Dokter memberi kabar pada keluarga Rizky kalau Rizky sudah bisa dibawa pulang ke rumah. Tetapi sebelum itu, Dokter sempat memberitahu pada Edi dan Rini tentang kondisi Rizky dalam beberapa waktu ke depan setelah keluar dari rumah sakit.
"Pak, Bu, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya ya, Mas Rizky ini mengalami amnesia. Ada beberapa ingatan yang hilang dari memorinya. Ingatan Mas Rizky terhenti di Mbak Kayla dan semua yang mereka lalui. Pesan saya, jangan paksakan Mas Rizky ya. Biarkan semua berjalan seiring pemulihan kondisinya. Karena kalau dipaksakan akan memberi dampak yang tidak baik untuk Mas Rizky. Saya sarankan, biarkan Mbak Kayla yang mendampingi pemulihan Mas Rizky." Pesan Dokter pada Edi dan Rini beberapa saat sebelumnya.
Edi dan Rini berjalan menuju ruang rawat Rizky. Di dalam kamar sudah ada Hansen, Ika, Aris, Istri Aris, Dinda dan suaminya, juga Kayla, Jenita, Eza, dan Hasbi.
Mereka semua mendampingi Rizky sebelum dibawa pulang ke rumah sebentar lagi.
Krieettt
Edi dan Rini membuka pintu ruang rawat Rizky. Semua mata memandang ke arah keduanya. Terkecuali Kayla dan Hasbi.
"Bu, Pak. Gimana? Sudah bisa dibawa pulang sekarang kan?" Tanya Aris.
Edi mengangguk, "Sudah, Ris."
"Baiklah, kita bawa Rizky pulang sekarang saja ya?" Tukas Aris.
Semua setuju, Aris dan Hansen membantu memapah Rizky. Kayla mengapit lengan Jenita, Eza dan Hasbi berjalan di bagian paling belakang. Edi dan Rini sudah berjalan lebih dulu bersamaan dengan Dinda dan suaminya, Alim juga Ika, istri Hansen.
"Sudah beritahu yang lain kalau Rizky pulang hari ini dari rumah sakit?" Tanya Hasbi dengan nada bicara setengah berbisik pada Eza.
"Sudah, tadi baru saja aku kirim pesan ke Desta untuk memberitahu yang lainnya." Jawab Eza.
Hasbi manggut-manggut, "Oke, bagus."
Jenita, Kayla, Eza, dan Hasbi saling berboncengan. Sementara lainnya bergabung dengan Hansen dan Ika.
Mobil milik Hansen melesat lebih dulu, meninggalkan pelataran rumah sakit.
"Mau langsung pulang atau mau mampir dulu cari makan siang?" Tanya Eza pada ketiga temannya.
"Terserah cewek-cewek ini aku, Za." Jawab Hasbi datar.
"Gimana Jen, Kay? Mau mampir cari makan dulu atau ikut mereka langsung pulang ke rumah Rizky?" Ulang Eza memastikan.
"Makan saja dulu, lagipula kita juga bisa menemui Rizky nanti." Ujar Kayla santai.
Jenita mengangguk setuju dengan pernyataan Kayla barusan.
"Oke kalau gitu, kita cari makan dulu." Pungkas Eza.
"Bi, duluan." Tukas Eza.
"Lo duluan, Za. Gue belakangan." Tolak Hasbi. Bukan apa, Hasbi kurang paham perihal mencari kedai atau cafe yang recommended untuk dikunjungi.
"Oke dah. Kita berdua duluan. Kay, nyusul ya . Ayo Jen, naik, buruan." Eza menyalakan mesin motor miliknya, menitahkan Jenita segera naik ke atas jok motornya.
Sementara itu, Hasbi dan Kayla juga sudah siap untuk melesat, melaju meninggalkan pelataran rumah sakit Al Shad.
***
Di dalam mobil Hansen, keluarga Rizky sibuk dengan isi pikiran masing-masing.
Hanya sesekali mereka berbincang santai.Hansen fokus mengemudikan stir mobilnya.
Di kursi penumpang belakang kemudinya ada Edi, Rizky, dan Rini. Sementara di kursi paling belakang ada Aris, Dinda, dan Alim.
"Kenapa Kayla nggak ikut sama kita saja tadi?" Tanya Rizky.
Edi dan Rini saling pandang.
"Dia kan pulang sama adiknya, sudah nggak apa-apa Ky. Mungkin mau ada urusan dulu." Ujar Edi.
"Tapi,.."
"Sudah Ky, jangan terlalu dikekang. Nanti Kayla malah nggak nyaman sama kamu." Tegur Edi.
"Kamu jangan mikir macam-macam dulu, Mas. Lagipula Kayla bukan tipikal orang yang suka macam-macam juga kan. Kamu tenang saja." Timpal Dinda.
"Itu dengerin adik kamu." Tukas Edi.
Rizky tak menyahut.
Hansen menyimak pembicaraan Rizky dan keluarganya. Di dalam hati kecil Hansen, ia bersyukur dengan kejadian yang menimpa Rizky saat ini. Bukan apa-apa, tetapi dengan adanya kejadian seperti ini akan membuat mata hati Rizky dan keluarganya terbuka dan nantinya melihat juga menilai dengan baik seperti apa Kayla dan seperti apa Yuni.
"Om akan selalu do'akan yang terbaik untuk kamu, Kay. Om yakin, Rizky akan jauh lebih bahagia dan tenang hidupnya andai kelak dia menikahi kamu, bukan Yuni." Ucap Hansen dalam hati.
Ika tertidur, mungkin ia terlalu lelah.
"Aku belum pernah mengenal Kayla lebih jauh seperti halnya Mbak Yanti, tapi aku rasa Kayla memang anak yang baik dan tulus. Kalau nggak, Rizky nggak mungkin hanya ingat dengan Kayla. Bahkan untuk mengingat kami yang saudaranya sana ia harus nggak bisa. Mengingat masa kecil bersama Ibu dan Bapak saja nggak. Aku semakin yakin, kalau Kayla ini pasti dia memiliki kesan tersendiri di hati Rizky."
Ucap Alim bermonolog.Sejak ia tiba di rumah sakit, Alim hanya menyimak obrolan keluarga mertuanya. Alim sama sekali tidak ikut berkomentar dengan kondisi Rizky, kakak iparnya. Ia memilih diam, agar tidak salah bicara.
Tetapi kini, Alim sedikit banyak mulai mencerna setiap obrolan yang terjadi.
"Setiap orang itu punya masanya, kalau sampai seseorang terus teringat dengan orang entah A atau B, itu artinya mereka sempat memiliki moment yang indah dan memori itu abadi di ingatan dan hati dari masing-masing pelakunya. Disini jelas sekali kalau Mas Rizky dan Kayla bukan sebatas menjalin hubungan biasa. Mereka bukan sebatas dua orang yang saling mencintai biasa saja, pasti ada sesuatu yang membuat mereka berdua seolah terikat secara bathin. Ya, itu adalah kemungkinan terbesarnya!"
"Aku harus mencaritahu semuanya. Jujur aku sangat penasaran dan tertarik sekali sekarang." Ucap Alim dalam hati.