1. Regina Audrey Antika.
2. Regita Claudy Cantika.
3. Rafid Aditya.
4. Alfitra Alifianda.
5. Alvan Virga Dirgantara.
6. Dimas Daniswara.BRAKKKKKKKKK
Tiba tiba bis itu menabrak lereng pegunungan dan terbalik. Semua anak oleng. Jendela kacanya pecah. Darah bercecer dimana-mana.
"Gi.... na... Ka.. mu... Ga... pa.. pa kan?"
Tanya laki-laki yang penuh dengan darah berlumuran di kepalanya memeluk gadis yang dicintainya.Beberapa saat kemudian ia menghembuskan nafas terakhirnya. Tersenyum melihat gina yang tidak terluka parah. Cincin di tangan gadis itu kemudian mengeluarkan cahaya putih masuk ke dalamnya.
*****
Alif memperhatikan Bis itu terjatuh. Badannya pun oleng ke arah Rafid. Membuat gina akan terlempar keluar dan terkena pecahan kaca.
Rafid langsung memeluk gadis itu kemudian membalikkan tubuhnya. sehingga pecahan kaca itu mengenai kepalanya. Kepalanya penuh dengan darah. Gina langsung pingsan karenanya melihat tubuh Rafid tertancap dengan berbagai macam kaca. Alif terbentur dengan besi membuat kepalanya terluka. Gina hanya mengalami luka ringan karena salah satu kaca merobek pelipisnya.
******
Gina menemukan dirinya terbangun di bangunan serba putih.
Setelah diperhatikannya sekitar yang merupakan rumah sakit. Dia mengingat lagi apa yang terjadi padanya. Dan mengingat keadaan Rafid sebelumnya.Ia membangunkan dirinya dan bergegas mencari lelaki itu. Di carinya tempat tidur satu persatu. Tidak ditemukannya satupun. Dilihatnya Alif berdiri didepan pintu.
Dihampirinya ketua osis itu.
"RAFID.. RAFID.. AFID DIMANA.."
tanyanya takut dengan kemungkinan yang dipikirkannya. Sambil mencengkeram kerah Alif yang berlumuran darah."Dia.. Dia.. udah nggak bernafas pas dibawa kesini, gin.." Dengan wajah duka. Menunjuk salah satu kamar tempat Rafid diletakkan.
Gina berjalan tak percaya ke tempat itu.
Dibukanya pintu kamar itu. Terlihat seorang mayat berbaring disana dengan wajah tertutup kain. Dilihatnya kekasihnya dengan wajah pucat disana.
Menutup kedua matanya dan terukir senyum di wajahnya.Air mata gadis itu menetes dengan derasnya.
"Bangun.. Bangun.. Kamu udah janji sama aku.."
Ucapnya meletakkan tangannya di wajah Rafid. "Bangun aku bilang..""RAFID BANGUN!"
teriaknya tiba-tiba.Alif menjauhkan gadis itu dari tubuh Rafid yang sudah tak berdaya.
"Nggak! Nggak! Nggak mungkin! Dia udah janji sama aku mau pergi minggu depan! Nggak mungkin!"
Ucapnya sambil memukul dada Alif dan menyandarkan kepalanya disana kemudian karena badannya terlalu lemas untuk berdiri.Alif memeluknya kemudian. sangat erat. Karena alif merasakannya. Merasakan duka yang dialami gadis itu. Baru beberapa jam mereka bersama. Baru kemarin malam mereka jujur dengan perasaan mereka. Sekarang dia sudah kehilangan orang yang dicintainya.
Gina menangis tersedu-sedu di pelukan laki-laki itu.
Sesosok berbaju putih lengkap dengan jas dan celananya menyaksikan hal itu pilu.Gita datang bersama dimas dan mamanya karena mendengar kecelakaan itu.
Dicarinya gadis itu.Mamanya bertanya pada alvan dimana gadis itu.
"Tadi dia sama alif di kamar mayat tante.."Mamanya kaget karena mengira anak sulungnya meninggal. Dicarinya ke ruang mayat dan ditemukannya alif sedang memeluknya disana.
"Gina, kamu gapapa?"
Tanyanya kemudian menatap sosok yang tertidur di ruangan itu. Mamanya menutup mulutnya."Ra... Rafi...d."
Mamanya menangis.
Dia menghampiri sosok itu."Kenapa kamu ninggalin tante secepat ini nak? Bukannya kamu janji mau nikahin gina kalau udah besar nanti?" Tanyanya pilu melihat Rafid tertidur dan tak bernyawa disana.
Gita menangis menyaksikan hal itu dipelukan dimas. Tak disangkanya Rafid meninggal secepat ini. Tak bisa dibayangkan perasaan kakaknya kehilangan sahabat satu-satunya yang dimilikinya.
Gina menangkan dirinya.
Kemudian melepaskan pelukan alif.
"Bisa kalian keluar sebentar?"
Ucapnya kemudian.Semuanya mengangguk dan bergegas keluar. Diusapnya kepala gina oleh alif sebelum dia keluar. Mamanya mengangguk mengisyaratkan agar gina tidak histeris didalam sendirian.
Ditutupnya pintu oleh gina. Dihampirinya laki-laki itu. "Kamu.. Kamu ngelakuinnya buat aku kan? .... Kenapa? .... Kenapa?!"
Tanyanya. Namun rafid tetap bergeming.Gina menatapnya dengan tatapan kosong.
Tidak tau harus berkata apa padanya.
Ditundukkan wajahnya kemudian mencium kening laki-laki itu, kemudian mencium kedua matanya. Diturunkannya lagi kemudian mencium kedua pipi dan hidung Rafid. Yang terakhir dikecupnya bibir laki-laki itu."The last kiss from your girl friend.."
Ucapnya pelan. Kemudian kakinya tak sanggup lagi untuk berdiri dan melanjutkan kata-katannya. Hatinya terlalu sakit untuk mengucapkan -last-.Kemudian gadis itu terduduk dilantai. Menangis sejadi-jadinya sambil menggenggam tangan rafid. Tangan yang memeluknya terakhir kali untuk menyelamatkan hidupnya.
Dia memegangi dadanya yang terlalu sesak untuk bernafas. Di pukul-pukulnya dadanya sendiri sambil terus menangis membuat hidungya semakin merah. Air matanya seakan tak ingin berhenti mengalir.
Beberapa saat kemudian papa rafid datang dan membuka pintu. Menemukan gina yang terduduk di lantai dan menangis.
"Gina!"
Panggilnya.
Diraihnya gadis itu dan memeluknya."Om.. Maaf.. Rafid begini karna gina.."
Ucapnya lagi masih menangis.
Papa Rafid menangis karenanya."Tunggu om diluar ya.."
Ucapnya mengisyaratkan gina keluar. Sambil melirik cincin di tangannya.Setelah gina keluar. Papa anak itu menatap Rafid dengan wajah sedih. "Kamu disini kan nak?"
Ucapnya.
"Kenapa kamu meninggalkan papa secepat ini? Sekarang papa tinggal sendiri. Tanpa kamu. Tanpa mama kamu."
Ucapnya lagi dengan air mata mengalir dipipinya namun segera di usapnya."Papa lebih seneng liat kamu ngelawan daripada papa melihat kamu diam seperti ini. Sekalipun kamu disini. Sekalipun kamu denger apa yang papa bilang. Papa nggak bisa lihat kamu. Kamu lagi ketawain papa nangis ya?" Ucapnya sambil tersenyum. "Atau kamu khawatir sama keadaan papa kedepannya?" Senyum terus terukir di wajahnya walaupun hatinya sangat pilu.
"Kamu lihat dia tadi? Papa tau kamu melakukannya karena menyukainya. Seperti mama kamu yang menyelamatkan papa saat kecelakaan dulu. Kamu memberikan cincin itu padanya. Apa kamu sudah menyadari kamu akan mengalami hal ini?"
Dia tersenyum lagi.
"Kamu nggak usah khawatir. Papa akan hidup dengan baik. Lakukanlah apa yang kamu inginkan. Jika kamu bertemu dengan mamamu. Titip salam papa merindukannya. Papa menyayangi kalian. Kamu nggak perlu menjelaskan apa-apa. Papa tau kalian menyayangi papa. Tunggu papa disana ya nak. Ma.."
Ucapnya lagi untuk terakhir kalinya kemudian keluar menghampiri gina yang duduk di kursi tunggu.Papa rafid ikut duduk disampingnya.
"Gina.." Ucapnya pelan.
Gina terdiam.
"Kamu nggak perlu minta maaf. Itu bukan salah kamu. Itu keinginan Rafid sendiri. Kamu pasti juga tidak ingin jika orang yang kamu cintai terluka, bukan?"
Ucapnya sambil menepuk kepala gadis itu.
Dia beranjak untuk menyiapkan pemakaman anaknya."Gin, kunjungilah om sesekali. Om pasti akan kesepian."
Gina mengangguk.
"Juga cincin itu.. Panggillah namanya. Dia pasti punya banyak hal yang ingin dikatakannya. Karena itu dia memilih untuk memberikannya padamu."
Ucapnya kemudian meninggalkan gina dengan senyumnya.Om selalu tersenyum. Bahkan saat tante meninggal dia selalu tersenyum. Senyum. Senyum yang menandakan hatinya sangat terluka.
****
[Next]
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins
Romance"Aku menyukaimu.. Benar. Benar-benar menyukaimu." "Dimanapun itu, orang yang sudah mati tidak akan bisa hidup berdampingan dengan orang yang masih hidup." "Aku juga menyukainya.." "Ha ha.. Jalani saja.. Lagi pula untuk apa aku menyukainya? Dia menye...