Bagian Tujuhbelas

7 1 0
                                    

Yuni dan Andi sudah hampir sampai ke rumah Rizky. Mereka tidak sadar kalau beberapa meter lalu sudah melewati rumah Kayla dan Hasbi.

Semenit setelah mereka lewat, Kayla dan Hasbi bersiap berangkat ke rumah sakit, tentu saja atas permintaan Om Hansen.

"Nih pakai helmnya." Titah Hasbi pada Kayla, kakaknya.

"Bi, malas sekali aku rasanya." Gerutu Kayla.

"Ya terus? Nggak jadi?" Tanya Hasbi.

"Jadi." Sahut Kayla malas.

"Ya sudah, ayo buruan naik." Titah Hasbi.

Kayla gegas naik ke motornya.

Kali ini motor milik Kayla sudah selesai diservice, mereka pergi ke rumah sakit menggunakan motor Kayla.

Seperti biasa, Hasbi melakukan motor dengan kecepatan sedang. Menembus jalanan yang ramai dengan hiruk pikuk kendaraan.

"Panas banget hari ini. Huft." Keluh Kayla.

"Nanti mampir beli es." Celetuk Hasbi.

"Boleh juga tuh, Bi." Balas Kayla antusias.

Yuni dan Andi tiba di pekarangan rumah Rizky. Suasana rumah nampak sepi. Semua pintu tertutup rapat. Tidak ada tanda-tanda aktivitas orang di rumah Rizky. Sekalipun sebatas sekelebat bayangan.

"Kok sepi Mbak?" Tanya Andi.

"Mbak juga nggak tau, Ndi kalau rumah Rizky ternyata sesepi ini." Jawab Yuni yang juga dilanda kebingungan.

"Apa mungkin calon mertuamu ada di rumah sakit semua kali Mbak." Ucap Andi.

"Mungkin." Sahut Yuni singkat.

Yuni mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam tas. Menekan sebuah nama di pencarian kontak.

'Kamu tahu keluarga Rizky kemana?'

TING!

'Rumah sakit, Diana melahirkan.'

"Diana sudah melahirkan?" Gumam Yuni.

Sementara Andi sibuk mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah Rizky, calon kakak iparnya.

"Luas, lumayan sejuk. Apalagi di dekat persawahan begini." Lirih Andi kagum.

"Ndi, kita ke rumah sakit sekarang." Titah Yuni selepas memasukan kembali benda pipih di tangannya ke dalam tas miliknya.

Andi menengok kagok, "Hah? Rumah sakit mana? Yang kemarin kamu cerita atau lain lagi?" Tanya Andi.

"Rumah sakit umum di dekat alun-alun kota. Diana melahirkan, kemungkinan dia dibawa ke rumah sakit khusus bersalin yang ada di dekat sini dan itu cuma ada di rumah sakit umum dekat alun-alun." Jelas Yuni.

Andi mengangguk paham, "Oke."

Andi menyalakan mesin motornya, tak lama Yuni naik ke atas boncengan. Keduanya meninggalkan pekarangan rumah Rizky tak lama setelah tiba di sana beberapa menit yang lalu.

***

Rumah Sakit Al-Shad, tempat Rizky dirawat.

Kayla dan Hasbi berjalan menyusuri koridor rumah sakit, mereka berjalan sungkan ke ruang rawat Rizky saat ini. Kebetulan Rizky sudah pindah ruangan.

Ada di ruang rawat Anggrek 2A.

"Pindah ruangan dari kapan dia ya, Kay?" Tanya Hasbi sembari berjalan.

"Entahlah, Om Hansen cuma ngasih tahu pindah ruangan doang. Nggak bilang dari kapan pindahnya, Bi." Jawab Kayla.

"Ya sudah, nggak penting juga kan?" Imbuh Habis.

Kayla mengangguk, "He'em."

Dari kejauhan, Kayla dan Hasbi sudah bisa melihat dua sosok yang sangat familiar bagi mereka. Tante Ika dan Om Hansen.

"Assalamu'alaikum, Om, Tante." Ucap Kayla sopan, mencium takzim tapak tangan Tante Ika dan Om Hansen.

"Assalamu'alaikum, Tan, Om." Tambah Hasbi mengikuti Kayla, mencium takzim tapak tangan dari Tante Ika dan Om Hansen bergantian.

Tante Ika dan Om Hansen menyambut hangat kedatangan keduanya.

"Kay, Bi, apa kabar sayang?" Tanya Tante Ika.

"Alhamdulillah, baik Tan. Tante sendiri gimana?" Balas Kayla.

"Alhamdulillah lumayan sehat, Kay." Ucap Tante Ika.

"Loh, memangnya Tante Ika sempat sakit?" Tanya Kayla khawatir.

Tante Ika menggeleng, "Iya, sayang. Dua hari yang lalu. Tapi, ini sudah mendingan kok."

"Syukurlah." Ucap Kayla.

"Kay." Panggil Om Hansen.

Kayla menoleh, duduk di samping Tante Ika.

"Iya, Om." Balas Kayak sopan dan lembut.

"Maaf kalau setelah ini, Om sama Tante ngerepotin kamu lagi, Kay." Ucap Om Hansen sendu.

Kayla sedikit bingung, mimik wajahnya sangat kentara sekali.

"Ada apa ini Om?" Tanya Kayla tak mengerti.

Om Hansen sempat melirik sekilas ke Tante Ika sebelum meneruskan kalimatnya.

"Rizky mengalami amnesia, Kay. Dan yang dia ingat hanya nama kamu. Kata Dokter, Rizky butuh kamu untuk proses penyembuhan dia ke depan. Apa kamu bersedia Kay?" Tanya Om Hansen sedikit ragu. Harap-harap cemas ia menanti jawaban dari Kayla.

"Om, aku..."

Belum selesai Kayla bicara, tiba-tiba saja datang Yuni yang menampar pipinya tanpa berbicara sepatah katapun terlebih dahulu.

Semua orang yang ada di ruang tunggu terkejut, termasuk Hasbi. Seketika ia bahkan melirik tajam ke arah Yuni. Ada kilatan amarah yang muncul di kedua mata Hasbi.

"Kau....?!"



BACKGROUND BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang