14» My best ODHA

3.3K 172 0
                                    

Menyesal telah memberitahu Mama bahwa Fero sakit, akhirnya aku tidak bisa keluar weekend ini bersamanya, Mama melarangku menghubungi Fero dengan alasan Fero harus istitahat agar cepat pulih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menyesal telah memberitahu Mama bahwa Fero sakit, akhirnya aku tidak bisa keluar weekend ini bersamanya, Mama melarangku menghubungi Fero dengan alasan Fero harus istitahat agar cepat pulih. Mama memang cukup baik kepada Fero, tidak seperti kepada Lucas, kali ini Mama menyetujui hubunganku. Mama bilang juga ia cukup menyukai Fero, kecuali satu hal, yaitu pengaruhnya. Mama bilang itu membuatku lebih mendengarkan Fero dibandingakan dirinya.

Ya aku rasa juga begitu!

So, this week she brings me to the hell! Tempatnya tidak terlalu jauh, sebuah komplek perumahan yang jaraknya tidak sampai meninggalkan kota. Dan belum sampai 24 jam aku tinggal, aku sudah tidak tahan.

Hampir seharian ini nenek tua itu terus mengoceh, mendakwahku, menyudutkanku, menuntutku harus ini-dan-itu, membanding-bandingkan aku dengan cucu kesayanganya yang sudah meninggal. Tak ubah kesalahan kecil yang kulakukan pun menjadi besar di matanya. Sejak dulu memang dia tak pernah menyukaiku.

Aku menguap panjang baru saja terbangun dari mimpi indahku, lengkingan suara bocah kecil dari taman di luar jendelalah penyebabnya, bocah itu keponakanku, anak Tante Rinjani yang kamarnya sejak 4 jam lalu kutempati.

Gruuukk!

Tapi kurasa ada hal lain yang mengharuskan aku untuk segera bangun.
Rasa lapar! Kuseka sudut bibirku yang sedikit basah, semoga saja Luna tidak menyadari jika bantal princess kesayanganya telah ternodai cairan alami yang kukeluarkan tanpa sengaja saat aku tidur.

Aku keluar dengan gontai meninggalkan kamar yang didomonasi warna pink kesukasn Luna. Sambil mengelus perutku yang perih, aku berharap di dapur ada makanan lezat buatan Tante Rinjani yang menunggu kuserbu.

Sesuatu mencuri perhatianku membuat langkahku terhenti dan mematung di balkon. Di bawah sana tepatnya di ruang keluarga, aku mlihat Mama, Oma, dan Tante Rinjani duduk di atas sofa, mereka tengah terlibat dalam diskusi misterius.
Satu hal yang menjadi magnet bagiku adalah, eksistensi namaku yang sering di seret-seret di dalamnya ucapan mereka.

Kupicingkan mata dan pertajam telinga.

"Harusnya Mama bisa bersikap adil dan sewajarnya ada Stevy." Mama melilitkan satu lenganya di depan dada, sementara tangan yang lainta sibuk memijit keningnya. Wajahnya ditekuk dan matanya sedikit sembab.
Kugelengkan kepalaku atas kekeraskepalaan nenek tua itu. Rupanya sidang mengenai masalahku tadi siang masih berlanjut. Ya... tadi siang aku melakukan kesalahan kecil, saat aku sedang bermain dengan Luna, aku tak sengaja memecahkan guci kesayangan Oma, padahal tak sepenuhnya salahku, aku jatuh di dorong Luna lalu menyenggol guci itu. Tapi Oma malah mendaratkan batang sapu ijuk ke betisku. Aku tidak berharap Luna mendapatkanya juga, aku tahu dia hanya anak kecil dan tak pantas untuk disalahkan, tapi bukan berarti juga aku harus mendapatkannya, aku sudah besar, dan akan lebih menenrima nasihat dari pada hukuman fisik. Dan aku ini cucuknya!

Oma tertawa hampa, "Dia bebas berkeliaran, lupa akan dosanya,"—Ia menngeleng-gelengkan kepala—"aku tak bisa."

Kini aku tak mengerti alur pembicaraan mereka, selain dari ambigu, mereka melakukannya dengan volume suara teramat rendah untuk dijangkau dari atas balkon.

Sugar MintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang