Andi dan Yuni tiba di rumah. Yuni tak duduk sebentar di ruang tamu seperti biasanya, dia langsung nyelonong masuk ke kamarnya.
Andi tak mencegahnya sama sekali, dia tahu betul kalau saat ini Yuni sedang dikuasai amarah. Andi tak ingin menambahinya dengan pertanyaan atau ucapan yang semakin membuat Yuni, kakaknya marah dan juga kesal.
"Aku cuma bisa do'ain yang terbaik buat kamu, Mbak." Lirih Andi saat Yuni sudah melewati dirinya di teras.
"Aku itu sayang Mbak sama kamu, aku cuma pengen lihat kamu bahagia. Bukan justru begini, dibuat nggak tenang setiap harinya."
***
Rizky tak menyahut pertanyaan dari Edi, Bapaknya. Dirinya juga bingung sendiri, kenapa setiap kali melihat ada Yuni di hadapannya, Rizky seolah selalu ingin memarahi dan mengusirnya pergi.
"Lain kali, jangan begitu ya. Kasihan, dia sudah datang jauh-jauh ke sini masa selalu kamu marahi dan maki-maki. Dia itu anak perempuan loh, anak yang disayangi orang tuanya. Jangan begitu ya. Hargai dia." Ucap Edi memberi nasehat pada Rizky, putranya.
Edi menepuk pelan bahu Rizky, Edi berjalan melewati Rizky yang masih berdiri di teras.
Rizky menoleh sekilas ke arah Edi.
"Aku sendiri bingung, Pak. Kenapa aku begitu benci melihat Yuni. Rasanya setiap kali dia muncul di hadapanku, aku mau dia cepat-cepat pergi. Beda saat sebentar saja aku nggak ketemu Kayla, rasanya aku rindu, aku selalu mau Kayla yang ada di dekatku, bukan Yuni, Pak." Gumam Rizky.
"Yuni? Lagipula, aku nggak ingat siapa Yuni sebelumnya. Aku cuma ingat, kalau aku sama Kayla sudah merencanakan banyak hal, termasuk rencana untuk menikah."
***
Hasbi tidak berbicara sepatah katapun selama perjalanan pulang dari rumah mantan calon kakak iparnya, Rizky.
Kayla merasa ada yang aneh dengan Hasbi. Akan tetapi, Kayla juga enggan menanyakan apa yang sedang ada di dalam pikiran Hasbi.
Kayla justru terbang terbawa ke dalam konflik yang terjadi antara Yuni dan Rizky dalam beberapa waktu terakhir, sejak Rizky mengalami kecelakaan dan yang Rizky ingat hanya dirinya dan kenangan mereka berdua selama ini, bukan Yuni.
"Yaa Allah, sampai kapan terus begini? Hamba mohon berikanlah kesembuhan untuk hamba-Mu yang bernama Rizky Alfian, agar dia kembali ingat dengan calon istrinya, Yuni. Hamba merasa bersalah Yaa Allah. Hamba nggak mau jadi perempuan yang menyebabkan airmata perempuan lain menetes membasahi pipi apalagi sajadahnya di setiap dia selesai menunaikan kewajiban dia kepada-Mu." Ucap Kayla dalam hati.
"Yuni, sekali lagi aku minta maaf. Aku janji, setelah Rizky sembuh, aku akan pergi sejauh mungkin dari kehidupan Rizky. Cukup aku yang ngerasain sakit itu, kamu nggak perlu."
"Ini buka lagi soal karma, Yun. Tapi, waktu. Mungkin memang waktuku sama Rizky sudah habis kemarin. Aku yakin, nanti setelah Rizky sembuh, dia akan ingat semuanya tentang kamu dan tujuan keseriusan kalian dalam berhubungan."
"Tunggu aku bantu Rizky sembuh dulu ya Yun. Aku akan kembaliin dia ke kamu." Janji Kayla dengan penuh kesadaran.
Hasbi memarkirkan motornya di garasi. Dia sama sekali tak mengucapkan sepatah kata bahkan hingga keduanya mendaratkan kaki mereka di teras rumah.
"Ini, Hasbi kenapa sih? Dari tadi perasaan tumben banget diam. Tapi, aku juga lagi nggak ada energi buat nanya ke dia. Hm."
Hasbi hanya melirik Kayla sekilas, lalu dia melengos dan masuk begitu saja ke dalam rumah, melewati Kayla yang berdiri seraya menatapnya heran.
"Astaga, dinginnya tatapan anak ini." Desis Kayla spontan mendapat lirikan tajam dari Hasbi, adiknya.
"Jangan-jangan dia kesambet lagi?! Hish!"
![](https://img.wattpad.com/cover/374643201-288-k503349.jpg)