58🐱

4.4K 357 80
                                    

"Gue temennya Edric" ucap Angga.

Saat Angga menyebut nama Edric, Naya baru dengan samar mengingat. Ternyata temennya kak Leon.

"Oh iya, halo kak" sapa Naya, ramah.

"Lo apa kabar?" tanya Angga, basa basi.

"Baik kok kak" jawab Naya seadanya. Mereka duduk di bangku taman.

"Syukur deh, lo kemana aja? nggak pernah keliatan".

"Aku pindah ke Negara D kak, lanjut pendidikannya di sana sampai selesai".

"Oh, tapi lo pindahnya cepet juga ya".

"Iya, emang udah di rencanain sih, makanya pindahnya cepet".

"Gimana lo nya? udah punya pasangan baru?".

Naya sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan Angga. "Belum kak, masih mau ngejar karir dulu".

"Maaf ya Nay" ucap Angga, tiba-tiba.

"Ehh, maaf kenapa kak?".

"Waktu lo masih di SMA Alexander, gue ama temen-temen gue yang lainnya pernah nyakitin lo" sesal Angga.

"Nggak apa-apa kok kak, aku juga udah lupa. Lagian masa remaja kan emang masih masa-masa labil, jadi wajar aja sih".

Ini yang membuat Angga merasa bersalah, Naya terlalu baik dan dengan cepat memaafkan. Padahal kalau di ingat dengan benar, bosnya udah bohongin perasaan Naya dan dia sebagai teman malah mendukung hal jahat itu.

"Edric nyariin lo, dia nyesel pernah nyakitin lo" ucap Angga, berubah menjadi serius.

Naya tidak mengerti, mengapa tiba-tiba Angga membahas Edric? Lagian mereka sudah putus, dan waktunya sudah sangat lama. Untuk apa mencarinya? pikir Naya.

"Edric cinta sama lo Nay".

Naya tidak menanggapi ucapan Angga. Angga yang melihat keterdiamannya Naya, merasa tak nyaman. Sepertinya ia terlalu ikut campur dalam masalah hati kedua insan itu.

"Lupain aja, bukan ranah gue buat ngomong terlalu banyak. Tapi gue cuman pengen lo tau, kalau bos cinta banget ama lo".

"Cinta setelah kehilangan bukan cinta namanya, tapi penyesalan" ucap Naya, lalu ia bangkit dari bangku taman.

Angga tertegun mendengar ucapan Naya.

"Aku masih ada urusan, aku duluan kak" pamit Naya, ia tidak menunggu balasan dari Angga dan langsung meninggalkan taman.

Angga menatap kepergian Naya, ia senang tapi juga sedih. Senang karena dengan kehadiran Naya bisa membantu kondisi sahabatnya, tapi juga sedih karena Naya sepertinya tidak peduli lagi pada sahabatnya.

"Bos, kali ini lo harus bener-bener berjuang" gumam Angga.

🐱🐱🐱

"Dari mana dek?" tanya Adam, ia baru saja turun dari lantai 2.

Ia melihat Naya yang baru saja memasuki mansion. "Jalan-jalan kak" jawab Naya, tersenyum.

"Sendirian?" tanya Adam lagi.

"Iya kak. Hai kitty" Naya menghampiri kucing kesayangannya, yang sebenarnya sistem. Ia menggendongnya dan duduk di sofa.

"Kenapa nggak ngajak kakak buat nemenin?" ucap Adam, lembut.

"Nggak apa-apa kok kak, lagian tadi kakak nggak ada di rumah. Udah izin juga sama mama tadi" ucap Naya.

"Jalan-jalan kemana aja kamu?".

"Ke mall bentar, keliling-keliling aja sih. Terus duduk bentar di taman".

"Hening banget jalan-jalannya" sahut Leon, yang baru saja datang.

"Kakak udah dateng?" ucap Naya pada Leon.

"Dari mana aja?" tanya Adam.

"Biasa, ngumpul ama temen" jawab Leon, seadanya.

Naya mengernyitkan keningnya. "Temen kakak, ada yang namanya Angga nggak?" tanya Naya, tiba-tiba.

Leon tertegun sejenak. "Ada, kenapa emangnya?".

"Tadi aku ketemu ama temen kakak yang namanya Angga itu" jawab Naya.

Leon sedikit terkejut, namun ia segera mengendalikan raut wajahnya. "Oh ya? dimana kamu ketemunya?".

"Di taman, dia tiba-tiba aja nyamperin aku".

"Kamu kenal dia?" tanya Leon, gugup.

"Kayaknya sih kenal, tapi kan udah lama banget. Aku sekolah di Alexander school aja, singkat banget".

"Wajar sih kalau kamu lupa".

"Iya, tadi dia ngebahas kak Edric".

Seketika rahang Leon dan Adam mengeras, Edric adalah hal tabu yang tidak boleh di bahas di depan Naya. Bukan karena mereka takut Naya kembali merasa sedih, hanya saja Edric tidak begitu penting di hidupnya Naya.

"Kamu masih ingat Edric?" tanya Leon.

"Masih, dia kan mantan aku" jawab Naya, santai.

"Kam-".

"Kak Adan ama kak Leon kenapa sih? tegang amat" tegur Naya pada kedua kakaknya yang terlihat aneh.

"Nggak apa-apa, kakak pikir kamu bakalan sedih kalau ngingat Edric" ucap Adam.

Naya tertawa mendengar ucapan Adam. "Astaga kak, itu udah lama banget kali. Lagian, namanya juga masa remaja pasti ada roman picisan nya lah. Kalau lempeng-lempeng aja mah nggak seru" ucap Naya.

Adam dan Leon saling melirik, ternyata Naya udah biasa saja pikir mereka. Tapi, bagaimana dengan Edric? karena terlalu merindukan Naya ia sampai sakit parah. Leon sangat frustasi dengan keadaan ini.

"Udah ahh, aku ke atas dulu kak. Mau ganti baju" pamit Naya.

Adam dan Leon melihat Naya yang sedang menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

"Kak, menurut lo gue harus gimana?" tanya Leon, tiba-tiba.

Adam mengernyit bingung dengan pertanyaan Leon. "Gimana apanya?".

"Edric" jawab Leon.

"Jangan aneh-aneh Leon, nggak perlu ngebahas Edric lagi".

"Tapi, Edric sakit kak. Setelah gue liat Queen yang sebenarnya biasa aja ama Edric, gue punya harapan buat bantuin Edric kak".

"Lo pengen ngorbanin Queen?" tanya Adam, tajam.

"Bukan gitu kak. Maksudnya, paling enggak kalau Edric bisa ketemu ama Queen bentar aja, kondisi Edric bisa membaik" jelas Leon.

Bukannya ia ingin mengorbankan adik kesayangannya pada sahabatnya, tapi melihat Naya yang biasa saja. Membuat Leon merasa, bahwa ada kemungkinan Naya bisa membantu kondisi Edric.

Queenaya dan Sistem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang