Bagian Empat

15 4 0
                                    

Yuni mondar-mandir, sesekali memeriksa ponselnya. Membuka tutup aplikasi hijau miliknya.

Raut wajahnya nampak sedang gusar. Terlebih ketika Rizky bilang sedang dalam perjalanan ke rumahnya.

"Harusnya aku senang Rizky mau ke sini, tapi kenapa sekarang aku malah deg-degan." Gumamnya.

***
Beberapa kilometer lagi dari posisinya saat ini, Rizky akan segera tiba di rumah Yuni.

Tiba-tiba...

DARRRRR!

Motor yang dikendarai Rizky tertabrak oleh sebuah mini bus. Rizky terpelanting beberapa meter dari motornya, sementara mini bus yang menabrak Rizky hilang kendali dan menabrak trotoar jalan.

"Kecelakaan, kecelakaan. Ada kecelakaan!" Teriak beberapa orang di sekitar lokasi kejadian.

Dalam hitungan detik saja, orang berduyun-duyun menghampiri Rizky dan sopir mini bus yang sama-sama mengalami luka yang cukup parah.

"Telepon ambulans, sekarang. Cepat!" Titah seorang lelaki paruh baya bertubuh tambun dengan keras.

Seorang pria cungkring dengan kemeja hitam setelan celana bahan hitam senada menghubungi rumah sakit dan ambulans.

"Iya, sus. Ada dua korban, keduanya luka-luka, sama-sama cukup parah. Lokasinya ada di dekat pertigaan, sebelah kanan toko bangunan." Jelasnya dengan detail.

Tak berselang lama, sirine ambulans memecah kepanikan warga yang menjaga sopir mini bus dan Rizky di tempat keduanya bertabrakan dan terpental.

Warga tidak ada yang berani menyentuh keduanya, takut ada yang salah dan malah berakibat fatal.

"Permisi, Pak, Bu. Kami akan segera membawa keduanya ke rumah sakit terdekat. Tolong menepi sebentar, biar kami lebih mudah mengevakuasi keduanya." Ujar salah seorang petugas.

Warga mematuhi arahan dari petugas tersebut, mereka menepi untuk memberi ruang pada petugas dalam mengevakuasi Rizky dan sopir mini bus yang masih tergeletak di tempat yang sama.

***
Kurang lebih membutuhkan perjalanan 10 menitan dari lokasi kejadian, ambulans tersebut tiba juga di Rumah Sakit Al Shad. Tak terlalu jauh dari desa tempat Yuni tinggal.

Para petugas gegas membawa keduanya ke ruang operasi, melihat kondisi keduanya yang cukup parah.

"Sus, nanti tolong hubungi pihak keluarga dari masing-masing korban kecelakaan ini ya, ada barang-barang dari keduanya di dalam ambulansp, tas selempang dan ponsel." Titah seorang petugas bernama Larasati.

Sementara Ikhwan, Agus, dan Anggi membawa Rizky dan sopir mini bus ke ruang operasi.

"Iya, baik." Jawab Suster bernama Aulia.

Sesuai arahan dari Lestari, Aulia gegas memungut beberapa barang dari dalam ambulans, lalu mengamankannya di resepsionis.

Kemudian, Aulia mengotak-atik ponsel keduanya, mencoba mencari kontak paling sering dihubungi oleh keduanya.

"Oh ini." Ucapnya sesaat setelah berhasil menemukan kontak yang paling sering dihubungi oleh Rizky dan sopir mini bus.

***
"Kok Rizky belum sampai juga ya? Padahal biasanya kalau dia bilang mau ke sini nggak selama ini deh." Ucap Yuni memeriksa ponselnya, melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 13.50 wib. Sudah tiga jam berlalu dari terakhir kali Rizky bilang mau datang ke rumah.

"Coba dichat saja apa ya? Daripada jadi pertanyaan begini." Ide Yuni.

Yuni mengirim pesan singkat via chatt WhatsApp ke nomor Rizky.

'Ky? Di mana?'

'Tumben lama banget, mampir ke mana kamu, Ky?'

Yuni menunggu pesan balasan dari Rizky, sayangnya berlalu lima menit tak kunjung ada pesan balasan dari Rizky. Hal ini tentu membuat Yuni semakin tidak tenang.

'Ky? Di mana sih?'

'Rizky?'

Berulangkali Yuni mengirim pesan, namun tak ada satupun pesan yang dibalas oleh Rizky.

Yuni tidak tau kalau Rizky mengalami kecelakaan di pertigaan sebelum ke arah desanya.

***
Sementara itu, Kayla baru saja selesai mandi.

Sekitar pukul 14.25 wib. Kayla duduk di sofa ruang keluarga, menyetel tv mencari channel TV yang menyiarkan acara kesukaannya.

Apalagi kalau bukan serial kartun kesukaannya sejak mulai serial tersebut ditayangkan, Upin Ipin dan kawan-kawan.

"Akhirnya ada waktu juga buat nonton Upin Ipin." Ucap Kayla.

"Mbak, tuh hpmu loh bunyi terus." Ujar Hasbi dari arah dapur.

Kebetulan kamar Kayla dekat dengan dapur, jadi Hasbi bisa mendengar bunyi ponsel Kayla yang terus saja berdering.

"Biarin aja, Bi." Sahut Kayla santai.

"Daripada bunyi terus begitu, berisik banget tau. Mending diangkat, lihat siapa yang nelfon, siapa tau penting." Imbuh Hasbi.

Fuhh

Kayla menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembusnya perlahan.

"Angkat sana cepetan, berisik hpmu!" Titah Hasbi mengulangi.

"Iya iyaaaa." Pungkas Kayla, bangkit dari sofa berjalan ke kamarnya.

"Gitu kek dari tadi." Tandas Hasbi.

Kayla melengos meninggalkan Hasbi.

"Dihh, dasar." Cebik Hasbi.

Kayla meraih ponselnya, melihat siapa yang sedari tadi menjadi penyebab ponselnya terus berbunyi.

"Nomor nggak dikenal." Gumam Kayla, sesaat setelah mengecek ponsel miliknya.

Kayla hendak meletakkan kembali ponsel miliknya, namun diurungkan ketika ada pesan baru masuk ke aplikasi hijau miliknya.

'Kay, datang ke RS Al Shad ya. Jenguk Rizky.' Tulis pengirim pesan.

"Maaf Ky, bukan aku nggak mau buat jenguk kamu. Tapi, sekarang ini kita sudah bukan siapa-siapa lagi. Maaf." Ucap Kayla dalam hati.

***
Ada kalanya berhenti memberi,
Bukan karena menyimpan benci.
Terlambat sekali, hilang kendali.




BACKGROUND BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang