#8

2.5K 207 41
                                    

Setelah adu mulut yang lumayan alot, panjang kali lebar, kami hampir aja sepakat kalau Riri gak usah dikasih kejutan. Soalnya useless, buang-buang tenaga sama duit. Iya, cuma hampir.
Semua batal, ketika suara kasat mata dari cowok tak dianggap keberadaannya mulai terdengar.

"Gue boleh ngusul gak?"

"Gak," jawaban gue yang spontan itu berbuah tatapan tajam dari Rifky. Ah melolot aja, cowok gue udah cakep. Makin cinta deh.

"Abaiin Dina. Apa emang usul kamu?" Eh sialan emang nih si Fajar, lupa apa ini rumah siapa?

"Kalo gak salah, Kak Riri suka manga 'kan?" tanyanya sok kenal dan sok muda.

"Sok kenal, lo!" jawab gue, namun yang lain malah mengangguk. Menyebalkan.

Reza tampak tidak terpengaruh sama ucapan gue. Dia tetep aja lanjut ngoceh, "Nah, setahu gue, sekitar dua minggu lagi bakalan ada festival kebudayaan Jepang gitu. Dan salah satu guest-nya cosplayer gay gitu. Kenapa gak lamar Kak Ririnya pas di sana?"

"Wah mantep tuh!" seru Dion mulai bersuara.

Sepertinya Fajar pun mulai kepengaruh sama ucapan si kunyuk, "Keknya, Riri, emang rencana ke sana deh."

"Iya, mau lihat, siapa sih itu namanya? Baobao apa gitu."

"Baozi," kata Reza meralat nama yang tadi disebutkan oleh July.

"Nah, iya Baozi."

Walaupun idenya bagus, tapikan gue gak suka sama orangnya. Jadi tetep aja salah di mata gue. "Yakali mau bikin kehebohan di acara orang, bisa-bisa diusir sama panitia."

"Tenang aja kalau itu, temen gue EO acaranya."

Skakmat, dan gue bisa lihat smirk mengejek di wajah Reza.

"Kalo gue sih itu aja. Lu gimana, Jar?" tanya Mitha ke Fajar yang merupakan tokoh utama dalam pertemuan kali ini.

"Kalo gak repotin, saya sih iya."

"Gak kok." Karna Fajar pun sudah setuju, gue gak bisa membantah apa lagi. Rifky juga, dari tadi angguk-angguk doang kek patung. Patung ganteng.

"Sore. Wah banyak tamu!" seru mama yang baru pulang dari acara gosip rutin di warung tetangga sebelah.

"Sore, Tante," koor mereka kompak.

Mama langsung menghampiri Rifky lalu menepuk bahunya pelan. Lanjut menuju July dan Mitha. "Duh, lama ya kalian gak kemari?" tanya mama yang lebih terdengar seperti pernyataan, sambil memeluk July dan Mitha bergantian.

"Iya nih, Tant. Sibuk. Hehe," jawab Mitha.

"Paling sok sibuk, kek Dina tuh. Katanya sibuk skripsi tapi gak ada kemajuan." Sempat-sempatnya mama nyindir gue. Seakan lupa kalau ada calon mantunya di sini. Jatuhin pamor aja nih.

Dion dan Reza sepertinya paling bahagia mendengar sindiran mama. Mereka tertawa ngakak, menarik atensi mama. "Eh kok, yang ganteng ini, Tente baru lihat?" tanya mama sambil menunjuk Reza. Kesenangan tuh dia dikatain ganteng.

"Temen aku, Tant." ucap Rifky yang akhirnya bersuara juga. Tapi, kok gue nyesek ya?

"Duh kamu kok ganteng banget sih. Tante jadi keingat sama mantan Tante waktu SMA. Sama gantengnya." Ya ampun, ini mama gue, gak sih? Kok alay? Untung aja yang lain udah rada maklum sama sikap mama, mereka cuma ikut menimpali ucapan mama dan ikut becanda.

"Yon," bisik gue ke Dion yang duduk di sebelah gue.

"Hmm."

"Lo, jomblo 'kan?"

"Iya. Kenapa?"

"Kan, lo ganteng nih ke—"

"Gue tau, gue ganteng. Gak usah diperjelas." Belum juga selesai gue ngomong, udah motong aja nih anak. Narsis pula. Dengan segera gue memukul tangannya.

"Ih, dengerin!"

"Kenapa lo gak coba dekatin Reza aja?"

"Gak, bukan tipe gue."

"Dih, sok iya. Pake tipe segala!"

"Dina sayang. Walaupun gue gay, gue juga milih-milih kali."

"Padahal kalian cocok loh."

Hmm.

Baru aja Dion membantah ucapan gue. Namun terhenti karena suara dehaman tadi. Gue mengalihkan pandangan, ternyata mama udah gak ada.

"Kalo ngegosip itu, jangan pas ada orangnya deh." Ucapan Reza membuat gue mengernyit. Siapa yang ngegosip?

"Lagian siapa juga mau sama kamu?" tanyanya dengan wajah memerah. Sekarang gue baru ngerti, keknya dia mendengar percakapan gue sama Dion. Tapi emang harus marah ya?

Baru aja mau membantah, lagi-lagi ucapan gue terpotong oleh suara Rifky, "Yang, aku pulang dulu!" serunya lalu beranjak dari duduknya.

"Ja, kamu masih mau tinggal?"

Reza langsung menggeleng dan ikut berdiri mendengar pertanyaan Rifky, "Gue pamit duluan ya," pamitnya lalu menyusul Rifky keluar.

Gue masih blank, otak gue masih terlalu lambat untuk memproses semuanya. Rifky kenapa? Dia marah? Gara-gara gue niat jodohin Dion sama Reza? Apa dia cemburu?

To be continue...

Agak gak sreg sama beberapa kalimatnya, bingung bikin percakapan banyak orang. 😧😧😧

Andieeeeer,
Pinrang, 9 Juni 2017

Pacarku Bukan GAY!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang