Bagian Tigabelas

3 2 0
                                    

Kayla dan Hasbi saling pandang, keduanya bingung dengan perempuan paruh baya di depan mereka.

Ada juga sedikit rasa was-was yang hinggap di dalam diri Kayla dan Hasbi.

"Maaf, Ibu ini siapa sebenarnya? Kenapa Ibu bisa tahu nama kakak saya?" Tanya Hasbi.

"Saya...."

Belum sempat perempuan itu menjawab pertanyaan dari Hasbi, kedua orang tua Kayla dan Hasbi tiba-tiba menyela pembicaraan.

"Kay, ini tolong dibawa masuk ya. Taruh di kulkas. Bi, tolong bantu ayahmu membawa semangka itu. Kasihan, berat." Titah Mama.

Kayla dan Hasbi mengangguk patuh.

"Kamu ada urusan apa datang ke sini?" Bisik Mama, sesekali ia juga menoleh mengawasi sekitar.

"Mbak, saya hanya ingin bertemu dengan anak saya." Jawabnya.

"Anak? Anak yang mana? Anak yang kamu buang puluhan tahun silam di depan rumah suamiku?!" Tanya Mama ketus.

"Mbak, bagaimana pun juga dia tetap darah dagingku. Aku yang melahirkannya, Mbak." Ucapnya berusaha membela diri.

"Iya, aku tahu kamu memang Ibu kandung dari dia. Tapi, kamu juga yang sudah tega membuangnya begitu saja. Lupa kamu?!" Balas Mama tak suka.

"Mbak, saya tahu saya salah. Tapi, saya sangat merindukannya. Saya ingin memeluk dia sekali saja." Pintanya memelas.

"Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu mendekati apalagi menyentuhnya!" Tolak Mama tegas.

Ditengah perdebatan antara keduanya, Papa datang menyela mencoba menengahi dua perempuan yang sedang bersitegang di teras rumahnya.

"Ada apa i-ni....?" Papa terkejut melihat ada seseorang yang sangat ia kenal dan sudah lama menghilang ini tiba-tiba muncul di hadapannya lagi.

"Kamu?" Tanya Papa seolah tak percaya.

"Mas, iya ini saya. Saya datang ke sini karena saya ingin...."

Lagi, ucapannya dipotong oleh pasangan ini, oleh Mama dan Papa.

"Pergi dari sini. Jangan pernah datang menemui anak-anak saya lagi." Usir Papa.

"Tapi, mas..." Ia terus memohon.

Namun, Mama dan Papa tetap menolak keinginannya.

"Sekali lagi aku melihatmu datang ke rumah ini atau.. menemui anak-anakku, kamu akan terima akibatnya!" Tegas Mama.

"Ayo keluar, pergi dari rumahku." Titah Papa setengah berbisik.

"Kamu jangan lupa, puluhan tahun lalu di malam hari yang dingin, ditengah rintik gerimis, kamu sendiri yang terekam di cctv rumah Pak Andre meletakkan seorang bayi di depan rumah kami. Artinya apa? Kamu sendiri yang membuangnya, kamu yang ingin dia pergi dari hidupmu kan?" Ungkap Papa panjang lebar.

Sorot mata perempuan di hadapan Mama dan Papa seketika sendu, ia teringat saat dimana dirinya memang tega membuang darah dagingnya sendiri di depan rumah kedua orang di hadapannya saat ini.

Namun, rasa rindu yang ia rasakan saat ini juga bukan tanpa alasan. Ibu mana yang bisa selama itu jauh dari anak kandungnya sendiri jika bukan karena keadaan?

"Jangan buat kegaduhan di rumah kami, anak-anak kami sudah hidup dengan bahagia. Mereka juga sudah mulai menata masa depan mereka, jangan kamu ganggu dengan kedatanganmu ke hidup kami!"

"Ma, Pa..."

"Cepat pergi dari sini, aku tidak mau anak-anakku melihatmu masih di sini. Pergi!" Titah Mama.

Perempuan itu terpaksa meninggalkan rumah Kayla dan Hasbi, tangisnya masih pecah. Airmata terus menetes dari kedua sudut matanya. Kerinduannya pada sang anak tak bisa terbayar, mungkin beginilah nasib yang harus diterima olehnya akibat membuangnya puluhan tahun silam tanpa memikirkan kalau bertahun-tahun kemudian ia tak akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya.

"Ma, Pa. Hasbi nanyain tuh lauk yang tadi Mama dan Papa beli, mana yang untuk malam ini dan mana yang untuk besok pagi." Ucap Kayla.

"Kita masuk saja dulu ya, Kay. Biar Mama yang pisahkan lauknya. Yuk." Ajak Mama merangkul tubuh Kayla.

Sebersit tanya terlintas di benak Kayla,

"Perempuan tadi siapa ya? Kenapa tiba-tiba dia sudah tidak ada tadi? Apa mungkin dia sebenarnya teman Mama dan memang dia datang ke sini untuk bertemu dengan Mama? Hmm, mudah-mudahan sih iya." Gumam Kayla.

Esok paginya, Hasbi dan Kayla bersiap untuk berangkat kerja paruh waktu guna mengisi waktu selama libur panjang kali ini.

"Ma, kemarin ada tamu. Perempuan seusia Mama mungkin, dia sempat nanyain soal Kayla. Tapi, saat kami berdua nanya apa dia kenal dengan Kayla sebelumnya malah diam saja. Mama kenal dia?" Tanya Hasbi.

Mama tak langsung menyahut, dari mimik wajahnya, Mama nampak gugup.

"Ma? Mama kenapa?" Tanya Kayla khawatir.

"Nggak, Kay. Mama nggak apa-apa. Ya sudah, Mama lanjut cuci sayuran dulu ya." Kilah Mama meninggalkan Hasbi dan Kayla yang tengah melahap sisa sarapan mereka.

Hasbi dan Kayla saling pandang, keduanya merasa curiga dengan sikap Mama pagi ini.

"Bi, kamu lihat tadi kan? Mama gelagatnya aneh banget deh." Ucap Kayla setengah berbisik.

"Aku rasa Mama seperti sedang menyimpan rahasia dari kita, Kay. Tapi, apa ya?"




BACKGROUND BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang