22» My phob

2.3K 137 2
                                    

Tubuhku lunglai setelah aku melihat tetesan darah dari telunjuk Weyna, tanganya teriris pisau saat ia mencoba memotong tanaman yang akan di jadikan objek analisis. Weyna berusaha menyadarkan aku, namun mataku masih tertuju pada darah di telunjuknya yangg terus mengalir ke sekeitar pergelangan tangannya.

Setelah kejadian itu teman-temanku menatapku bingung, aku jelaskan jika aku takut pada darah setelah kejadian teror berangkas beberapa minggu lalu. Sebagian dari mereka yang tak mengetahui kejadian itu malah memintaku untuk menceritakan kembali kronologisnya. Beri aku uang satu juta maka aku akan tetap menolak, dan akan tetap membiarkan Weyna saja yang bercerita.

Dan pengkhianat selalu saja ada, sekali pun ia teman satu kelasmu. Salah satu dari mereka ada yang membocorkan--sebenarnya ini bukan rahasia sih ... tapi tetap saja aku tidak suka jika semua itu tersebar sampai pada telinga musuh-musuhku.

Aish! Aku punya musuh? Aku rasa iya, Audi dan ya... aku terlalu malas menyebutkan sederet nama kakak kelas yang menjadi hatersku bahkan sebelum aku mengenal Fero. Mereka menertawai penuh cebikan, siapa pun takkan suka jika ada orang menertawakan kebenaran buruk menenai diri mereka dengan tawa cemooh. Aku merasa terhina, lantas kulontarkan makian pada mereka dengan teriakan lantang, yang terjadi selanjutnya malah kesakitanhatian yang kuterima karena ejekan mereka semakin keterlaluan dengan menyebutku gila.

Apa aku gila?

Orang gila takan mengakui dirinya gila, seperti maling yang takan mengakui dirinya maling, dan begitu pun aku yang tak mau menyebut dan mengakui diriku gila. Lho! kenapa kesimpulannya seperti mengatakan bahwa aku memang gila?

Fero... bagaimana jika aku gila?

Aku tak mau kehilangan semuanya karena aku gila.

Aku gila?

Aku meyakini aku gila?

Ya!

Kutegaskan lagi, jika orang gila takan menyebut dirinya gila, dan baru saja aku malah mengakui aku gila, berarti aku memang tidak gila. Merekalah yang gila, mereka yang menertawaiku dan orang yang mengirim teror-tetor itu, merekalah yang gila!

Tapi yang menilai adalah orang lain, makan dari itu aku akan chat Galang dan menanyakan apa aku gila atau tidak. Galang pasti tahu ciri-ciri orang gila, karena dia bilang selama ini dia berteman dengan orang-orang gila—tidak dalam arti sesungguhnya.

Stevany:
Hai ODA kece! \(;'□`)/

Galang:
Hai beauty! milik orang lain, ada apa nih? ( ˘ ³˘)❤

Milik orang kok dikasih emot-nya kiis. Hahaha

Stevany:
Aku mau nanya boleh?

Galang:
Nanya apa? Kalo masalah pelajaran kamu salah orang (҂⌣̀_⌣́)

Stevany:
Bukan kok, masalah yang lebih rumit dari itu...

Galang:
Apa? Kamu kenapa? Jangan lebay plus bikin khawatir deh!

Stevany:
Cie...cie... Khawatirin aku :D

Galang:
Aduh aku udah bikin anak orang fly nih! Tanya apa nih? Kalo nanya jomblo apa kagak, ya aku jomblo di dunia.

Stevany:
Mau nanya apa aku gila?

Stevany:
Berarti kalo gak di dunia kamu gak jomblo dong?

Galang:
Yap! kamu gila, gila-gilain aku, hehe gak banget ya gombalnya.

Galang:
Lupa ya kalo aku punya bidadari yang nuggu aku di surga? Berasa pengen cepet-cepet mati deh...

Sugar MintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang