Pagi yang suram, otakku di hantui bayangan-bayangan mengerikan yang pernah dan telah kulakukan, tersimpan secebik penyesalan—sekali lagi hanya secebik—karena sejujurnya sebagian besar dari diriku merasa baik-baik saja, dan menganggap wajar atas segala pembangkanganku.
Aku Syevany Leonard mengaku, pernah menjadi anak badung.
Broken home, layaknya anak broken home lainnya, itulah hidupku di tahun-tahun yang lalu. Bisa dibilang masa SMP-ku cukup berantakan.
Dimana hariku kuhabiskan untuk membolos, laci kamarku disesaki amplop berisi surat panggilan orang tua, dan raporku terbakar oleh nilai yang turun drastis, dan sepertinya kebakaran itu sampai sekarang belum bisa kupadamkan. Percayalah Amaterasu itu terlalu kuat!
Kurasakan kembali hawa-hawa itu, bau alkohol yang menyengat, lampu Bar yang bekerlap-kerlip, dan seteguk keyakinanku pada dinginya gelas yang kuisi dengan minuman berwarna mirip dengan teh di cengkeramanku, tak lupa seorang DJ yang cukup ku kenali memodifikasi musik dan melengkapi ekosistem Bar malam itu.
Semua masih bisa kuingat, kecuali bagian terakhirnya.
Paginya aku terbangun di kamar, yang aku sendiri tidak tahu bagaimana aku bisa pulang dengan selamat tanpa tersasar.
Hap! Tak butuh waktu lama untuk mengetahui jawabanya, terungkap setelah rasa sakit dari tamparan keras mengenai pipiku, ekspresi kecewa dan marah terlukis jelas bahwa Mama sangat geram kepadaku, ia tak pernah menyukai kebiasan barat yang tanpa kuadopsi mengalir sendiri di darahku. Tapi aku melakoninya bukan berdasar adat yang kupahami, melainkan hanya bentuk protes kecilku terhadap mereka.
Sudah sebulan ini Mama dan Papaku berbisnis di luar negri, dan tanpa kuduga Mama pulang lebih cepat dari biasanya, ia memergoki aku yang pulang mabuk diantar Galang.
Akhirnya tiga hari ini pagiku harus di suguhi teguran yang meleber kemana-mana, panjang lebar pokoknya.
Jika dulu "Masa depan" yang tercecar dalam konteks ceramahnya, maka kali ini Mama menyeret-nyeret penyakitku ke dalam pidatonya. Selain itu, Mama juga mengecam hubunganku dengan Galang, bahwa aku tak pantas berteman dengannya, yang padahal secara konseptual aku bertemu dengannya di Bar karena sebuah kebetulan, di mana posisiku sebagai pengunjung dan Galang sebagai DJ.Forensik mana yang akan membelaku kalau begitu? Jelas takkan ditemukan, sekali pun detektif handal yang menggali kasus ini, karena selama aku bernyawa, yang kutahu dari teori kehidupan nalar ini adalah "anak selalu salah dan orang tua berarti benar."
Entahlah, mungkin sebagian orang tak setuju dengan persepsi pribadiku. Tapi itulah yang terjadi dan kuhadapi.Mereka berbicara dan bertindak tanpa melihat dari sisi lain, merasa benar sepenuhnya dan ingin menang sendiri, menyalahkanku tanpa interopeksi apa yang mendasari aku kembali melakukannya. Menjadi orang tua tidak membuatmu dewasa.
Mungkin mereka pernah menyadarinya sesaat, oleh sebab itu mereka pernah mendalihkan janji akan lebih mempehatikanku, dan aku bertobat—yang tidak dalam arti sebenarnya—tapi perubahan mereka hanya berlaku beberapa bulan saja, mereka kembali sibuk keluar masuk negara dan melupakan kehadiranku.
Bukan tamparan dan peringatan secara fisik yang kubutuhkan, I just need Leonard's time! waktu keluarga, itu yang kubutuhkan.
Kapan kali terakhir aku menikmati musim gugur di Eropa, bahkan aku tak ingat kapan terakhir kali Ayah membawaku pergi ke kawasan Hollywood. Keluarga yang hangat itu lenyap tertelan kesukesan dan kesibukan masing-masing. Sebenarnya tidak harus keluar negri, cukup diam di rumah dengan suasana rumah yang semestinya. Tidak kalap pada kegiatan masing-masing yang membuatku merasa kesepian.
Lihat saja!
Ibuku, nyoya Santi Leonard berdarah Betawi-Sunda, seorang designer terkenal sampai kota Fashion-- Paris--pun menghargai karyanya, dia sibuk pulang pergi Bandung-Paris, dan kira-kira dia hanya punya waktu untukku satu pekan dalam tiga bulan. Kecuali sesuatu yang darurat terjadi padaku maka dia akan segera pulang, itulah sebabnya aku sedikit mensyukuri kecerobohanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Mint
Fiksi RemajaROMANCE-THRILLER 17+ Ambil sisi positifnya Stevany Leonard cewek terceroboh seantero sekolah dengan sifat periang, ia dipertemukan dengan lelaki yang justru memilik kepribadian bertolak belakang denganya. Dia adalah Fero Rightwart, cowok cuek pender...