17» Forth of Date 'Methal theme'

3.3K 149 0
                                    

Mengandung sesuatu yang kusebut sebagai bumbu cerita, tapi sekarang aku lebih setuju menyebutnya ... Dirty-Romance wkwkwkwkw!

( ˘ ³˘)❤
Happy reading!

Belum sampai 15 menit aku sudah menghambur keluar, mencari keberadaan toilet atau wastafel terdekat. Mengeluarkan isi perutku, termasuk ice cream, popcorn, dan sup ayam mamalah yang paling kusesali.

"You okay?" Teriak Fero cemas, menggedor pintu toilet.

"Mmm...." Sahutku.

Perut dan ulu hatiku masih bergejolak mual, adegan pembunuhan sadis dari film psikopat berputar-putar di otaku, bagaimana darah meleleh, memancar, dan muncrat dari tubuh tergantung cara membunuhnya, kepala yang menggelinding terpisah dari tempat seharusnya karena dimutilasi dengan cara dirobek, ditarik, dan dilempar begitu saja oleh pria plontos hasil mutasi gen itu.

Tiket konser indi rock habis, Rega menantangku nonton sebuah film psiko level kakap di bioskop yang masih dalam zona Blackevent, Sebuah film yang hanya akan dutemukan di acara itu. Fero sudah memeperingatiku tapi aku tak terima pada pada Billy yang mengataiku lemah. Jadi dengan pongahnya kuterima tantangan itu.

Fero menekan dan mendorong knop pintu, dia berusaha masuk karena cemas mendengarku yang terus-terusan mengeluarkan bunyi menjijikan, suara muntah. Untung aku tak lupa mengunci pintunya.

Memutar wastafel dan membasuh wajah kacauku supaya lebih segar, lalu mengeringkan wajahku dengan tisu yang kurabut secara kesal dari roll-nya. Mengehela nafas, kutatatap diriku di cermin begitu menyedihkan, tersentak menyentuh kepalaku yang polos.

"Where's my beanie?"

Segera keluar dengan mencemasi keberadaan beanieku, kudapati Fero berdiri di depan frame pintu langsung meraih pundakku dengan raut kecemasan.

"I'm okay! Trust me!" kataku menenangkanya.
Walau aku tak yakin jika pulang dari sini aku bisa tidur dengan nyenyak. Dia merangkul pundaku keluar dari area toilet sebelum gadis lain memandangnya sinis karena berada pada zona yang tak semestinya.

Fero mengangkat wajahku, menariknya ke kiri dan ke kanan untuk diteliti.
"Kacau!" Ujarnya terdengar miris, apa wajahku begitu menyedihkan?

"Aku nyaris membuatmu ilfeel, atau mungkin berhasil melakukannya."

Fero tersemyum miring menjauhkan tanganya dari wajahku.

"Slapper! are you okay?" Seru Billy menghampiri diikuti Axel yang berjalan santai dibelakangnya. Hey! dia yang menyelamatkan beanieku.

"Mana si bodoh?" Ketidakhadiran Rega membuat Fero menanyakamnya.

"Dia sama buruknya," sahut Billy dengan acuh-tak-acuh.

"Tadi kamu menjatuhkannya." Axel menyerahkan beanieku. Wajah baby-face-nya terlihat datar, kecuali saat dia curi-curi pandang padaku waktu itu terlihat lebih berekspresi, tepatnya terlihat penasaran. Lelaki muda ini memiliki wajah yang tidak tergolong tampan, tapi lucu, polos dan berkarisma, postur tubuhnya kelewat tinggi lebih dari usia yang diperkirakan 15 tahunan, jika seseorang menatapnya dari belakang mereka akan mengiranya pria dewasa, tapi tidak saat melihat wajah cutenya.

"Thank you." Ujarku dengan nada yang diimutkan.

Axel hanya menyungingkan senyum, dan mungkin aku butuh mikroskop untuk melihatnya.
Segera kupakai dan Fero ikut membenarkan posisinya.

Menghampiri mobil, rasanya ingin cepat-cepat sampai karena kakiku berubah menjadi jelly beberapa saat lalu, aku baru menyadarai Billy dan Axel yang hilang entah kemana, mungkin menjemput Rega yang Half-off di toilet pria.

Sugar MintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang