13» Meet You

3.7K 191 4
                                    

Dispensasi. Karena percuma saja aku melanjutkan pelajaran hari ini, jika hati dan otakku tidak bisa sinkron. Dalton bersedia mengantarku ke rumah Fero, meski pun dia tidak tahu jalan. Huft! Tapi aku tahu bengkel tempat Fero mengisi waktu luangnya dengan bekerja.

"Pim!" Dalton membunyikan klakson,
lalu memutuskan memutar arah kembali ke sekolah stelah menurunkanku, karena dia bilang hari ini ada jadwal ulangan harian pelajaran Biologi.

"Eh, Stel kok gak sekolah?"
Sambar Billy setelah aku muncul dari balik mobil. Aku sedikit bertanya-tanya sejak kapan Billy memanggilku dengan nama panggilan, terserah! Pasti dia meniru Fero.

Billy merengut melihat kegusaran yang kutunjukan. Dahinya yang cemong mengerut. Tanpa menjawab pertanyaanya, langsung kulontarkan kalimat perintah untuknya tanpa segan.

"Bang, anterin aku ke rumah Fero dong!"

Kerutan itu menghilang secara perlahan.
Dia mnghela nafas merilekskan tubuhnya.
"Jadi, lo udah tahu?"

Aku mengangguk cepat tak berminat menjawab pertanyaanya.

"Ya udah, tunggu bentar!" Dia beringsut ke belakang, menghampiri seorang pekerja kuli yang sedang mencampur semen dengan pasir. Billy mengatakan sesuatu yang membuat pekerja itu mengangguk-angguk.

Well Kali keempatnya kalu tidak salah aku menginjakan kaki di bengkel ini, dan sepertinya bengkel ini sedang diperbesar.
Menganggumkan, tak aneh jika bengkel ini mengalami kemajuan signifikan, karena sepertinya bengkel ini selalu penuh tak pernah surut pelanggan.

Beberapa pekerja yang tak kukenali sibuk pada pekerjaanya masing-masing.
Sementara seorang montir membuatku tak enak dengan aktivitas curi-curi pandang yang dilakukannya.

"Hey manis! Kau mencari Feromu?" Rega keluar dari sebuah bangunan setengah jadi sambil berteriak ke arahku, aku mengerjap bersamaan montir itu, dan aku pun langsung menjadi objek utama setiap tatapan di sini.

"Ya aku rasa!" Sahutku.

"Semoga berhasil, mengingat dia seperti kura-kura yang" dia mengela nafas "sedikit unsocial!" sambungnya. Rega membali masuk ke dalam bangunan itu. Sementara beberapa tatapan masih tertambat padaku.
Selirik melihat tempat tadi Billy berada, tapi sekarang ia tak ada di sana,
Hentakan kaki berulang-ulang tanda sudah aku tidak sabar.

Akhirnya Billy kembali.
"Ayo!" Serunya dengan wajah yang sudah bersih.

Dinyalakanya sebuah motor gede bermodel klasik. Tanpa pikir panjang aku segera naik ke atas boncengannya.

Dengan cepat aku turun ketika motor Billy sampai di pekarangan rumah yang terlihat hijau dipenuhi tanaman hias.
Kutemukan pula seorang laki-laki tengah berjongkok mengotak-atik motor yang sangat aku kenali, itu motor Fero. Ada guratan dibagian sisi kirinya, cukup memepengaruhi tingkat kecemasanku.

"Kang!" seru Billy.

Lelaki itu menoleh, berdiri dan memasukan alat sejenis obeng ke dalam sakunya.

Tunggu ... sepertinya aku mengenalinya.

"Bang ... Bian?" tanyaku menebak.

Bang Bian memperfokus tatapannya.
"Loh? Stelo? Kok ke sini sama om-om?" Bang Bian menghampiri sambil menepuk-nepuk kedua telapak tanganya, sedangkan reflek Billy mendengus.

"Adek sama abang sama aja!" cecar Billy kesal.

"Kok Stelo bisa kenal sama akang?" Sambar Billy lagi, mendahului bibirku yang hampir saja akan mengajukan pertanyaan yang lebih penting.

Sugar MintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang