15» Runaway

2.9K 149 2
                                    

Galang mengantarku pulang ke rumah setelah ia membawaku mampiri ke tempat dimana komunitasnya biasa berkumpul, dia meminjam mobil Zul--teman satu komunitasnya--teman-teman Galang kebanyakan ramah, dan mereka selalu mengakui diri sebagai ODHA tanpa segan, Zulkifli contohnya, ODHA yang satu ini adalah sahabat Galang, walaupun namanya terkesan alim, tapi jangan salah penampilannya tak jauh beda urakannya dengan Galang, tangannya dipenuhi tato untuk menyembunyikan luka-luka yang tak kunjung sembuh, tapi walau pun begitu sikapnya tidak seperti gayanya, dia baik, dewasa dan ramah.

Dan diantara mereka juga ada yang tidak sebaik Galang dan Zul, senang mencibir dan mempengaruhiku untuk menjauhi Galang, salah satunya adalah orang yang membuatku akan selalu mengingat nama dan wajahnya baik-baik—Ander—si ODHA yang mengira bahwa setiap wanita yang dekat dengan kaum seperti mereka adalah wanita jalang, dia menyebutku lacur. Aku langsung tersulut membantahnya dengan penuh kemarahan, sebalnya dia hanya tertawa mencebik, dia bilang buktinya aku menghabiskan malam bersama Galang di rumah pohon. Shit! fitnah! aku memang bersama Galang tapi aku hanya mengobrol sampai pagi tadi, ya... inilah akibatnya sekarang aku kehilangan kekuatan mataku untuk sekedar tetap terbuka. Galang yang mendengar judging Ander terhadapku pun tidak diam begitu saja, tinjunya melayang menegenai pipi Ander, sempat terjadi baku hantam kecil antara mereka, tapi segera dilerai saat Zul dan yang lainnya datang. Lalu Zul sempat bilang bahwa Ander memang orang yang buruk, ia mendapatakan AIDS karena pergaulannya, aku tidak tahu apa maksud Zul mengatakan hal itu padaku, karena aku justru tak berminat dan tidak peduli kepada Ander.

And now! aku duduk di jok--samping kiri Galang--sedari tadi kepalaku terantuk-antuk, tapi aku tetap mencoba menegakanya setiap kali hampir terkulai.
"Tidur aja, semalaman lo nggak tidur!" seru Galang sambil terus fokus mengendalikan stir.

Aku menutup mulutku yang menguap panjang, kedua mataku yang perih pun berair, aku hanya bergumam menyetujui sarannya.

Perlahan kesadaranku menghilang seiring dengan mataku yang tertutup perlahan.

"Kau tak mengkhawatirkan ibumu?" tanyanya tiba-tiba.

"Sedikit," sahutku lemas, hampir saja terlena ke dalam alam bawah sadar, tapi digagalkan oleh pertanyaannya.

Galang terkekeh kecil, lebam dari tonjokan tangan Ander iku terangkat bersama sudut bibirnya. Aku jadi teringat dengan si Mint--My man. Bagaimana keadannya, bagaimana reaksinya mengingat dua hari ini aku kehilangan nafsu untuk sekedar men-cek batre HP-ku. Aku takkan heran jika dia sampai berjanggut karena mengkhawatirkanku.

Kuraba saku jaketku yang ternyata kosong, berdecak sebal ketika memori otakku memperlihatkan adegan saat aku menyimpan benda penting itu di atas meja, di kamar Luna, untung saja aku menguncinya dengan pola yang tak diketahui siapa pun kecuali Fero.

Melihat gelagatku Galang merengut, dia menatapku sekilas, "Ada apa?" dengan cemas.

"I lost my phone!"

Galang meng-oh lalu merogok saku celananya dengan tetap berusaha fokus pada jalanan yang memang ramai di hari minggu ini, ia sedikit kesulitan mengeluarkan ponselnya tapi atas usahanya ponsel itu pun akhirnya tersembul dari saku, segera di cabutnya dan diberikanya padaku.

"Kamu bisa memakainya!" Dia mengulurkan ponselnya sambil menyunyah permen karet yang ia dapat dari Zul, Zul juga menawariku tapi aku menolak dan lebih memilih permen lolly, dan sekarang permen itu sudah habis, musnah ku makan dengan gagang-gagangnya karena kelaparan, just kidding!

Aku tidak langsung menerimanya alih-alih aku menatapnya. "Gratis!" ujarnya meyakinkan, senyuman yang ia pamerkan menampilkan sederet gigi putihnya, dan satu gigi gingsulnya membuat bayangan Lucas tiba-tiba berkelebat diotaku. Seram! mengingat mantan bukanlah hal yang baik.

Sugar MintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang