Panggilan telepon dengan Yoongi baru saja usai. Binar lega tampak di wajah tampan Seokjin karena berhasil meminta tolong sahabat baiknya itu untuk mengantarkannya check up tiga hari lagi.
Karena rasa pegal yang semakin dirasa bukan hanya di kaki tapi juga di punggungnya, Seokjin pun mencoba untuk sedikit menegakkan badan namun ketika perutnya yang terluka tanpa sengaja membentur badan Jungkook, Seokjin pun memekik tertahan.
"Aaakh!" wajah si sulung seketika berubah merah padam. "Aduh sakit..." Matanya terpejam menahan rasa ngilu yang tertahankan. Seokjin tahu dia perlu bersabar, berdiam diri sejenak dan menunggu hingga rasa sakit itu berangsur menghilang.
"Kookie, bangun dong? kakak capek nih.." ucap Seokjin sambil menekan-nekan kedua sisi pipi bulat Jungkook menggunakan ibu jari dan telunjuknya.
Melihat Jungkook yang tak bergeming, dengan jahil Seokjin terus mengganggu Jungkook. Kini telunjuknya beralih untuk memainkan bibir bawah Jungkook, menarik-narik bibir itu kebawah hingga membuat Seokjin terkekeh sendiri melihatnya.
"Eeung..."
Puk!
Jungkook yang pada akhirnya merasa terganggu, bukan hanya mengerang kesal tapi juga secara refleks memukul dada kakaknya tanpa membuka mata. Menggeliat sejenak untuk menyamankan posisi kepalanya di dada sang kakak, Jungkook pun kembali terlelap.
"Serius nih ga mau bangun, Kookie?"tanya Seokjin yang tentu saja tak mendapat jawaban dari Jungkook.
"Iish, Ngeselin banget. Udah minta pangku, kakaknya ditimpuk. Eeh sekarang pules lagi nih bayi. Ck,ck,ck..."
Meski menggerutu, mata almond kecoklatan itu menatap takjub wajah bulat yang sedang bersandar nyaman di dadanya. Tak percaya saat menyaksikan sendiri betapa lelap tidur Jungkook hingga mendengkur padahal anak itu hanya tidur dalam pangkuannya.
Kedua ujung bibir Seokjin pun tertarik dan membentuk seulas senyum.
"Haus kasih sayang banget sih kamu kalo sama Kakak?" Kenapa? Takut ga diakuin Kakak sebagai adek? Iya, jungkook?"
Cup~
Dikecupnya kening Jungkook.
"Mana bisa Kakak ga ngakuin bayi selucu ini sebagai adek? Hm?"
Cup~
Kini hidung besar Jungkook yang mendapat kecupan. lalu mata Jungkook yang terperjam, kening lagi, hidung lagi bahkan bibir mungil Jungkook yang sedikit terbuka juga tak luput dari kecupan beruntun Seokjin.
"Mana bisa Kakak ga sayang sama bocil bawel yang sukanya nempel mulu ke Kakak kaya gini meskipun Kakak ga suka sama Bunda kamu"
Dan Seokjin menghela nafas dalam setelah bermonolog cukup panjang. Tak ingin suasana hatinya menjadi buruk karena kembali mengingat peristiwa di masa lalu, Seokjin kemudian mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Namjoon.
"Udah sampai mana, Joon?" Tanya Seokjin setelah panggilan tersambung. Berharap Namjoon sudah hampir sampai rumah agar bisa membantunya memindahkan Jungkook yang tertidur.
"Aduh Ka, ini aku masih ketahan di bagian marketing, Ada sedikit masalah. Kenapa, Ka?"
"Astaga Kakak pikir udah mau nyampe rumah.."

KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSET SKY
FanfictionMemiliki tiga kakak dengan rentang usia yang cukup jauh menjadi berkah tersendiri untuk hidup Kookie terutama jika itu menyangkut Kakak kedua dan Kakak ketiganya kecuali Kakak sulungnya yang bahkan tak pernah menatapnya.