73 - Cincin

320 48 7
                                    

Jimin menatap jendela kamar dari arah luar dengan raut cemas. Kemudian dia berjalan menuju kursi tunggu dan duduk disamping Hoseok dengan lesu.

"Gimana?" Tanya hoseok.

Jimin menggeleng lemah. "Belum sadar juga."

Helaan nafas berat keluar dari mulut mereka berdua. Daehi yang memberitahu jika Taehyung mengalami kecelakaan dan mengalami pendarahan cukup hebat pada kepalanya. Didalam ruangan ada Taehi-Eomma Taehyung, yang setia menemani sejak anaknya dipindahkan ke ruang rawat vvip.

Malam ini langit masih menumpahkan air hujan, bahkan tak ada hentinya sejak tadi sore. Seolah sedang merayakan perpisahan Taehyung dan Jungkook yang begitu menyedihkan.

"Kalo si Tae geger otak gimana?" Suara itu keluar dari mulut Hoseok.

"Mit amit! Lo kalo ngomong jangan sembarangan deh, kalo beneran terjadi lo mau tanggung jawab?!" Kali ini Jimin tidak suka lelucon dari sahabatnya itu.

"Ya kan siapa tau Jim. Kalo beneran geger otak, dia bakal lupa gak ya sama kita?" Ucap Hoseok heboh sendiri. "Tapi gak mungkin sih, kita kan sahabat forever yang tidak akan terpisahkan oleh gunung dan lautan. Jadi kalaupun si Tae geger otak, pasti dia masih inget sama gue yang mood booster abis."

Plak

Jimin memukul kepala Hoseok cukup keras sampai temannya itu mengaduh. "Kepala lo aja nih yang geger otak. Capek gue lama-lama punya temen modelan kayak lo, ngaco mulu kerjaannya. Inget, ucapan adalah doa."

Entah kenapa Jimin merasa risih mendengar ucapan Hoseok. Mungkin karena terlalu khawatir dengan kondisi Taehyung yang tak kunjung siuman sedari sore.

"Gue gak ngedoain Jim, gue cuma nebak aja. Kalo enggak alhamdulillah, kalo beneran ya musibah."

"Sama aja bego. Tebakan lo gak lucu!"

"Ih ya maaf kalo lo gak suka sama candaan gue." Hoseok merasa bersalah. "Gue kan niatnya mau ngehibur lo. Biar gak tegang-tegang amat."

Jimin mengusap wajahnya kasar, berdiri dan kembali berjalan menuju jendela kamar rawat. Disana, ia melihat Taehyung terbaring lemah dengan perban yang membalut kepalanya. Disamping ranjang, Taehi terus menggenggam tangan Putra sulungnya itu penuh harap.

Jimin memang slengean seperti Hoseok jika sedang menggoda Taehyung. Tapi sekarang dia benar-benar merasa khawatir. Takut sahabatnya kenapa-napa. Takut ucapan Hoseok menjadi nyata. Dan Jimin tidak siap itu.

"Saksi mata bilang kalo mobil Taehyung melaju dengan kecepatan tinggi,  dia hilang kendali sampe nabrak mobil yang ada didepannya. Dan dengan reflesk Taehyung banting stir ke kiri sampe nabrak pembatas jalan." Ucap Hoseok yang kini sudah berdiri disampingnya dengan tatapan ikut mengarah pada Taehyung.

Nada bicara Hoseok berubah menjadi serius. Membuat Jimin terpaku karena speechless. Seperti dua orang yang berbeda, Hoseok terlihat menyeramkan dengan kedua tangan dimasukan kedalam saku celana.

"Menurut gue sih tuh anak mabok." Lanjut Hoseok dengan wajah datar.

Jimin menggeleng tidak setuju. "Enggak.  Gue yakin dia gak mabok. Sore tadi dia masih sama gue ke Mall. Setelah gue pulang, gak nyampe satu jam om Daehi nelfon ngabarin kalo Taehyung kecelakaan."

Ya, Jimin memang pergi ke Mall karena Taehyung meminta untuk membatu mencarikan sesuatu barang.

"Ke Mall?" Hoseok melirik Jimin dengan tatapan tanya. "Gue gak di ajak?"

"Kata siapa gak ngajak? Bukannya elo yang gak mau ikut soalnya mau pdkt sama anak dosen."

"Ya lo gak bilang kalo mau ke mall."

Ugly rabbit - taekookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang