6» Take a breath

3.9K 216 4
                                    

Aku mendapat pesan pemberitahuan dari bu Hilda, jika acara festival itu dipercepat menjadi akhir bulan. Aku segera memberitahukan permintaan tolongku kepada Alan lewat via Line untuk menyiapkan suatu konsep. Tentu saja dia bersedia dengan senang hati.

Alan: Oke kapan mau di susun rencanaya?

Stelo: Gak tahu, tunggu Fero aja.

Alan: Lagunya apa dulu nih?

Stelo: How Long Will I Love You

Alan: Forever *berkacakaca

Stelo: Dih! Itu judulnya kamvret!

Alan: Iya! gua tau, sensi amat lu mba!

Stelo: Mba Mba, enak aja panggil gua mba! Daripada mba mening panggil aku neng aja. Biar sundanese.

Alan: Maksud gua itu, mba dari transeletan Sheep, hehe *LemparHPtutuptelinga

Stelo: Maksudnya Domba?

Alan tak membalas chatku.
Kubenamkan ponselku sdengan kesal, dan kembali melanjutkan permainan Playstationku.

"Pantes rapotmu kebakaran mulu dek ... Dek!"

Aku melirik Kakakku sedang merebah di atas sofa dengan santai, telunjuknya berkutat di lubang hidungnya, sibuk menggali kekayaan alam miliknya! Setelah berhasil mendapatkan hasil galiannya, menyembah benda kecil itu dengan tatapan nanarnya.

Ia suka sekali jaga image di sekolah, tapi kenapa di depan adiknya itu semua tidak ia lakukan. Apa dia tidak tahu jika intel adalah yang terdekat.

Diam-diam kuraih ponselku, membuka kameranya perlahan. Aku dapat empat jepretan dalam bentuk grid, bagus! pada grid keempat Dalton sudah mendapatkan hasil galianya, dan ia tengah menatapnya, merincinya sebelum akhirnya dibuang begitu saja. Aku terkekeh tak kuasa menahan tawa. Kuputuskan untuk mengrimkan foto itu pada Kak Selenia.

Stelo: Kak Dalton jadi pekerja kasar di sebuah pertambangan batu mulia, Jadi kak Elen, masa depanmu pasti terjamin *kikikiki

Selenof : Omegat! Itu lagi ngapain de? *ngerjepngerjep

Stelo: Hahahaha ngupil

Selenof : Hahahah jorok banget! Kamu jail ih, kasian tuh kadalnya, awas nanti kamu mendadak milioner karena dilempar batunya..

Bener juga ya ... gimana kalo Dalton ngejailin balik!

Kulirik kakaku lagi, aku terkesiap ketika ia menatapku dengan garis-garis kecurigaan terbentuk di kening licinnya. Cepat saja kubenamkan ponsel ke dalam saku celanaku.

"Kamu lagi ngelakuin sesutu ya?" Dia menghampiri dengan setengah berlari.

"Nggak!" sahutku.

"Bo'ong?" Seringaian jahilnya mulai mengembang. Yakin otak jailnya sudah berputar.

Waspadalah!

"Beneran, emang aku ngapain gitu?" ucapku sok santai.

"Lah! Ngaku aja," paksanya.

"Nggak, ih!" tukasku, aku kembali fokus pada game yang sedang kumainkan.

"Kalo bo'ong ... kamu tahu ini apa?" dengan suara setengah berbisik.

Sugar MintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang