PART 9

449 32 0
                                    

Aroma kopi yang khas menelusup kedalam kedua lubang hidungnya. Menari-nari di dalamnya, menggodanya, dan merayunya untuk segera memesan pesanannya.

Wanita itu mengeratkan sweater nya. Udara diluar cukup dingin dari malam sebelumnya. Rintik hujan berjatuhan, membasahi bumi secara perlahan setetes demi setetes. Tidak begitu besar, namun cukup berdampak bagi kesehatan. "Mas, cafe latte yang regularnya dua ya? Di bungkus." Ucap sang Wanita.

"Baik, silahkan duduk mba. Pesanan akan segera di siapkan."

Pesanan pun tersampaikan, wanita itu mengedarkan pandangannya mencari tempat terdekat yang dapat digunakan sebagai tempat peristirahatannya. Meskipun hanya beberapa meter jarak kafe dengan mobilnya, namun tetap saja ia berjalan dan mengeluarkan energi. Oleh karena itu, penting baginya untuk menyimpan energinya kembali. Terlebih lagi, perdebatan kecil yang terjadi di meja makan tadi benar-benar membuatnya mengalami mood yang buruk.

Nafas lega berhasil dihembuskan olehnya. Setidaknya, ia bisa menghindar dari ejekan bunda dan kakaknya itu. Meskipun saat ini ia bersama Valeryan, namun setidaknya ia tidak separah bundanya. Valeryan masih bisa menahan diri untuk tidak terlalu terlibat dengan ejekan Ratih, sehingga bersyukurlah ia dapat terbebas dari jeratan sang bunda.

Perlu kalian ketahui. Rachel berada di salah satu kedai kopi ternama di daerahnya. Valeryan yang mengajaknya. Ia bilang sebagai permintaan maafnya karena telah membuatnya menunggu lama hari ini. Sebenarnya pria tersebut menawarkan apapun yang di inginkan Rachel, asalkan ia mau memaafkannya. Namun alangkah pengertian Rachel sebagai adik, ia hanya menginginkan kopi yang sudah lama tidak dibelinya. Hasratnya begitu besar untuk meminum apa yang dibelinya saat ini. Ditambah lagi, udara yang dirasa cukup mendukung, dan Valeryan pun menginginkannya. Oleh sebab itu, keduanya memutuskan untuk pergi ke sana membeli kopi yang diinginkan.

Pandangan itu merendah, memandang layar ponsel yang menyajikan beberapa berita perihal aktivitas yang dilakukan oleh beberapa temannya di sosial media. Setidaknya, kegiatan ini dapat mengurangi persentase kejombloannya dimata orang.

Beberapa menit berlalu, belum lama ia duduk dikursinya, seseorang sudah menempati salah satu kursi yang ada di hadapannya. Awalnya, ia berniat mengabaikannya, namun rasa penasaran kian menjalar ketika ia merasa bahwa orang tersebut seperti menatapnya. Dengan perlahan, Rachel mengangkat kepalanya dan terkejut seketika. Selalu seperti itu, dengan tatapan yang sama ketika melihat orang yang ada di hadapannya.

"Lo?"

Mulutnya sedikit terbuka, menghela nafasnya berat setelah melihatnya. Baru saja ia menghindar dari ejekan bundanya, namun sekarang malah pria itu yang ada dihadapannya. Sebenarnya nasib buruk apa yang menimpanya saat ini?

"Ya, tuhan. Kenapa sih, gua harus selalu ketemu lo dimanapun itu?" wajah masam tercetak jelas disana. Dunia memang selebar daun kelor. Dari sekian banyak kedai kopi yang ada didaerahnya, pria itu justru memilih tempat tersebut sebagai persinggahannya. Tempat yang sama, yang kini menjadi tujuannya untuk memenuhi hasratnya.

Julian hanya mengedikkan bahunya tak acuh. "Mungkin emang kita ditakdirin buat ketemu?"

Rachel melongo mendengarnya. Lantas, ia merutuki dirinya dalam hati. Berusaha untuk kembali terfokus dengan berita yang terpapar di layar ponselnya. Mungkin ini hanya mimpi, jadi lebih baik wanita itu memilih untuk mengembalikan fokusnya. Siapa tahu, setelah ini mimpi itu akan hilang dalam sekejap mata.

Rachel Dan JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang