"Pembagian rapor macam apa ini." Kuremas kertas undangan itu lalu melemparnya ke dalam tempat sampah di dekat meja belajar yang jarang kugunakan.
Kurebahkan diriku di atas kasur, rasanya begitu banyak hal yang terjadi hari ini.
Dimulai kesialanku yang tiada hentinya tadi pagi. Lalu sekarang aku harus mengetahui kenyataan bahwa pembagian rapor dilaksanakan pada acara prom night.
"Isshh!" Mendelik pada kanopi yang tak salah apa-apa. Aku sangat sebal mengingat acara itu. Highheel, dress, make up semuanya menyebalkan. Sungguh dari semua itu tak ada yang bersahabat baik denganku.
Tembok kamar yang kuatur dengan warna hitam, merah dan putih mengepungku. Dan percayalah saat stress warna-warna dinding itu tak membantu menyegarkan keadaan. Harusnya kudengarkan saran mama saat mengusulkan warna biru muda kesukaannya. Katanya biru muda adalah warna terapis, menanangkan.
Sebenarnya waktu aku mengecatnya aku masih kelas tiga SMP. Aku terinspirasi dari lambang Uchiha dan mata mangekyou-nya. Dalton bilang itu ide konyol, tapi menurutku dan beberapa temanku yang juga menyukai kartun Naruto itu bukan ide design interior yang terlalu buruk. Aku juga berniat menambahkan hiasan berupa gambar-gambar Chibi karakter dalan Naruto di kanopinya. Tapi sayang dibantah Dalton, karena ia tahu ia akan menjadi tukang untuk menempelnya.Kulirik jam dinding yang juga berbentuk kipas Uchiha terpajang di tembok berwarna hitam. Jam itu pemberian tante Anyeu yang tahu sekali akan kefanatikanku terhadap kaln Uchiha saat itu. Katanya jam itu ia beli dari Tokyo. Dan dia tega sekali tak mengajaku ke sana.
Sekarang yang jadi masalahnya bukan tentang asal-usul jam itu, tapi waktu yang ditunjukannyalah yang menjadi masalah.
Ceklik!!
Aku terperanjat duduk mendengar pintu kamarku dibuka. Menghela nafas setelah tahu itu bukan Mama.
"Ya ampun dek! Siap-siap kek! Mau ditinggal?" Dalton berdiri di ambang pintu dengan wajah kesal. Dia sudah terlihat rapih dengan setelan suite and tie. Ow, my monkey man look so good!
Aku mendengus, harus kusarankan dia untuk mengancamku dengan hal lain, jangan dengan suatu ancaman yang sudah biasa dia lakukan, takan mempan!
"Kau bukan hewan melata Ka Dal, dan ketuk pintu nggak sesulit rumus fisika kan?" kataku sambil mendelik.
"Ayo cepet siap-siap! Kan pembagian rapor dek!" Ujarnya lagi dengan nada yang lebih ngotot.
Err! ingin kulempar mulutnya itu memakai suriken mainan yang kini sedang kupegang.
"Nggak mau!" sahutku, kembali menjatuhkan diri ke kasur.
"Jadi maksdunya kamu mau ngerpotin Abangmu yang tampan ini hah? Abang harus ngambilin rapot kamu gitu? Udah gede! Apa nggak malu dibilang manja?!"
Kututup telingaku.
"BERRRISSIIK KAK DAL!" teriakku."Ck! Ya sudah Abang tampan pergi dulu!" Dia menutup pintu dengan kesal sehingga menimbulkan gebrakan.
Bentar deh....
Bisa kali pergi ke sana tanpa harus memakai dress dan ala-alanya.Aku terperanjat segera bersiap mengganti pakaianku dengan yang lebih baik.
Kususul Dalton keluar rumah.
"Kak!" Pekikku membuat sedan hitam Dalton berhenti. Aku segera berlari dan masuk ke dalam mobilnya."Ya ampun, kamu mau ke prom night atau nongkrong di Kafe?"
Seketika bibirku mengernyit. Memangnya kenapa kalau aku datang keacara prom night memakai skinny jeans dan sweater? Toh aku ini yang memakainya, aku mendelik.
"Kenapa coba harus ribet mengurusi aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Mint
Novela JuvenilROMANCE-THRILLER 17+ Ambil sisi positifnya Stevany Leonard cewek terceroboh seantero sekolah dengan sifat periang, ia dipertemukan dengan lelaki yang justru memilik kepribadian bertolak belakang denganya. Dia adalah Fero Rightwart, cowok cuek pender...