Hingar bingar, serta hiruk pikuk lautan manusia memenuhi kantin siang ini. Tak hanya itu, lalu lalang serta cuap-cuap kebersamaan dari para siswa pun turut mendukung ramainya lokasi.
Terlihat disalah satu sudut ruangan, tengah berkumpul Julian beserta teman-temannya. Mereka tertawa bersama dan saling melontarkan ejekan satu-sama lain. Begitupun dengan Rachel dan Wina, keduanya turut menghiasi tawa mereka.
"Ekspresinya itu loh yang ngakak, hahaha.." ucap Ali.
"Sumpah gua gak bisa pending lagi tuh suara, langsung lari anjir gua gara-gara takut kedengeran pak Sopo." tambah Raffa heboh.
Mereka semua sedang mentertawakan kejadian pagi tadi, dimana Ali dan Raffa melihat wakasek tersebut tengah panik dan kepayahan menjauhkan cicak yang terjatuh dipundaknya. Ia bergidik ngeri setelah itu, bahkan dapat dipasikan bahwa siswa yang melihatnya pasti akan mentertawainya
"Parah sih lo berdua. Kualat lo ntar."
"Bukannya gitu Bel, lo sih gak liat kelakuannya." kilah Raffa yang disertai derai tawanya.
"Ini sejarah banget anjir, sayang gua gak bisa mengabadikannya." tambah Ali.
"Sorry, gua boleh gabung?" Tanya Raihan tiba-tiba. Semua orang yang ada dimeja itu sontak menghentikan tawanya dan langsung menengok ke arah sumber suara. Mereka terdiam dan saling berpandangan satu sama lain.
"Oh iya boleh, duduk aja Rai.." Jawab Ali.
Wina dan Rachel mengernyit, sementara kaum pria menatap Ali tajam. Lantas, Ali menelan salivanya dan berfikir mencari alasan. "Oh, itu.. Tadi Raffa cerita ke gua kalau ada anak baru dikelas kalian, jadinya gua tau deh."
Wina yang ingin berkomentar langsung mengurungkan niatnya kala Raffa menjelaskan lebih lanjut. "Ahh iya. Tadi juga kebetulan kita ketemu pas di toilet." Dustanya. "Gua Raffa.."
Raihan menyambut uluran tangan itu. "Raihan.." Mereka saling memperkenalkan diri satu-persatu, tak terkecuali Rachel. Ia mengikuti skenario dari teman-temannya meskipun awalnya ia mengabaikan uluran tangan itu.
"Rachel.."
Sentuhan itu cukup lama, begitupun dengan tatapannya. Raihan mengunci tangan itu untuk sejenak meskipun Rachel berusaha melepaskannya, entah hal bodoh apa yang ingin ditunjukkannya dihadapan para pria itu dan sahabatnya. Dengan sekuat tenaga, Julian menahan perasaannya. Ia terdiam mengatur nafasnya yang kian memburu. Berusaha sekuat tenaga untuk menahan segalanya.
Semua orang menatap kedua insan itu dengan heran. "Lo kenapa si? Ada masalah?" tanya Wina berbisik.
Rachel menatap sekelilingnya dan langsung meminum minumannya. "Bukan urusan lo.." Jawab Rachel datar. Ia beranjak dari posisi nya sambil membersihkan belakang roknya. "Gua duluan ya? Gua mau ke perpus dulu bentar.."
Julian menahan tangan Rachel. "Ngapain?"
"Mau ngembaliin buku yang minggu kemaren gua pinjem."
"Mau gua temenin?" Tanya Julian
Rachel tersenyum "Gak usah, gua sendiri aja. Duluan ya guys.." Ucap Rachel yang langsung pamit dengan teman-temannya.
"Dia kenapa?" Tanya Abel.
Julian mengedikkan bahunya. Ia menatap Raihan sejenak dan langsung mengabaikannya. "Gak tau gua..."
"Sorry, gua mau ke toilet bentar. Permisi." Semua orang menatap Raihan dengan heran, bertanya-tanya tentang apa yang dilakukannya kali ini. Sementara Julian, pria itu terus memandangi kepergian Raihan.
🌺🌺🌺
Kerumunan setiap orang memadati lorong kelas. Mereka tertawa serta berbagi suka dukanya. Namun disamping itu, jangan tanya apakah ada yang bergossip atau tidak. Karena dengan tegas, semua orang yang melalui lorong-lorong itu pasti menjawab 'ya'. Mereka berkerumun dan membicarakan hal yang tidak penting meskipun tahu kebenarannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/60528939-288-k570086.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rachel Dan Julian
Teen Fiction"Dingin. Gua tau lo kedinginan. Gua gak bisa hapus setiap kesedihan yang ada di ingatan lo, tapi setidaknya, gua bisa ngelindungin lo dan hapus air mata lo." -Julian. Hanya kalimat itu yang mampu diucapkannya. Tak banyak, namun mampu membuat Rachel...