"Aku selalu memandang langit ketika aku lelah dengan dunia, memejamkan dan membayangkan aku terbang keatas sana sambil dibelai oleh angin yang berhembus dengan lembut. Dan kini aku sedang memejamkan mataku ke arah langit. Sungguh indahnya ciptaan mu ya Allah."batin Aisyah sembari duduk di kursi teras dengan memandangi langit-langit yang menurutnya sangat indah malam ini.
"Kenapa ngelamun disini sayang, kalau masuk angin terus sakit gimana, hm?" ucap Gus Zai membuat Aisyah sedikit terkejut
"Hei ini mas, jangan kaget dong.." ucap Gus Zai saat melihat istrinya terkejut
"Ya, abisnya mas tiba-tiba ada disini kan Ais kaget." ucap Aisyah yang masih sibuk menatap langit malam itu, sedikit membuat Zai kesal
"Memang lebih enak mandangin langit ya dari pada suaminya sendiri, lebih enak mandangin bintang-bintang itu dari pada bola mata suaminya" gerutu Zai dalam hati dengan ekspresi wajah yang sangat gemas
"Kamu kenapa mas? Kok ditekuk gitu mukanya, ngantuk?" tanya Aisyah saat tersadar ada apa dengan suaminya
"Liat aja terus langitnya, bintang-bintang nya, gapapa kok lebih enak liat itu kan dari pada suaminya sendiri" ucap Zai dengan membuang wajah kearah lain dan mengobrak-abrik rambutnya
mendengar itu, Aisyah tersenyum jahil, "Ciee, cemburu yaa?? Cemburu kok sama langit sama bintang sih! Alay tau nggak, Hahaha" pekik Aisyah
Melihat istrinya tertawa terbahak-bahak, membuat nya semakin kesal.
"Udah, cukup Aisyah."kata Zai membuat Aisyah langsung mengatupkan bibirnya dan menundukkan kepalanya, bukan karena bentakkannya, namun karena Zai memanggilnya dengan sebutan nama 'Aisyah' bukan panggilan seperti biasanya, dan jika seperti ini sudah dipastikan keduanya sama-sama marah.
"Hei, mas nggak bermaksud bentak kamu sayang.."ucap Zai saat sadar ia sudah membentak istrinya
"Mas bentak aku, mas udah nggak sayang aku lagi ya?!" ucap Aisyah tanpa melihat kearah Zai
"Kamu bicara sama mas, atau sama tanaman disamping kamu, hm?" tanya Zai..
"Ish! Tau'ah mas. Mending Aisyah tidur" ucap Aisyah lantas hendak meninggalkan Zai, namun ditahan oleh Zai dan Aisyah duduk dipangkuan Zai.
"Maaf sayang.. Mas minta maaf ya.. Habisnya kamu tadi ketawa nya terlalu kencang sayang, mas nggak suka, suara perempuan itu aurat, dan mas nggak rela kalau aurat kamu didengar oleh sembarangan orang, kecuali mas." ujar Zai
"Buka dulu cadarnya, mas mau lihat wajah cantik istriku" ucap Zai, dan Aisyah menurut
"Tuh, udah keluar ingus aja" goda Zai saat melihat cadar Aisyah sedikit basah, sudah dipastikan kalau Aisyah menangis
"Maaf ya sayang? Maafin mas ya, mas salah, mas tadi kelepasan"
"Dengerin mas. Kamu itu perhiasan bagi mas, jantung hati mas, jiwa raga mas sayang, dan semua yang ada di kamu itu milik mas, mas nggak suka berbagi milik mas sama siapapun, inget itu" ujar Zai
"Udah? Ais mau tidur, bukan butuh gombalan" bohong besar kalau Aisyah tidak salting, ia hanya berusaha menutupi wajah salting nya saat ini dengan mengalihkan nya ke arah lain
"Kalau salting nggak usah ditutup in,udah keliatan kalo salting, tuh pipinya jadi warna pink" goda Zai
"Apasih, orang aku tadi pake blush on ini bukan salting ya" elak Aisyah
"Keliatan banget boong nya"
"Nggak, orang aku nggak boong"
"Udah ah mas, nggak bisa aku kamu godain terus" lelah Aisyah mengumpat rasa salting nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Zai Untuk Aisyah(ON GOING)
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA!! Kisah kehidupan seorang Aisyah Putri Zabrina, yang tak pernah merasakan kasih sayang dari orang tua kandung. Ia hidup dengan Pakdhe dan Budhe nya, yang sudah merawatnya sedari kecil sejak kedua orang tua nya meninggal dunia. ...