10» Fero's book

4.1K 197 18
                                    

Sediakan sapu sebelum baca, karena kalian akan butuh benda itu untuk menemani perjalanan kalian.
Gunakan Nimbus 2016 akan lebih baik dari sapu lidi biasa.

FEROFEROFEROFEROFEROFEROFEROFERO

"Aw! Aw! Aw! Kakiku..." Aku terduduk di bangku taman belakang sekolah. Menggigit bibirku menahan sakit karena hantaman yang luar biasa telah membuat tulang keringku memar. Kuturunkan kaus kaki yang kukenakan untuk melihat keadaan kakiku.

Masih sama, lebam dengan warna ungu, biru dan kuning tercampur padu. Aku kembali menarik kaus kakiku ke atas dengan kesal, kuhembuskan nafas yang mengandung beban-beban pikiranku, berharap beban tu menguap bersamanya. Kini pandanganku menengadah menatap rimbunnya daun akasia yang menaungi.

Harusnya kuawali pagi ini dengan penuh rasa syukur, karena hari ini adalah hari pertama aku menyadari statusku sebagai kekasih Fero. Tapi bagaimana aku akan bersyukur jika pagi ini saja kakiku harus jadi korban kecerobohanku lagi. Aku tahu mengeluh adalah hal yang sangat buruk, tapi apa yang bisa dikatakan seorang manusia biasa yang selalu ditimpa kemalangan selain dari rutukan kekesalan. Iya, tadi pagi-pagi sekali saat aku berlari kecil menaiki anak tangga tulang keringku terbentur keras, menyebabkan bertambahnya koleksi luka memar di kakiku.
Aku memang tipikal orang yang mudah memar. Bahkan memar-memar di tubuhku kadang berdatangan tanpa sebab yang aku ketahui pasti.

Langkah yang lamban dan terkesan santai namun cukup untuk mengusik keheningan bisa kudengar, suara yang tercipta dari gesekan kecil sepatu dan tembok itu membuatku tahu siapa si pelaku. Suara itu semakin lama semakin mendekat dan mengeras, lalu akhirnya lenyap dan membuat semuanya kembali pada sepi.

Fero datang dengan cueknya duduk di sampingku. Ia hanya melirikku sekilas, tapi lirikan itu pasti membuatnya tahu dengan aktivitasku yang tengah menatap daun sambil menggigit bibir menahan sakit. Meski tak terfokus padaku, aku yakin pikiranya menerka-nerka apa lagi yang terjadi dengan gadis ceroboh yang merupakan pacar barunya ini.

"Dicariin ke kelas, tahunya di sini." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya, meski rautnya menggambarkan kekesalan dan ingin segera meledak dengan pertanyaan-pertanyaan lainya. Mungkin seperti 'kenapa ke sekolah gak nunggu jemputan?' 'Kenapa tu wajah cantik jadi kusut gitu?'--ngarep--tapi bagaimana mungkin ia kembali mengajukan pertanyaan, sedangkan pernyataannya singkat pun tak aku tanggapi.

"Hazily!" celetuknya.

Aku hanya merengut menatap Fero yang tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba mengatakan hal yang menurutku sedikit membingungkan. Faktor otak!

Fero balas menatapku yang masih menggambarkan ekspresi "maksud lo apa" di rautku. Dengan nada yang santai Fero kembali berujar, "Hmm ... bagaimana kalau aku yang gigitin." Ia tersenyum jahil.

"Iih apaan sih!" Kularikan tatapanku.
Teringat apa yang dikatakan Selenia, bahwa laki-laki itu selalu sama--selalu mesum.

Aku mendengus, terlalu kesal untuk mengingat kejadian semalam. Malam sabtu tadi adalah kencan resmi pertama kami, sekaligus malam bersejarah bagi Stevany Leonard, karena untuk pertamakalinya aku merasakan First Kiss.

Tapi di balik itu semua aku harus membenamkan wajahku dalam-dalam ke tanah sedalam lubang persembunyian Orochimaru. Ciuman Fero yang cukup lama dan agressive membuatku gelagapan kehilangan oksigen sampai membuatku batuk-batuk. Memalukan! Itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan apa yang kulakukan.

Tentu saja hal itu membuat Fero tertawa cekakakan. Harusnya Fero memakluminya karena itu pengalaman pertamaku. Mentang-mentang aku blasteran--Indnesia Jerman--bukan berarti aku kissing dengan siapa saja. No! tidak untuk Lucas sekali pun! Dan aku bersumpah hanya ingin melakukan itu denganya saja.

Sugar MintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang