Tapi... ada sedikit rasa takut, sih. Cuma aku penasaran."
Hugo menatap Baby dengan lembut. "Aku ngga akan maksa kamu untuk melakukan apapun, kecuali kamu yang mau dan kamu yang minta."
Suara Hugo tenang, berusaha menenangkan Baby, meski dalam hatinya, ia merasakan keraguan yang sama.
Tiba-tiba, dalam ketegangan itu, Baby meraih leher Hugo dan mencium tipis di kulitnya. Hugo merasakan sensasi hangat mengalir ke seluruh tubuhnya, membuatnya tidak bisa menahan diri. Ia membalas dengan mencium bibir Baby, mengalirkan semua perasaan yang selama ini ia pendam. Ciuman itu semakin dalam, seolah-olah mereka melupakan semua hal di luar ruangan—hanya ada mereka berdua.
Namun, saat suasana semakin intim, tiba-tiba suara ketukan pintu menginterupsi momen mereka.
Dug! Dug!
Baby dan Hugo langsung terkejut, saling menatap dengan mata lebar.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Unseen Love 🔞 [Haruto]
RomanceDia ingat hari terakhir mereka bertemu. Kata-kata Baby masih terekam jelas di benaknya. "Kita cuma FWB, Hugo. Jangan baper, ya." Kalimat sederhana itu menghantamnya lebih keras daripada apa pun. Hugo menelan perasaannya dalam-dalam, memilih untuk pe...