Keduanya memasuki kelas dengan santai disertai dengan tatapan siswa yang ada di depan kelas yang dilaluinya. Menjadi pusat perhatian dan memaksa para kaum hawa mengunci mulutnya rapat-rapat, menatap kedua pria yang berjalan melewatinya.
Rachel menatap sekelilingnya, merasa risih dengan apa yang terjadi saat ini. Terkadang ia merasa heran dengan semua siswi yang ada di sekolahnya, rasanya mereka terlalu berlebihan dengan orang-orang seperti gerombolan Julian. Padahal mereka seharusnya biasa saja, namun mengapa selebay ini?
Entahlah, hanya mereka yang tahu.
"Apaan dah, ni orang-orang. Kenapa pada diem?" tanya Rachel. Tatapannya mengitari penjuru ruangan. Setiap sisi jendela telah dipenuhi oleh beberapa pasang mata disana. Mengintip kedalam ruangan, mencari tahu tentang peristiwa apa yang terjadi. "Garing banget, anjir."
Tak ada tanggapan dari Wina.
Merasa tak dihiraukan, Rachel melirik Wina. Ekspresinya benar-benar menampakkan seseorang yang kagum akan sesuatu yang dilihatnya. Mulutnya sedikit terbuka, seolah tercengang akan apa yang terjadi.
Rachel berbisik. "Win, don't put face like that. He will be suspicious later."
"I know, but, he looks so handsome today."
"Ish, lo tuh..."
"Hay. Lo Rachel kan?" Tanya Raffa.
Rachel mengalihkan pandangannya, lantas mengernyit. Bertanya tentang maksud dan tujuan kedua pria itu kemari. Mencari setitik cahaya kedalam manik matanya yang dapat menyiratkan segala maknanya.
Namun tidak hal nya dengan Wina, ia justru terdiam di posisinya, masih menatap kagum pria yang ada di hadapannya.
Menatapnya seperti orang bodoh yang kehilangan kesadarannya.
Dengan cepat, Rachel menyenggol rekannya, kembali berbisik. "Apaan sih, lo. Biasa aja kali."
"Pangeran gue ada di sini, Hel.." gumam Wina. Perlahan, tangannya meremas jemari Rachel, menahan ke-histerisannya saat ini akibat melihat pria yang disukainya.
Rachel mencubit Wina, menjauhkan tangannya dari terkaman jemari Wina yang kian menyiksa. "Ih, lo tuh. Gak usah berlebihan juga liatinnya. Biasa aja, oke?"
Raffa berdeham.
Rachel yang tersadar akan pertengkaran kecilnya dengan Wina, langsung menghentikannya saat itu juga. Ia yakin, bahwa kedua pria itu pasti sedang memikirkan hal-hal aneh di fikirannya. Menebak-nebak akan apa yang diperdebatkan oleh kedua wanita yang ada di hadapannya. Atau mungkin mereka mendengar?
"I-Iya. Kenapa ya cari gua?" Tanya Rachel.
Raffa dan Abel hanya tersenyum melihat ekspresi Rachel. "Kenalin, gua Abel, dan ini Raff.."
"Lo udah pernah memperkenalkan diri lo sebelumnya." Potong Rachel. "Jadi sekarang, kalian ada urusan apa ke sini?"
"Haha, nyantai kali hel."Ucap Raffa menenangkan. "Dia cuman ngetes lo doang kok, takutnya lo lupa sama kita."
Jayus bet.
Not important.
Rachel memutar kedua bola matanya, malas. "Gue gak peduli ya, lo mau ngetes atau apapun itu. Tapi yang pasti, lo mau ngapain ke sini?" Tanya Rachel ulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rachel Dan Julian
Teen Fiction"Dingin. Gua tau lo kedinginan. Gua gak bisa hapus setiap kesedihan yang ada di ingatan lo, tapi setidaknya, gua bisa ngelindungin lo dan hapus air mata lo." -Julian. Hanya kalimat itu yang mampu diucapkannya. Tak banyak, namun mampu membuat Rachel...