34» Larisa's history

1.6K 97 3
                                    

Aku bangun dan mendapati diriku terbebang dihimpit belenggu. Bukan hanya tangan dan kakiku tapi juga leherku. Ruangan gelap dan dingin menambah deritaku karena baju pengantin yang ternodai darah ditubuhku sobek- sobek akibat dari gerakan berontak yang kulakuan sejak memasuki penjara terkutuk ini.

Air mataku mengalir atas ketidak adilan yang selalu menimpaku. Kenapa tuhan memberiku takdir seperti ini?

Kisah yang menyedihkan...

Saat itu usiaku baru berkisar 7 tahun, tapi sejak itu aku sudah tidak menjadi diriku lagi saat pedofil merenggut sesuatu yang berharga dariku. Dia adalah pamanku, adik dari Fagos. Dalam bungkam kujalani hidup, bernafas dengan meredam dendam.

Aku hidup dalam ketakutan.
Semakin parah saat Fagos melakukan sesuatu di depan mataku. Dia adalah ayahku yang tak sengaja membunuh Kakak perempuanku saat lelaki itu kalap dalam depressi, terjebak stress atas tuduhan orang-orang mengenai profesinya, dia diduga teroris. Dia juga sering menyiksa aku dan Ibuku. Kami hidup di perkotaan tapi kami tetap mengasingkan diri dari sosialisasi. Dengan alasan yang tak aku ketahui Ayah tidak memasukan aku ke sekolah seperti anak pada umumnya. Hingga yang kupelajarai setiap harinya adalah apa yang kulihat darinya, kejahatan tingkah lakunya dan keburukan sifatnya.

Suatu malam aku mengintip Ayah duduk di depan meja kerjanya sambil mengotak-atik sesuatu yang tak kumengerti. Aku tidak diperbolehkan masuk ke ruangan khusus di bawah tanah yang berada tepat di bawah rumah kami itu, dengan alasan aku suka mengganggu dan banyak bertanya, Ayah bilang aku genius sekaligus idiot seperti dirinya. Tapi malam itu aku penasaran, aku bangun dari tidurku saat rumah sepi dan aku masuk ke bangsal di bawah tanah itu. Lalu kudapati nlbenda-benda aneh di atas meja. Seperti bubuk mesiu, beberapa tabung, kabel dan alat pengukur waktu.

Dengan mengikuti tahapan pengerjaan yang dibuat ayah di papan tulis aku berhasil merakitnya.

Bahkan malam itu aku sanggup mengaktifkanya. Dan aku menyimpanya di kamar Ayah saat ia tertidur pulas.

Jam yang menunjukan pukul dua belas malam membuatku berinisiatif untuk segera keluar dari rumah untuk mencari uforia kebahagiaan, kebahagiaan yang berasal dari binatang-binatang peliharaan tetangga yang bisa kupotong-potong dengan tenang.

Malam itu....
Setelah berhasil membunuh tiga ekor anjing, satu kucing, dan dua tikus got aku kembali ke rumah. Dan kudapati bangunan itu hancur lebur seperti vas bungan yang dijatuhkan ke lantai.

Bom yang kurakit meledak dan aku lupa tak membawa Ibuku keluar.

Setelah kematian orang tuaku, aku tinggal bersama pamanku. Dan dia bilang tingkahku semakin aneh saja. Lama semakin lama ia merasa takut, dan dia menyadari jika aku mengidap sesuatu yang juga menjadi penyakit Ayahku. Penyakit jiwa sadisme. Akhirmya dia menjualku pada seorang Om-Om. Namanya Fahri.

Tapi Fahri malah menyuruhku untuk bersama anaknya, Zivi yang berusia sembilan belas dan terpaut umur 12 tahun denganku. Tapi aku berhasil bertunangan dengannya. Setelah lama, Zivi akhirnya tahu seperti apa aku ini, dia memasukan aku ke Rumah Sakit Jiwa. Tapi ada alsan lain dari itu, karena aku ketahuan selingkuh dengan Axel.

Axel datang dan membebaskan aku, dan kami menyusun rencana untuk membunuh Zivi. Awalnya Axel tak mau, tapi demi aku akhirnya dia menuruti keinginanku. Dia tak tahu jika aku selama ini memanfaatkanya, aku hanya mencoba membalas dendam dengan apa yang dilakukan Zivi padaku melalui Axel. Tapi setelah itu Axel menghilang karena mencari keberadaan Ayahnya yang merupakan buronan internasional pengedar barang terlarang.

Saat-saat damai itu hilang ketika Arsega muncul dalam hidupku lalu mengatakan aku sudah dibelinya dari Zivi.

Sejak paman menjualku aku tahu aku dikutuk menjadi perempuan macam bitchy.
Tapi ...
Kubunuh siapapun yang sudah menodaiku, termasuk Arsega, lalu Dominic Lord yang memenangkan aku dari Arsega dengan cara taruhan kotor.

Sampai akhirnya aku menemukan Fero dalam suatu balapan di mana aku pun menjadi baramg taruhan Dominic. Tapi semua itu terasa lebih baik, karena aku jatuh hati padanya. Tak ada hasrat ingin melenyapkanya meski dia bersikap dingin padaku. Dia memang tak menerimaku menjadi kekasih dengan tanpa merasa terpaksa. Dia hanya terlalu polos dan menuruti keinginan teman-temanya saja.

Hubungan terus berjalan meski menyiksaku setiapkali aku tak sadar dia tak memiliki rasa untuku. Dia tak pernah mau menciumku apalagi menyentuhku. Sampai suatu saat aku merasa geram, aku tak bisa lagi menunggu agar dia melihatku. Hingga malam itu pun tiba. Malam di mana aku mengajaknya ke apartemenku dengan alasan ingin dilukisnya tanpa busana. Aku pikir dengan begitu dia akan tergoda dan mau melakukanya, tapi ternyata tidak. Dia bahakan tetap menolaku meski aku sudah menggodanya dengan cara terbaiku. Namum aku tak habis akal, sebelumnya untuk berjaga-jaga aku sempat meracik satu obat untuk menghilangkan kesadaranya, selain itu juga ramuan tersebut bisa memanipulasi pikiran.

Dia pusing dan malah tertidur lelap, sepertinya aku melakukan kesalahan dalam membaca resepnya. Tapi dengan begitu jalanku akan berjalan mulus. Aku meneruskan rencanaku, aku melucutinya. Tapi di tengah-tengah itu munculah Bian yang masuk membawa botol minuman di tanganya. Dia sempoyongan dan berbicara ngawur.

Apa yang akan terjadi saat seorang pria normal, mabuk, dan di depanya berdiri seorang wanita telanjang?

Yes for what you think.

Aku melakukanya bersama Fabian, hingga aku mengandung Riko.

Aku menggunakan kesempatan itu, aku bilang pada Tanteu Ayushita jika aku mengandung anak Fero. Ibunya mengalami serangan jantung. Aku senang karena Ayushita adalah pengahalang hubunganku dengan Fero.

Tapi bodohnya Fabian, dia ingat malam yang ia lewati bersamaku. Dia mengakui jika anak yang kukandung adalah anaknya. Aku pun menikah denganya dibawah keterpaksaan.

Hari terus berlalu tanpa mengubah perasaanku pada Fero. Tapi dia menyakitiku, tetap bersikap dingin, bahkan jauh lebih dingin saat ia mengklaim jika aku yang menyebabkan Ibunya meninggal.

Aku tak tahan lagi saat melihat gadis itu mulai mengisi hidupnya, dan mereka saling mencintai di atas hancurnya sebuah perasaan.

Akhirnya kucoba memisahkan mereka, meneror mereka. Membuat strategi dengan menjadikan Stevany gila. Kuciptakan fantasi yang mencuci otaknya untuk menakuti sesuatu. Dan kujadikan darah sebagai pemicu ketakutanya, dan itu berhasil dengan bantuan ramuan pengacau pikiran yang kuracik. Otaku memang genius.

Menurutmu siapa dalang dibalik takutnya Stevany pada darah? Siapa yang membujuk Axel agar mau mengajak Stevany ke acara Blackeven dan menonton psikopat mutated? Siapa yang menyuruh Axel mengiris tanganya saat di bengkel agar darah dilihat Stevany? Apa yang menyebabkan halusinasinya timbul saat melihat brangkasnya yang diisi boneka yang berdarah-darah selain dari obatku yang tak disadarinya telah diminumnya? Lalu yang mencicang binatang lalu dikirimkan kepadanya? Semua jawaban itu hanya satu, yaitu AKU.

Dan sekarang aku terbelnggu di sini. Esok adalah hari di mana hukuman mati dijatuhakan padaku.

Aku bisa menentukan takdirku.

Menyerah dan mati besok, atau terus melangkah dan keluar dari sini.

Itu aku yang putuskan!

Enough for this chap^^
Larisa itu genius!
Sorry typos and gramma errors!
Vote and Comment reader, don't silent please....

Sugar MintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang