21. Dating

1.8K 130 0
                                    

1. Regina Audrey Antika.
2. Regita Claudy Cantika.
3. Rafid Aditya.
4. Alfitra Alifianda.
5. Alvan Virga Dirgantara.
6. Dimas Daniswara.

****

Gina sudah mulai masuk sekolah untuk beberapa hari ini. Gadis itu mulai tersenyum. Namun beberapa anak mengira gadis itu tidak waras karena ia sering duduk di taman sendirian dan berbicara sendirian.

Alvan menghampiri Gina yang sedang duduk dan tertawa sendiran di taman.

"Itu anak beneran gila ya?"
Ucapnya menghampirinya.
"Oi, Gin.. Kamu udah mulai sekolah ya.."
Ucapnya duduk di sampingnya.

"Awas..."
Ucapnya tiba-tiba membuat alvan menatap korsi tempatnya duduk.

"Kenapa?"

"Ga.. Gapapa.."

"Ada orang disini?"

Gina menatap Rafid yang berdiri dibelakang Alvan.
"Ng..nggak."

Alvan merasa bulu kuduknya merinding.
"Jangan jangan.. Gina! Kamu jadi dukun sekarang?!"

"Du...dukun apaan sih!!"

"Hahaha. Iya ya gak mungkin juga.. Gin.. Usahain kamu jangan ketawa sendirian gitu ya. Kita semua ngerti kamu baru kehilangan sahabat kamu tapi Anak-anak yang lain ngira kamu udah nggak waras. Gimana kalo nanti mereka laporin kamu ke BK dan kamu dikeluarin?"

"Biarin aja.. Aku masih waras kok.."

Kata-kata Gina membuat Rafid merasa kecewa karenanya, ia tidak ingin karena dirinya gadis itu akan dikeluarkan dari sekolah.

"Kamu dibilangin.. Yaudah aku masuk duluan ya."
Ucap alvan berpamitan.

Rafid duduk lagi di tempatnya.
"Gin.. Minggu ini kita ada janji ngedate kan?"

Gina mengangguk.

"Ayo kita pergi.."

"Kemana?"

"Besok aku tunjukin.."

"Oke.."
Gina tersenyum dan mengangguk.

****

Gadis itu tidur lebih cepat dari biasanya. Biasanya ia akan berbicara dulu semalaman suntuk bersama Rafid. Rafid membaringkan tubuhnya yang tidak butuh istirahat itu di tempat tidur bekas teman sekamar Gina. Ia menatap gadis itu, merasa tak enak karena membuat gadis semakin tak memiliki teman karenanya.

Tiba tiba ia merasakan getaran energi yang sangat kuat, membuat tubuh roh sucinya merinding.

"Energi apa ini? Kenapa kuat sekali?"
Tanyanya sendiran.

Tiba tiba saja muncul tubuh mamanya didepan laki-laki itu dengan dress putih dan rambut yang dihias serba putih.
"Rafid.. Kau merasakannya kan?"

"Ya ma.. Energi itu membuatku merinding.."

"Itu adalah pemberitahuan.."

"Notif?"

Mamanya terkekeh.
"Sebuah bencana akan terjadi. Lebih baik kau tidak membiarkan Gina disini besok."

"Bencana apa?"

"Entahlah.. Hanya Tuhan yang Maha Mengetahui, Nak. Kita para Roh dan juga hewan-hewan hanya bisa merasakan tanda-tandanya."

Rafid mengangguk.
"Baik ma, aku juga akan pergi bersamanya besok."

"Kunjungilah papamu, jika kau bisa."

"Baik, Ma.."

*****

07.00
"Kita bakal pergi sepagi ini fid?"

The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang