#39

1.8K 141 42
                                    

Penolakan Dion yang secara frontal itu tentu aja terasa menyakitkan. Bahkan kalau gue boleh bilang rasanya ini lebih sakit daripada saat gue ditolak sama Rifky ataupun saat putus sama dia. Bedanya saat ini gue gak nangis. Mungkin gue udah terbiasa akan kenyataan yang gak selaras dengan kemauan gue.

Kalau sama Rifky gue tahan aja ditolak, soalnya aku tahu dia jomblo dan straight. Beda sama Dion yang jelas-jelas mengaku gay. Bisa dibayangkan 'kan, bakalan gimana gue nanti kalau sampai pacaran? Rifky yang jelas-jelas gak pernah suka sama cowok, gue udah cemburu buta, gimana sama Dion? Gue bahkan gak bisa bayangin itu. Makanya gue milih nyerah hari itu juga.

Sejak hari itu, gue coba untuk menjauh dari Dion. Lagi-lagi cara yang sama halnya Rifky. Cara pengecut bagi orang yang bilang dirinya menyerah. Padahal Dion beberapa kali nelpon bahkan nge-spam chat di line. Tapi semuanya gak gue gubris.

Satu hal yang pasti, gue jadi tahu jawaban apa yang mesti gue kasih ke Rifky. Gue ngambil ponsel yang beberapa hari ini jarang gue sentuh. Notif line gue bahkan udah 999+ chat. Paling trio gibah lagi yang spam. Gue sempat kaget, pas lihat 529 chat disumbang oleh Dion.

Berhubung gue lagi dalam menyembuhkan hati. Dengan segera gue close aplikasi Line yang penuh godaan itu. Gue lanjut dengan tujuan awal ngambil ponsel. Gue pencet aplikasi dengan icon hijau bergambar telepon di layar ponsel gue. Lalu mengetik sederet angka yang udah gue hapal di luar kepala.

My Rifky 😘
Calling Mobile...

Gue baru sadar kalo nama Rifky di ponsel gue belum diubah. Masih sama pas kami pacaran. Padahal pas papa ada di sini, beberapa kali gue telepon dan SMS-an sama dia dan gue gak pernah nyadar soal nama dia.

"Assalamualaikum, Din."

"Waalaikumsalam. Rif, aku udah punya jawaban untuk kamu." Gue langsung to the point sama maksud gue nelpon dia.

Rifky gak ngerespon, jadi gue mutusin buat lanjut ngomongin apa jawaban gue soal balikan lagi sama dia. "Aku-"

"Stop!" Yaelah, baru juga mau ngomong udah main stop aja.

"Kita ngomong langsung aja. Aku ke rumahmu. Dua puluh menit lagi, aku nyampe sana," ucap Rifky dan langsung memutuskan sambungan telepon kami. Dasar.

Sambil nunggu Rifky, gue ganti piama yang udah gue pake dari tadi pagi menjadi kaos berwarna krem dipadukan dengan outer berwarna hitam, plus celana jin warna hitam juga.

Gak sesuai ucapannya, Rifky tiba lebih lama. Mungkin sekitar setengah jam lebih gue nunggunya.

"Sorry, macet," ucap Rifky tanpa ditanya, ketika tiba di teras rumah, di mana gue udah menunggu dari tadi.

"Gapapa, duduk dulu, Rif." Rifky pun mendudukan dirinya di kursi kayu di depan kursi yang gue dudukin. Hal ini membuat pandangan kami bertemu dan membuat bibir kami membentuk sebuah lengkungan ke atas.

"Aku udah tahu jawabannya. Dan aku pengen kita ...."

To be continue....

Ini maunya Rifky sama Dina balikan atau gimana? 😂😂😂
Atau mau Dina sama orang yang baru?

Andieeeeer
Pinrang, 6 Desember 2017

Pacarku Bukan GAY!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang