33» Arrest!

1.7K 111 3
                                    

→» SÛGÂR MÎNT «←
↓↑
Monica PoV
WILUJEUNG MAOS!
••••••••••••••••••♥••••••••••••••••••

Larisa berdiri di depan cermin rias. Wajahnya nampak berseri menatap gaun pengantin putih yang melekat di tubuhnya. Mahkota kecil bercokol di atas rambutnya yang digulung ke atas. Dalam hatinya menggebu menyuarakan kemenangan. Ia berputar di depan cermin lalu menunduk memastikan jika hak di sepatu putihnya tidak akan patah.

Kembali menatap ke cermin dan ia tersentak saat melihat refleksinya yang mengenakan gaun putih itu bukan dirinya melainkan Stevany. Seketika emosi bergemuruh di hatinya.

"Kau takan menang dariku!" Suara itu berasal dari dalam cermin di mana Stevany berdiri di sana. Larisa menyumbat telinganya kala bayangan Stevany tertawa mencebik.

Jari-jarinya yang terkukung mendingin lalu membeku. Menangkup kedua sisi kepalanya sembari menjerit mengatakan tidak berulang-ulang.

"Fero miliku bodoh! HAHAHA!" Suara itu membuatnya kehilangan akal dan juga kesabaran. Sergap Larisa meraih vas bunga yang berdiri di nakas dan melemparnya tepat mencenai cermin.

Praak!

Masayu dan Priska yang sibuk di beranda untuk mengatur riasan meja mendengar hal itu merasa takut. Ketakutan mereka berasal dari kesudahtahuan mereka mengenai Larisa.
"Fero coba lihat kenapa dia, dia memcahkan sesuatu." Bisik Masayu saat melihat Fero yang sudah rapi dengan toxedo hitamnya.

Fero pun segera berlari menuju ke kamar Larisa. Ia melihat perempuan itu tengah menyalang menatap ke figura yang meninggalkan sebagian cermin yang terpecah belah. "Ada apa?" tanya Fero.

Larisa tersentak, lalu menoleh menatap Fero. Sejurus dia berlari dan memeluknya. "Katakan kau itu miliku!" ujarnya setengah berteriak dalam tangisnya.

Drama macam apa ini psiko?
"Tentu a-aku milikmu!" ujar Fero berusa lugas.

"Ayo, pendeta akan segera tiba."
Setelah Larisa tenang dalam dekapanya. Fero membawanya menuruni tangga dan menuju beranda. Karena acara di adakan di beranda rumah.

Larisa melihat semuanya masih nampak lengang, "Kemana para tamu, mereka belum datang?" tanyanya.

"Mungkin sebentar lagi," sahut dengan wajah Fero sedikit gelisah.

Tak lama beberapa orang datang, mobil sedan hitam milik sang pendeta pun tiba. Tapi itu semua membuatnya semakin merasa resah, karena yang ia tunggu adalah anggota kepolisian.

"Apa dia akan datang ke sini?" tanya Larisa.

"Siapa?" Fero mengerutkan dahinya mewaspadai.

"Stevany."

"Aku tak tahu," sahutnya acuh tak acuh. Tentu saja tidak, Fero takan pernah mengizinkan kekasihnya menginjakan kaki di sini. Terlalu berbahaya.

Beberapa tamu undang sudah menempati kursi yang disediakan. Riko berada di lahunan Priska. Gadis itu menggenggam tangan keponakanya erat-erat. Meski bibirnya berusaha tersunging tapi tarikan sudut kaku dari senyumanya tak bisa disembunyikan.

"Bisa kita mulai?" tanya si pendeta yang tanpa Fero ketahui sebenarnya seorang polisi yang melakukan penyamaran.

"Ya!" jawab Larisa.

Sugar MintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang