Begitu masuk ke dalam rumah, gue langsung menuju ke kamar. Menangis diam-diam di bawah selimut. Gak lama gue dengar suara pintu kamar dibuka, entah oleh siapa.
Saat gue ngerasa orang yang buka pintu mendekat, gue dengan segera meredam tangis dan pura-pura tidur. Gue benci nangis, apalagi kalau dilihatin. Bisa-bisa gue gak bakalan berhenti nangis. Aneh emang.
"Dinnn...." Dari suaranya gue bisa tahu itu mama. Gue bisa ngerasain mama duduk di kasur lalu ngelus rambut gue yang gak ketutup selimut.
"Kamu kenapa hmm?" tanya mama, tapi gue tetep pura-pura tidur.
"Yaudah, kalau gak mau bilang. Kamu udah gede, udah bisa nyelesaiin masalah kamu sendiri. Tapi inget, mama selalu siap dengerin cerita kamu," ucap mama lagi setelah beberapa lama gak ada respon dari gue.
Ucapan mama sukses buat gue mewek lagi. Dengan segera gue keluarin separuh badan dari selimut, lalu berbalik meluk mama. Gue luapin semua tangis dan mama cuma diam sambil nepuk punggung gue.
Gue bersyukur banget mama gak nanya lagi. Sampai akhirnya gue capek nangis dan tertidur, mama cuma ngelus kepala gue, tanpa kata sedikit pun.
***
Saat bangun, gue langsung berhadapan dengan wajah Rifky yang selalu menjadi mood booster. Namun, begitu ingat kejadian semalam gue langsung kesal sendiri. Gue pun menarik bantal yang gak kepake dan melempar foto Rifky sampai jatuh.
"Kenapa sih, kamu gak minta maaf aja? Terus kasih alasan yang bisa aku terima," ucap gue monolog kepada foto Rifky yang jatuh.
Baru aja nyumpahin Rifky dengan kosa kata yang udah terangkai dalam otak gue. Ponsel gue bunyi, mengalihkan fokus.
The Gibah (4)
Riyanti Novia:
[Morning pemalas]Paramitha W:
[Gue udah dkantor
Plus setumpuk laporan]Riyanti Novia:
[Tumben rajin]Paramitha W:
[Sialan]Julita Arfany:
[Eh @Ardina Mayangsari tadi gua ketemu Rifky sama Reza]Riyanti Novia:
[Masih idup tuh orang?
Dimana Jul?]Julita Arfany:
[Indomarket dekat kantor gua][Hmm]
Paramitha W:
[Tumben kalem
Biasanya heboh Din?]Riyanti Novia:
[Pms kali][Gue putus sama Rifky
Kemarin]Julita Arfany:
[What?]Paramitha W:
[What? (2)]Riyanti Novia:
[What? (3)][Kompak banget]
Julita Arfany:
[Kok bisa?][Bisa lah
Masa dia lebih milih nemenin Reza daripada gue?]Riyanti Novia:
[Mampos][Jahatnya]
Riyanti Novia:
[Kan gue dah bilang
Dia tuh gay
Cuma gak mau ngaku][Auah gelap]
Julita Arfany:
[Wkwk
Welcome to the club aja ya Din][Club apaan njir]
Julita Arfany:
[Jojoba club][Dih najisin
Ogah gue]Riyanti Novia:
[Gue join dong]Paramitha W:
[Putus dulu sm Fajar]Riyanti Novia:
[Amit2]Gue cuma bisa ketawa baca chat mereka dan gue bersyukur banget punya sahabat seperti mereka yang gak nunjukin rasa kasihan ke gue. Itu lebih baik, setidaknya daripada menghibur gue dengan kalimat-kalimat motivasi yang menurut gue bullshit. Faktanya, move on gak semudah nge-like foto motivasi di Instagram.
Walaupun terlihat cuek, gue tahu mereka peduli. Buktinya gue dapat kiriman paket go-send isinya beberapa keping DVD film horor, kek The Conjuring 2, Light Out, Train To Busan, Danur, Annabelle dan banyak lagi. Gak lama masuk pesan di line gue.
Julita Arfany
[Paket gue dah nyampe?
Spesial buat lu
Kali aja butuh teriak][Mtj]
Walaupun begitu, gue nonton juga tuh film dari July. Bukannya takut sambil teriak, gue malah nangis nontonnya. Untung aja gue nonton sendirian. Bisa-bisa dikatain aneh, padahal emang.
To be continued...
Partnya nganu. 😅😅😅
Andieeeeer,
Pinrang, 25 Agustus 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Bukan GAY!!!
General FictionTemui Dina dengan segala kegalauannya. Punya pacar, dengan tingkat feromon yang sangat kuat. Bagaimana Dina tidak galau, jika setiap jalan dengan pacarnya ada saja lelaki tampan menghampiri mereka? Bukan untuk berkenalan dengan Dina, tetapi ke paca...