Bagian Tujuh

15 3 0
                                    

Kayla dan Hasbi berjalan menyusuri lorong rumah sakit, mengikuti kaki Om Hansen melangkah.

Sesekali keduanya berbisik-bisik, Hasbi yang biasanya tidak banyak bicara, mendadak hari ini banyak sekali kata demi kata yang keluar dari mulutnya.

Kayla menanggapi setiap ocehan dari Hasbi sekenanya. Sementara Om Hansen tidak ikut campur dalam pembicaraan dua kakak beradik ini. Ia memilih tetap fokus berjalan menuju ke ruang rawat Rizky.

"Aku yakin perempuan itu juga pasti nanti datang ke rumah sakit ini." Ucap Hasbi.

"Ya terus? Biarin lah, kan dia calon istrinya, dia yang memang seharusnya datang ke sini." Balas Kayla dingin.

"Dia pasti mengira kamu penyebab Rizky kecelakaan." Sambung Hasbi.

"Dih, aneh banget kalau dia sampai mikir sejauh itu." Tukas Kayla.

"Ya mana tahu kan, kalau tebakanku benar, kamu mau taruhan nggak?" Tiba-tiba saja Hasbi memberi tawaran taruhan pada Kayla, membuat Kayla sempat melirik tajam padanya.

Mendapat lirikan tajam dari Kayla, Hasbi masih sempat-sempatnya nyengir.

"Ssttt, diam sudah." Titah Kayla.

***

Yuni merasakan firasat tidak baik terjadi dengan Rizky, calon suaminya.

Berkali-kali dirinya menghubungi ponsel Rizky, namun tidak kunjung ada respon. Hal ini membuat Yuni semakin dilanda kekhawatiran. Yuni takut Rizky kenapa-kenapa di jalan.

Sempat bimbang, Yuni akhirnya memutuskan untuk pergi menyusul Rizky, ia mengeluarkan motornya dari dalam rumah, lalu melaju menuju jalan perbatasan antara Desanya dengan desa tetangga. Biasanya Rizky lewat jalan sana untuk mempersingkat waktu perjalanan.

"Semoga kamu nggak kenapa-kenapa ya, Rizky." Gumam Yuni khawatir.

Kurang lebih lima menit perjalanan, Yuni sampai di pasar dekat perbatasan desa Yuni dan desa tetangga. Yuni sempat berhenti sejenak saat dirinya mendengar kasak-kusuk warga bicara tentang kecelakaan di dekat pertigaan.

Yuni mematikan mesin motornya, lalu menepikannya di depan sebuah toko boneka.

"Kasihan sekali tadi keduanya, sama-sama parah sepertinya. Sama-sama pingsan begitu." Ujar seorang Bapak-bapak berpeci dan berpakaian Koko juga sarung, ia berbicara dengan dua kawannya yang lain. Satu pria tambun dan satu lainnya pria lebih tua, sudah beruban dan berpostur tubuh tinggi.

"Iya, aku rasa juga begitu. Keras sekali tadi suara benturannya." Balas si pria bertubuh tambun.

"Untungnya jalanan agak sepi tadi, jadi nggak menimbulkan kemacetan atau tabrakan beruntun." Timpal pria beruban.

Saat ketiga pria itu sudah berlalu dari lokasi, Yuni mencoba memastikan apa yang ia dengar barusan pada seorang penjual es teh jumbo yang ada di dekatnya menepi.

"Bu, permisi. Saya mau izin tanya, boleh?" Tanya Yuni.

Ibu itu mengangguk, "Boleh, Mbak."

"Tadi saya nggak sengaja dengar, katanya sempat ada kecelakaan di dekat pertigaan ini, kalau boleh tahu kecelakaan apa dengan apa dan ciri-cirinya seperti apa?"

"Oh iya, Mbak. Ada kecelakaan tadi di pertigaan depan sana. Motor dengan mini bus. Keduanya sudah dibawa ke rumah sakit dekat sini, kondisinya lumayan parah. Kalau yang motor tadi kalau nggak salah motor Vario merah, orangnya agak tinggi, kalau yang mini bus itu mobilnya warna hitam dari arah sana...." Ibu tersebut menjelaskan dengan detail setiap kejadian kepada Yuni.

Mendengar penuturan Ibu penjual es teh jumbo tersebut membuat Yuni langsung tertuju pada Rizky, ciri-ciri yang disebutkan mirip dengan Rizky. Mulai dari jenis motor, ciri-ciri orang yang mengendarai, sampai plat nomor motor yang Yuni ingat itu adalah plat nomor motor dari Rizky.

BACKGROUND BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang