Sialan! Pagi ini takan pernah aku lupakan. Pagi dimana mobil Dalton harus dilarikan ke bengkel untuk dirawat karena bannya bocor.
Mobil Ayah tak bisa diharapkan, karena tadi pagi sekali sudah melesat mengejar jam meeting pagi di kantornya.
Entahlah ayah itu direktur macam apa, ranjin sekali.Sementara Dalton mengendarai motor gede miliknya. Dan dia sudah pergi terlebih dahulu ke sekolah tanpa memikirkan nasibku, selaku adiknya.
Kurasa dia tidak pergi langsung ke sekolah melainkan ke rumah pacarnya. Gadis cantik yang merupakan seorang model remaja, Selenia Oscarf.
Wanita yang menjalin hubungan rumit dengan Dalton sejak SMP. Bagaimana tidak? Mereka sering putus nyambung.Sementara aku di sini, di dalam angkutan umum yang disesaki tumpukan karung berisi bawang, plus disuguhi gosip ibu-ibu. Tadinya aku akan menelpon taxi, tapi jika aku pesan taxi maka aku tidak akan jajan selama seminggu.
Fyuh!Semua ini gara-gara aku sedang berada dalam masa hukuman bertemakan "pemotongan uang bulanan."
Mama melakukannya karena aku tak sengaja menghilangkan file-file design baju terbarunya yang akan ia persentasikan di kantor.
Angkut menurunkanku di sebrang sekolah. Buru-buru aku melintasi jalan raya—yang awalnya kukira lengang, tapi tanpa kuduga sebuah becak membunyikan peringatan kalengnya yang cukup menyuntik pendengaranku.
Aku mencoba menghindar, akan tetapi terlambat, bahuku terasa perih karena tersambar. Sisi lain kendali atas kakiku hilang, oleng, akhirnya aku pun berakhir dengan jatuh tersungkur. Kedua lututku menabrak aspal dan tanganku masuk ke dalam sebuah kubangan kecil berisikan air keruh sisa hujan semalam. Aku mirip seperti pose ayah pada saat main domba-dombaan denganku waktu masih kecil, dimana aku dan Dalton suka naik diatasnya.
Sedang setelah tukang becak itu mengutukku dengan menyebutku "teu deudeuleu!" (Gak liat-liat) becaknya kembali meluncur dengan lancar.
"Shiiiit!" jeritku.
Diikuti rutukan lainya aku beringsut bangkit dengan rasa malu yang luar biasa. Beberapa orang dan siswa yang menyaksikan adegan memalukan ini tertawa penuh kebahagiaan. Cepat saja aku berlari memasuki arena sekolah.
Aku bersumpah takan memaafkan Dalton!
Kunaiki tangga yang membawaku menuju kelas dengan cepat. Kecepatan itu bukan berasal dari semangat pagi, atau pun semangat muda yang selalu dikampanyekan Guru alis tebal-Guy Sensei dalam film kartun favoritku, Naruto. Akan tetapi kecepatan itu bersumber dari emosiku dan kekesalanku yang membumbung.
Setelah sampai di lantai atas, napasku terengau, ternyata beremosi cukup menguras tenaga, aku benar-benar merasa capek. Jika manusia, mungkin kerongkonganku sedang berteriak-teriak meminta air. Tanpa berpikir lama, segara aku pergi ke kantin mengabulkan permohonannya.
Untung saja di sekolah ini kantin berserakan di mana-mana. Disetiap lantainya pasti bisa ditemukan.
Aku memesan Cream Mint Latte andalan kantin sekolah, tapi si Bibi kantin bilang dia belum sempat membuatnya karena masih terlalu pagi, akhirnya aku memilih minuman kemasan yang sudah jadi. Aku membeli jus jeruk.
Menurut analisa otakku, kuarasa satu cup tidak akan cukup untuk mematikan api di kerongkonganku. Jadi kuputuskan membelinya dua.
Fastly aku menyeruputnya.
Cup pertama telah habis dan cupnya segera kusungkurkan ke dalam tempat sampah.Aku kembali menelesuri koridor menuju kelas dengan sisa satu cup jus jeruk di tanganku. Alih-alih aku memilih berdiri di dekat pagar besi koridor yang membentang untuk menghabiskan dulu minumanku, agar tidak bolak-balik keluar masuk kelas untuk membuang bungkus cupnya nanti. Malas! Capek!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Mint
Teen FictionROMANCE-THRILLER 17+ Ambil sisi positifnya Stevany Leonard cewek terceroboh seantero sekolah dengan sifat periang, ia dipertemukan dengan lelaki yang justru memilik kepribadian bertolak belakang denganya. Dia adalah Fero Rightwart, cowok cuek pender...