Jenita sudah tiba lebih dulu di rumahnya beberapa saat lalu. Kini Hasbi dan Kayla kembali meneruskan perjalanan mereka.
Lusa kedua orang tua mereka pulang dari luar kota. Malam ini dan besok malam mereka masih hanya berdua saja.
"Mau mampir dulu nggak?" Tanya Hasbi di tengah perjalanan mereka.
"Boleh, beli jajan ya. Lama banget nggak beli jajan aku, Bi." Jawab Kayla antusias.
"Oke!" Sahut Hasbi menyetujui keinginan Kayla membeli jajan.
Hasbi membelokkan arah motornya ke arah kanan, ke arah pasar malam yang malam ini hingga dua minggu ke depan digelar di desa sebelah mereka.
"Sebelah sini mas, sebelah sini." Seru beberapa pemuda yang menjaga tempat parkir memberi arahan.
Hasbi mengikuti arahan para pemuda tersebut, memarkirkan motornya di seberang toko atk yang tak jauh dari berdirinya beberapa wahana permainan.
"Ayo." Ajak Hasbi seusai turun dari motornya.
Kayla mengangguk, ia berjalan beriringan dengan Hasbi.
Keduanya memasuki area pasar malam. Banyak stand makanan streetfood tersaji. Begitujuga dengan berbagai macam wahana permainan, dari adu tangkas hingga uji adrenalin.
"Mau beli jajan apa?" Tanya Hasbi sembari menengok ke kanan dan ke kiri ia berjalan.
Kayla memperhatikan satu demi satu stand makanan yang ada di hadapannya. Berpikir dan menimbang mana yang harus ia pilih.
"Jangan lama-lama mikirnya. Sebentar lagi siap tutup ini pasar malamnya." Tukas Hasbi mengingatkan.
"Itu saja Bi." Kayla menunjuk ke stand aneka sosis yang disebelahnya juga berdiri stand berbagai jenis minuman kekinian.
Hasbi menuntun Kayla menyela kerumunan orang yang lalu lalang di sekitar mereka. Ia menggandeng tangan Kayla menuju stand makanan dan minuman yang ditunjuk oleh Kayak barusan.
***
Di lain tempat, di rumah Yuni. Orang tua Yuni sudah terlelap dalam tidur mereka. Sementara Yuni masih terjaga, malam ini Andi sedang pergi ke luar, pamitnya pergi berkumpul dengan teman tongkrongannya.
Pukul 22.15 WIB.
Yuni merebahkan tubuhnya di kasur lantai di depan ruang keluarga sembari menyetel channel tv pilihannya malam ini.
Kriettt
Muncul sosok Andi dari balik pintu. Yuni menoleh sekilas, lalu kembali fokus pada siaran yang sedang ia saksikan.
"Assalamu'alaikum." Ucap Andi.
"Wa'alaikumussalam." Sahut Yuni.
Andi melewati Yuni begitu saja, ia berjalan lurus langsung ke kamarnya.
"Besok antar Mbak ke rumah sakit."
Andi menoleh ke sumber suara, "Mau apa? Bikin keributan lagi? Nggak Mbak, maaf." Tolak Andi tegas.
"Mau ketemu Ibu." Ungkap Yuni datar.
Andi tak lagi menyahut, ia membuka pintu kamarnya, masuk dan gegas istirahat.
"Semoga saja kamu nggak berbuat aneh-aneh lagi, Mbak." Lirih Andi.
***
Rini dan Edi duduk dengan gelisah, mereka menunggui Rizky ditemani Hansen dan Ika.
"Mbak, saya dan Ika pamit pulang ya." Izin Hansen.
"Iya, Ceng. Terima kasih sudah menjaga Rizky beberapa hari ini." Balas Edi sungkan.
Hansen mengangguk, "Sama-sama, Kang."
"Pamit ya Mbak." Ucap Ika pada Rini.
"Hati-hati ya Ka, Ceng." Pesan Rini.
Keduanya mengangguk, "Permisi." Ucap keduanya kompak.
Rini dan Edi mengangguk bersamaan.
"Pak." Panggil Rini.
Edi menoleh, "Iya, Bu. Ada apa?"
"Kenapa ya Rizky cuma ingat sama Kayla? Kenapa yang dia ingat bukan Yuni, calon istrinya sendiri? Apa Bapak nggak merasa curiga dan aneh?" Tanya Rini heran.
Edi berpikir sejenak, ia lalu tersenyum.
"Mungkin ini yang namanya ikatan bathin antara Rizky dan Kayla, Bu." Jawab Edi sekenanya.
"Maksud Bapak apa?" Tanya Rini tak mengerti.
"Sudah, nanti Ibu juga tau sendiri." Kilah Edi, ia berdiri dari tempat duduknya, izin ke toilet pada Rini sebentar.
"Jangan lama-lama ya Pak. Ibu sendirian, takut." Ujar Rini berpesan.
Edi mengangguk paham, "Iya Bu." Sahutnya pendek.
Kini, Rini duduk seorang diri di depan ruang rawat Rizky. Pikirannya melayang ke sana kemari.
"Ini aneh, kenapa Rizky jadi begini. Kasihan Yuni, dia pasti sedih sekarang. Tapi, Bapak juga benar. Aku nggak bisa menyalahkan Kayla. Ini bukan salahnya dia, apa benar Rizky dan Kayla ada ikatan bathin?" Rini sibuk bermonolog.
![](https://img.wattpad.com/cover/374643201-288-k503349.jpg)