Bagian 22

29 2 0
                                        

Kayla merebahkan dirinya di atas sofa ruang tv, memainkan game offline di ponselnya.

Matahari sudah mulai beranjak naik, hari ini kebetulan Kayla ada jatah libur dari tempatnya bekerja hingga dua hari ke depan. Kayla memakainya untuk rehat.

Kedua orang tuanya semalam sudah mengirim pesan padanya dan Hasbi, beberapa jam yang lalu.

'Kay, Mama dan Papa untuk beberapa hari ke depan menginap di rumah teman Mama dan Papa sewaktu sekolah dulu, kebetulan mereka ada acara dan kami diundang ke sana. Kalian jaga diri baik-baik ya di rumah.'

Kayla hari ini seorang diri di rumah, Hasbi dapat jam lembur dari tempatnya bekerja.

"Bosan juga ya ternyata sendirian di rumah nggak lakuin apapun, hm.. " Gumam Kayla.

Kayla bangkit dari sofa setelah beberapa saat merebahkan dirinya di sana dengan ponsel miliknya.

Kayla pergi ke ruang makan, mengambil beberapa camilan dari lemari dapur dan sebotol air dingin dari kulkas.

"Nonton tv saja kali ya, biar nggak bosan-bosan amat." Ucap Kayla bermonolog.

Kayla meraih remote dari atas meja, menekan tombol on/off, menggeser satu channel ke channel lain, sampai Kayla menemukan satu channel yang menurut Kayla acaranya lumayan menarik.

Satu jam berlalu, kebosanan itu kembali mengusik Kayla. Kayla mematikan tv, lalu bangkit dari sofa.

"Oh iya, mendingan aku ke rumah Jenita. Lama banget aku nggak ketemu sama dia."

Kayla tersenyum semringah, ia gegas ke kamarnya untuk bergantian pakaian.

Tak berselang lama, Kayla keluar dari kamar pribadinya. Kayla sudah berpenampilan serapih dan senyaman mungkin, ia meraih kunci motor miliknya dari gantungan kunci yang ada di dinding ruang tv.

Tak lupa Kayla mengunci pintu utama dulu, sebelum ia meninggalkan rumahnya ke rumah Jenita, temannya.

Dalam hitungan sepersekian detik saja, motor milik Kayla sudah meninggalkan pekarangan rumah tanpa jejak.

***

Di rumah sakit, Om Hansen dan Tante Ika masih setia menunggui Rizky yang belum ada tanda-tanda akan sadar dari komanya.

Namun, dokter berkata beberapa saat lalu bahwa kondisi Rizky berangsur membaik.

"Oh iya, menurut kamu perempuan yang bernama Yuni itu orangnya seperti apa?"

"Kenapa kamu tiba-tiba nanyain tentang dia?" Tanya Om Hansen pada Tante Ika.

"Ya, mau tau saja. Soalnya kemarin aku lihat dia seperti nggak suka ada Kayla di sini. Apa dia memang seperti itu sifat aslinya dia?"

"Entahlah, aku sendiri cuma bertemu dia beberapa kali saja. Nggak terlalu mau tau atau mencari tau juga tentang dia." Ungkap Om Hansen.

Dokter baru saja masuk untuk kembali memeriksa kondisi Rizky.

"Permisi, apa nona yang kemarin datang ke sini bisa dihubungi lagi?" Tanya Dokter tersebut pada Om Hansen dan Tante Ika selepas keluar dari ruangan Rizky.

"Saya bisa saja menghubungi dia sekarang juga Dok, tapi saya tidak bisa menjamin kalau dia akan datang ke rumah sakit secepat itu." Jawab Om Hansen menjelaskan.

"Memangnya ada apa ya Dok? Apa terjadi sesuatu dengan pasien?" Sela Tante Ika.

Dokter tersenyum, lalu menggeleng pelan.

"Justru ini kabar baik, Pak, Bu. Hanya saja pasien sepertinya sangat ingin bertemu dengan nona yang saat berkunjung ke sini." Jelas Dokter.

"Pasien sudah sadar, Dok?" Tanya Tante Ika penuh antusias.

"Sebentar lagi sepertinya iya, tapi itu tadi, pasien merindukan nona yang kemarin. Dia terus memanggil namanya. Sampaikan saja ke nona itu kalau pasien ingin bertemu, ada kemungkinan ingatan pasien memang saat ini stuck di nona itu, Pak, Bu. Jadi, kita harus bisa mengerti kondisinya dan mendukung proses pemulihannya dengan meminta bantuan nona itu untuk menemani pasien sampai dia benar-benar pulih." Ungkap Dokter panjang lebar.

"Baik, Dok. Akan saya bujuk dia untuk datang ke rumah sakit." Ucap Om Hansen.

Dokter mengangguk seraya tersenyum.

"Kalau begitu, saya permisi ya Pak, Bu." Pamit Dokter kepada keduanya.

Om Hansen dan Tante Ika mengangguk.

"Cepat hubungi Kayla, Sayang." Titah Tante Ika tak sabaran.

"Iya, ini aku juga mau kasih kabar ke dia sekaligus minta tolong ke dia, Sayang." Ucap Om Hansen seraya mengeluarkan benda pipih miliknya dari saku celananya.

***

Kayla tiba di rumah Jenita, sepi, pintunya masih tertutup. Kayla turun dari motornya.

"Assalamu'alaikum. Jenita." Ucap Kayla memberi salam.

Tokk tokkk tokkk

Kayla mengetik pintu hingga tiga kali, tak lama keluar sosok yang ditungguinya.

"Wa'alaikumussalam, Kaylaaaa!" Sambut Jenita dengan semringah.

Jenita menghambur memeluk tubuh Kayla.

"Kamu apa kabar, Kay? Lama banget kita nggak ketemu, oh iya, ponselku hilang aku nggak tau nomor wa kamu, maaf ya, Kay." Pungkas Jenita, ia mengajak Kayla masuk ke dalam rumahnya.

"Alhamdulillah aku baik, pantesan aku chat centang satu terus. Taunya ponsel kamu hilang toh." Balas Kayla.

"Nanti aku minta nomor wa kamu lagi ya." Imbuh Jenita.

Kayla mengangguk, "Itu kenapa bisa hilang? Kecopetan atau lupa ketinggalan?" Tanya Kayla penasaran.

"Sepertinya jatuh di jalan Kay, sewaktu aku pulang dari tempat kerjaku." Jelas Jenita.

"Innalillahi." Ucap Kayla.

"Nggak apa-apa, mungkin sudah waktunya aku ganti ponsel baru hhhiii." Ujar Jenita dengan santainya, ia terkekeh.

"Iya deh, iyaaa..."

"Kay, aku buatin minum dulu ya buat kamu. Panas banget gini pasti kamu haus kan hhhi sebentar ya." Jenita meminta Kayla untuk duduk di sofa ruang tamunya, ia sendiri pergi ke arah dapur.

Tinggggg!

'Kay, bisa datang ke rumah sakit nggak? Ada kabar penting tentang Rizky. Kata Dokter, dia butuh kamu. Kalau sekiranya kamu sempat, tolong datang ya Kay, segera. Maaf kalau Om dan Tante jadi merepotkan kamu terus. Om tunggu di rumah sakit ya, Kay.'

Kayla membaca isi pesan, dari Om Hansen.

"Lagi-lagi Rizky. Kenapa aku yang jadi repot begini? Yang mau jadi istrinya siapa kok yang harus bolak-balik ke rumah sakit buat jengukin dia malah aku yang bukan siapa-siapa dia lagi, hmm." Keluh Kayla merasa risih.

Jenita kembali dengan dua buah es kopi dan setoples camilan.

"Kenapa Kay, kok cemberut gitu mukanya?" Tanya Jenita yang peka dengan suasana hati Kayla saat ini.

"Rizky, Jen. Dia sekarang ada di rumah sakit, aku jadi harus bolak-balik jengukin terus ke rumah sakit. Padahal ada calon istrinya, eh ini malah aku terus yang dia cari-cari!" Jawab Kayla apa adanya.

"Kamu risih ya, Kay?" Tebak Jenita.

Kayla mengangguk, "Pastilah, Jen. Apalagi aku jadi harus berdebat sama perempuan itu terus akhir-akhir ini, menyebalkan pokoknya!"

Jenita meraih tangan Kayla, lalu tersenyum.

"Itu artinya di hati Rizky sebenarnya hanya ada nama kamu, Kay. Buktinya orang yang dia cari dan dia butuhkan disaat dia seperti saat ini kamu, bukan perempuan gatel itu. Iya kan? Terus kamu sendiri ke Rizky saat ini perasaannya gimana?" Tukas Jenita.

Kayla terdiam, ia tak segera menyahut.

"Kay? Apa kamu masih ada perasaan untuk Rizky? Atau sama sekali sudah nggak ada?"

"Kay?"

BACKGROUND BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang