Bagian Enambelas

10 2 0
                                    

Om Hansen terdiam, ada keraguan juga di benaknya. Tante Ika tak kalah ragu, apalagi ia juga tahu yang terjadi belakangan ini.

"Coba kamu yang kasih tahu dia, bujuk dia supaya mau bantuin Rizky." Saran Tante Ika.

"Aku akan coba bujuk dia. Semoga dia mau." Ucap Om Hansen setuju dengan saran Tante Ika, istrinya.

Tante Ika mengangguk.

Keduanya masih setia menunggui Rizky di rumah sakit.

Sementara itu, adik Rizky masih dirawat juga karena mengalami pendarahan cukup banyak saat melahirkan putri keduanya.

Alhasil kedua orang tua Rizky tidak bisa datang ke rumah sakit tempat Rizky dirawat saat ini. Terlebih jarak antara kedua rumah sakit sangatlah jauh.

Om Hansen mengeluarkan benda pipih dari saku celananya. Dicarinya kontak atas nama Kayla.

'Hallo, Kayla. Sibuk nggak?'

'Nggak, Om. Ada apa ya?'

'Bisa tolong datang ke rumah sakit lagi nggak? Penting, Kay.'

Lama, tak ada sahutan.

'Kay? Gimana?'

'Memangnya ada apa lagi, Om?'

'Nanti Om kasih tahu kamu sekalian di sini.'

'Tolong, Kay. Datang ya, nanti Om dan Tante Ika akan jelasin semuanya ke kamu.'

'Ya sudah, nanti Kayla kesana sama Hasbi.'

'Iya, Kay. Terima kasih ya. Kamu memang keponakan Om dan Tante yang baik.'

'Sama-sama, Om.'

"Kayla mau datang kesini." Ujar Om Hansen pada Tante Ika.

"Tapi, belum tentu dia mau bantuin Rizky." Balas Tante Ika.

"Kita bujuk dia. Kayla anak baik kok, kita kenal dia dari kecil juga kan? Tahu dia seperti apa kan anaknya?" Ujar Om Hansen penuh percaya diri.

"Iya, aku tahu. Tapi, kali ini beda. Rizky itu sudah menyakiti hati Kayla. Sebaik apapun orang kalau hatinya sudah terlanjur sakit itu paling minimal dia nggak akan mau kenal kita lagi." Tukas Tante Ika.

Om Hansen menghembuskan nafas berat. Apa yang diucapkan Tante Ika ada benarnya.

***

Hasbi yang semula sedang fokus bermain game, tiba-tiba nyeletuk.

"Disuruh ke rumah sakit lagi? Ngapain?" Tanyanya sedikit tak suka.

"Entahlah, tapi kata Om Hansen penting." Jawab Kayla.

"Kamu mau datang ke rumah sakit?" Tanya Hasbi lagi.

Kayla mengangguk pasrah, "Ehm."

"Kapan?"

"Nanti malam saja. Aku mau tidur dulu sebentar, capek. Jangan lupa nanti bangunin kalau udah jam setengah lima." Ucap Kayla.

"Hemmm." Sahut Hasbi berdeham.

Kayla berjalan ke kamarnya, Hasbi menatap punggung Kayla lamat. Ada rasa cemburu yang tiba-tiba ia rasakan saat ini. Perasaan yang kian hari kian aneh, apalagi setiap kali Kayla harus disangkutpautkan dengan Rizky terus-menerus.

"Rizky lagi, Rizky lagi. Kapan orang-orang itu membiarkan kamu lepas dari Rizky?" Gumam Hasbi.

***

Sementara itu, Yuni meminta Andi, adiknya untuk mengantarnya ke rumah Rizky.

Andi yang sedang rebahan di lantai ruang keluarga sembari menonton televisi dibuat terkejut saat Yuni tiba-tiba mematikan televisi.

Andi menoleh, "Apaan sih mbak, main matiin-matiin gitu??" Tanyanya sedikit kesal.

"Antar mbak ke rumah Rizky." Pinta Yuni.

"Biasanya juga kesana sendiri, kan? Ngapain sekarang minta diantar segala?" Ujar Andi.

"Sekali saja, kenapa sih? Mbak lagi nggak mood nyetir motor sendiri. Ayo cepetan!" Titah Yuni sedikit memaksa.

Andi mendecak kesal, "Iyaaa!" Jawabnya.

Yuni duduk di sofa menunggu Andi berganti pakaian dan mengambil helmet.

"Ayo." Titah Andi sembari berjalan ke arah teras tanpa menoleh ke arah Yuni.

Yuni bangkit dari sofa, berjalan mengikuti Andi ke teras rumahnya.

"Naik." Titah Andi lagi setelah mesin motor miliknya dinyalakan.

Tak lama, motor melaju meninggalkan halaman rumah mereka.

***

"Kay, bangun, udah jam setengah lima." Ucap Hasbi lembut.

Hasbi menepuk bahu Kayla yang tertidur pulas di ranjangnya.

"Enghhhh..." Kayla melenguh.

"Bangun, Kay." Ulang Hasbi.

Kayla berusaha membuka kedua matanya dengan mengedip-edipkan mata indahnya. Kedua tangannya mengucek matanya yang masih mengantuk.

"Ayo buruan, bangunnnn." Hasbi tanpa aba-aba menarik paksa lengan Kayla, membangunkannya dari tidurnya.

"Iyaaa, tunggu aku mau ngumpulin nyawa dulu, Bi, astagaaaa.." Oceh Kayla.

"Udah ini ku bantu ngumpulin." Hasbi menciptakan air dari dalam gelas di atas nakas ke wajah Kayla.

"Aaa Hasbi,, ishhh basahhh..!" Pekik Kayla terkejut.

"Makanya cepet sana cuci muka." Ujar Hasbi santai, tak merasa bersalah.

"Ihhhh awas ya kamu, Bi... Nihh rasain nihhhh." Kayla membalas Hasbi dengan mencipratkan air yang sama ke wajah Hasbi.

"Ohh berani ya, kamu Kay."

"Hhhh berani dong, wlekkk."

Keduanya asyik main air dari gelas di atas nakas, hingga tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang melihat ke arah mereka diam-diam dari ambang pintu yang terbuka.

"Sampai kapan aku harus menyembunyikan fakta kalau kalian sebenarnya itu bukan saudara kandung?" Tanyanya dalam hati.


BACKGROUND BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang