Jangan lupa vote, like dan komennya 🫶🏻
***Hugo dengan cepat menahan tangannya.
Dalam satu gerakan lembut, Hugo menarik Baby ke dalam pelukan dan tanpa peringatan, mencium bibirnya. Ciuman itu lembut namun penuh dengan kerinduan, seakan-akan Hugo ingin menyalurkan segala perasaannya yang terpendam selama ini.
Baby awalnya kaget dan mencoba menahan diri, tapi tubuhnya menyerah pada perasaan yang selama ini ia pendam. Tangannya perlahan meremas baju Hugo, dan meski otaknya masih ingin marah, hatinya tak bisa menyangkal betapa dia rindu akan sentuhan Hugo.
Hugo masih terus mencium bibir Baby dengan penuh kerinduan, "I miss you so much, my kompa," bisiknya di sela-sela ciuman.
Hugo kemudian menurunkan bibirnya ke leher Baby, mencium lembut hingga Baby mendesah pelan sambil menggigit bibirnya. Namun, ketika Hugo menarik Baby ke dalam mobil dan mereka berdua mulai berciuman dengan lebih panas, Baby tiba-tiba menepis tangan Hugo yang hendak menyentuh dadanya.
Baby menunduk, menahan diri, dan tiba-tiba air matanya mulai mengalir. Hugo segera berhenti, bingung dengan reaksi Baby.
"Kenapa sayang? Aku jahat banget sama kamu, ya?" tanya Hugo penuh rasa bersalah.
Hugo segera merapikan rambut Baby dengan lembut, lalu dengan penuh perhatian membantu merapikan pakaian Baby yang sempat berantakan. Dia menghela napas panjang, menahan keinginannya untuk melanjutkan momen itu.
"Aku minta maaf," bisik Hugo pelan, dengan nada penuh penyesalan.
Baby menatap mata Hugo dengan mata yang masih berair. "Aku udah nggak mau fwb lagi," ucap Baby, suaranya terdengar serak karena tangisannya yang tertahan.
Hugo terdiam sejenak, menatap Baby dengan serius. Pernyataan itu menusuk hatinya, membuatnya sadar bahwa hubungan mereka tak bisa lagi bersembunyi di balik istilah 'fwb.' Ada lebih dari sekadar hasrat fisik di antara mereka.
Hugo terdiam sesaat, memperhatikan wajah Baby dengan serius. Pernyataan Baby seolah menyadarkannya bahwa hubungan mereka telah melampaui batas yang dulu mereka sepakati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unseen Love 🔞 [Haruto]
Lãng mạnDia ingat hari terakhir mereka bertemu. Kata-kata Baby masih terekam jelas di benaknya. "Kita cuma FWB, Hugo. Jangan baper, ya." Kalimat sederhana itu menghantamnya lebih keras daripada apa pun. Hugo menelan perasaannya dalam-dalam, memilih untuk pe...