7» Beginning♥

3.5K 189 2
                                    

Akhir -akhir ini aku sering sekali mengalami letih yang luar biasa dan juga demam. Sesak nafas itu hal yang biasa dari penderita asma bukan? Tapi demam entah dari mana asalnya, apa aku kecapean? Memang menyebalkan rasanya memiliki tubuh yang kurang sehat, banyak sekali larangan. Dan salah satunya aku tidak diizinkan mengikuti jam pelajaran olah raga.

Aku berdecak kesal.

Diam di kelas adalah pilihan yang paling pas dari pada ikut keluar dan menyaksikan keseruan teman-teman di lapangan tanpa aku menikmatinya secara langsung. Toh! kalo pun nonton aku bisa melakukannya dari sini, kebetulan bangkuku berada paling belakang dekat jendela yang mengarah langsung ke lapangan sepak bola yang tepat berada di belakang sekolah.

Mataku sedari tadi sibuk menyaksikan siswa laki-laki berlarian mengejar bola, gadis-gadis bercanda riang di pinggir lapangan. Sorot matahari yang antusias tak menyurutkan kecerian mereka. Mereka bukan teman sekelasku, karna kelasku hari ini ada jadwal Basket.

Mataku menyapu seseorang yang sedang duduk lesu di bawah pohon. Basah rambutnya bukan karena air mandi, atau pun air kotor yang kusiramkan seperti malam itu.

Aku tersenyum kecil saat aku tersadar dari pingsan di malam itu. Pertama kali yang kulihat adalah wajah khawatirnya, dia berdiri di samping Dalton. Padahal malam itu sudah sangat larut, Dalton bilang yang lainya memilih pulang sedangkan Fero ngotot meminta padanya agar tetap menemaniku. Fero, terlihat begitu khawatir. Aku tak tahu motifnya apa, tapi saat aku terbangun, ia tekesiap bahagia dan segera berpamitan pulang tanpa sepatah kata. Aku sempat berniat mengejarnya, tapi aku takut jatuh karena saat itu kepalaku masih pusing.

Ponselku bergetar, sebuah sms masuk, Pasti Dalton !

Jangan lupa minum obatnya!
Jangan ceroboh.

Iya kadal cerewet !

You called me what?

Rr ... Gak bisa baca ya?

Seenaknya aja manggil orang kadal kadal.

Keningku berkerut seketika melonjak, aku tak jeli, kenapa aku menyimpulkan Dalton pada sebuah nomor asing.

Maaf, aku kira Kakaku

Aku sudah bilang jangan ceroboh! Dan Itu termasuk kecerobohanmu.

Terus kamu siapa?

Menurutmu aku ini siapa?

Aku kembali mengarahkan tatapanku pada lelaki yang duduk di bawah pohon itu.

Dia tersenyum. Tapi aku sedikit ragu, kenapa ia memakai 'aku kamu'?

Darimana dapet nomorku?

Ponsel Dalton, waktu latihan dirumah kamu minggu lalu.

Kejadian itu memang sudah satu minggu yang lalu, dan selama satu minggu aku harus absen lagi. Tante Anyeu menyuruhku istirahat total. Tanteuku itu seorang dokter yang selalu siap kapan pun aku membutuhkanya. Dan kadang berlebihan seperti mama.

Dia sangat perhatian, dan itu mendatangkan kecemburuan pada Camelin, akhirnya kecemburuannya membuat sebuah tragedi antara aku, Lucas dan dirinya. Sebuah perselingkuhan. Dia mendekati Lucas dan menjeratnya, lalu dengan mudahnya Lucas berpaling dariku. Sekian!

Hari ini aku sekolah dan itu adalah hasil kerja kerasku membujuk mama.
Dan karena satu minggu absen, akhirnya Festival musik itu berjalan tanpa kehadiranku. Shit! Dan Fero tampil dengan kakak kelas.

good! Pencuri yang pandai!

Thanks! Cepat makan obatnya, jika tidak... Kau tahu upilku lebih besar dari yang kau bayangkan.

Fero sadarkah kau mengikis sedikit citramu dalam fikiranku, aku menggeleng-gelengkan kepalaku membuyarkan fantasiku yang membayangkan Fero tengah menggali batu mulia hijau miliknya sebesar bola tenis.

Don't break your self

hahaha okay ... Sekarang tutup matamu, sepuluh! hitung mundur dari sekarang sesuai tempo jarum jam!

Aku mengerutkan kening sejenak, tapi segera kuputuskan untuk menuruti titahnnya, aku menghitung sesuai dengan tempo jarum jam yang berdentang di dinding.

"Sepuluh ... Sembilan ... Delapan ... Tujuh...,"

Apa Fero akan muncul di hadapanku mealui tehnik teleportasi seperti Sasuke.

"Enam ... Lima ... Empat...,"

Atau dia akan membawaku berteleportasi ke dunia entah berantah?

Tiga ... Dua ... Satu...."
Selamat datang kejutan!

Kubuka mataku antusias, tapi tak ada apapun dan tak ada perubahan sama sekali. Aku termakan tipuanya.

Tiba tiba Bel istirahat berbunyi.

See you at lunch!

Aku tersenyum pada diriku sendiri. Tak menyangka jika Lelaki dingin itu bisa manis dan peduli terhadap sesama manusia. Aku kira dia hanya peduli pada buku bukunya saja.
Tapi itulah dia, sikapnya tak terbaca dan selalu mengejutkan.

Ya! Dingin namun manis! Entah kenapa aku menyimpulkan dia mirip seperti Cream Mint Latte andalan kantin sekolah. Mungkin karena aku mencium wangi mint saat berdansa dengannya.

Special Short Chapter :v mentok ! Ane stuck !

Nih Abang Fero nyanyi tanpa stevani

Sugar MintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang