Kayla duduk di sofa bersama dengan Andi di ruang tamu. Sementara dari ruang tengah masih terdengar suara perdebatan antara Yuni, Rini, dan Rizky.
"Kalian sudah lama di sini?" Tanya Kayla setengah berbisik.
Andi menoleh, lalu mengangguk.
"Ehm."
"Kenapa?" Andi bertanya balik.
"Nggak apa-apa." Ujar Kayla.
"Kirain ada apa-apa."
"Nggak ada." Sanggah Kayla.
"Oke, oke."
***
Hasbi memutuskan keluar dari kamar, ia meraih jaket miliknya dari gantungan baju di balik pintu kamar.
Tak lupa, ia juga memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket sebelum menutup pintu kamar dan keluar menuju rumah Rizky.
"Mau kemana Bi?" Tanya Mamanya menghentikan sejenak langkah Hasbi.
"Keluar sebentar Ma."
"Iya, tau. Kemana?" Ulang Mamanya.
"Ke.. rumah teman." Ucap Hasbi berbohong.
"Yakin?" Tatapan Mamanya penuh selidik.
"Ke rumah Rizky, menjemput Kayla." Ujar Hasbi pada akhirnya, jujur.
"Memangnya Kayla sudah minta untuk dijemput?" Sambung Mamanya.
Hasbi menggeleng, "Belum."
"Ya terus? Kamu ngapain buru-buru mau menjemput Kayla?"
"Ehm.. itu Ma... Aku..." Hasbi terbata-bata. Mimik wajahnya nampak jelas kalau Hasbi gugup dan gelisah.
"Jangan buat kekacauan di sana ya." Ujar sang Mama sebelum berlalu ke kamarnya.
Hasbi tertegun, ia tak mengerti apa maksud dari ucapan Mamanya.
"Iya." Desis Hasbi.
"Maksudnya apa ya? Tapi, ya sudahlah."
Hasbi gegas berjalan keluar rumah, menyalakan mesin motornya.
Tak berselang lama, motor Hasbi sudah melesat meninggalkan pekarangan rumah.
"Aku harus pastikan Kayla di sana lagi apa dan ada siapa saja di rumah Rizky. Feelingku nggak enak." Gumam Hasbi dalam perjalanan menuju rumah Rizky.
Di rumah Mamanya menatap pigura foto keluarga kecil mereka, bulir bening menetes tiba-tiba dari kedua sudut mata tuanya.
"Semoga saja semua kemungkinan buruk yang ada di pikiran Mama dan Papa nggak terjadi. Mama dan Papa nggak mau kehilangan salah satu dari kalian."