Beberapa hari sudah berlalu, Hasbi dan Kayla bahkan sudah lupa kalau sebelumnya sempat ada perempuan paruh baya yang berkunjung ke rumah mereka sepulang dari menjenguk Rizky di rumah sakit.
Hari ini, Kayla sudah mulai bekerja lagi seperti biasanya. Begitu juga dengan Hasbi.
"Kay, nanti mau pulang bareng sekalian atau bagaimana?" Tanya Hasbi sembari memakai sepatu.
"Lihat nanti saja Bi, kalau sekiranya nggak ada bus yang lewat nanti aku telepon kamu."
Kebetulan motor milik Kayla sedang diservice, dua hari lalu sempat kehabisan oli. Biasalah perempuan.
"Oh ok, nanti kabari aku kalau memang nggak ada bus lagi." Balas Hasbi.
"Iya." Ucap Kayla singkat.
Keduanya berpamitan dengan Mama dan Papa mereka sebelum berangkat bekerja.
"Ma, Pa, berangkat dulu ya." Ucap Kayla dan Hasbi bergantian, mereka mencium takzim tangan keduanya.
"Iya, kalian hati-hati di jalan ya." Pesan Mama.
"Ingat loh Bi, jangan ngebut." Timpal Papa.
"Iya, Pa. Hasbi ingat kok." Sahut Hasbi.
"Ya sudah, sana berangkat. Keburu siang." Titah Mama.
"Iya, Ma." Jawab keduanya kompak.
***
Om Hansen duduk berdua dengan istrinya, Tante Ika di ruang tunggu rumah sakit, tepatnya di depan ruang rawat Rizky.
Sudah seminggu lebih Rizky dirawat di rumah sakit, belum juga ada tanda-tanda ia akan sadar dalam waktu dekat ini.
"Mas, kok aku nggak pernah lihat calon istri dari Rizky ya. Kemana dia?" Tanya Tante Ika.
"Sudahlah, biarin. Nggak usah nanyain orang yang nggak ada di sini." Jawab Om Hansen santai.
"Tapi kan aneh Mas. Masa calon suaminya lagi sakit dan belum sadar begini, dia malah nggak kelihatan batang hidungnya sih." Ucap Tante Ika heran.
"Biarin, Bun. Mungkin sibuk jualan." Balas Om Hansen.
"Aneh Mas tetap ih. Malah terakhir kali Bunda lihatnya Kayla sama Hasbi yang kesini lagi. Padahal kan Kayla sudah bukan pacarnya Rizky, tapi dia masih peduli dan perhatian tuh sama Rizky. Eh ini yang katanya mau jadi istrinya malah nggak pernah nongol." Oceh Tante Ika.
"Sudah Bun. Ini di rumah sakit loh, jangan ngomel-ngomel begitu." Tegur Om Hansen.
"Iya Mas, iya." Ucap Tante Ika patuh.
"Jelas saja dia nggak datang kesini, aku yang melarangnya." Ucap Om Hansen dalam hati.
***
Kayla dan Hasbi sampai di tempat kerja Kayla.
"Ingat, nanti kabari aku." Titah Hasbi.
Kayla mengangguk paham.
"Jangan cuma ngangguk-ngangguk saja, Kay. Kamu itu biasanya suka lupa." Pungkas Hasbi.
"Iyaaaa Hasbiiiiii...." Sahut Kayla.
"Ya sudah, aku tinggal dulu. Sana masuk." Titah Hasbi lagi.
"Ya kamu juga sana pergi, kenapa masih disitu?" Balas Kayla.
Hasbi memutar motornya, menyalakan kembali mesin motornya.
"Masuk sana, kamu masuk, aku pergi." Ujar Hasbi.
Kayla menurut, ia gegas masuk ke dalam tempat kerjanya. Sementara itu Hasbi juga gegas pergi dari pelataran tempat kerja Kayla.
Jarak tempuh antara tempat kerja Kayla dan Hasbi tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit saja.
***
Di rumah, Yuni sudah tiga hari ini libur berjualan. Pikirannya sedang kacau, hatinya juga sedang dilanda kegundahan.
"Rizky keadaannya sekarang bagaimana ya? Apa dia sudah sadar dari komanya? Atau belum. Apa perempuan itu datang ke rumah sakit lagi atau nggak ya? Aku mau jengukin kamu Ky, tapi aku bingung." Gumam Yuni.
Mimik wajahnya jelas sekali sedang gusar dan gelisah. Yuni takut Kayla datang ke rumah sakit lagi menemui Rizky, terpikir juga bagaimana kalau orang tua Rizky kembali membuka hati untuk Kayla. Karena bagaimanapun mereka tinggal satu desa dan keduanya pernah menjalin kasih, pasti juga sudah saling mengenal satu sama lain termasuk keluarga Rizky dan Kayla.
Yuni takut Rizky akan berpaling kembali ke Kayla, mantan kekasihnya.
"Aku nggak akan biarin perempuan itu terus deket-deket sama Rizky. Aku nggak akan biarin hal itu terjadi. Aku nggak boleh ngebiarin dia merebut perhatian Rizky dan keluarganya lagi. Nggak akan!" Janji Yuni.
"Tapi, apa yang harus ku lakuin buat mencegah hal itu terjadi?" Tanya Yuni pada dirinya sendiri.