Raffa menekan bel rumah Julian. Menunggu dibukakan pintu oleh sang pemilik rumah sembari mengusap tubuhnya yang basah akibat rintik air hujan. Begitupun dengan kedua temannya. Mereka melakukan hal yang sama selagi menunggu sang pemilik rumah membukakan pintunya.
Abel mengusap dan mengacak-ngacak rambutnya. Membuat tingkat ketampanannya bertambah sepuluh kali lipat dari aslinya. "Bokap Julian lagi ada di rumah, Raff?"
"Iya." jawabnya. "Semalem dia langsung ngambil penerbangan ke Indonesia waktu nyokapnya nelfon. Paling, besok udah balik lagi."
Pintupun terbuka setelah ucapan Raffa berakhir. Seorang pria dengan celana pendeknya dan kaos putih yang dikenakannya tengah berdiri sembari menatap bosan ketiga tamu yang ada dihadapannya. "Gak bosen-bosen ya, lo semua ke rumah gua." sindir Julian.
Raffa mengedikan bahunya tak acuh. "Rumah kedua, jadi wajar aja."
Raffa dan kedua temannya memasuki rumah tersebut tanpa dipersilahkan oleh sang pemilik rumah. Mereka merasa tidak perlu melakukan itu di hadapan Julian, karena menurutnya hal itu tidaklah berguna. Terkecuali jika orang tua Julian atau pembantunya yang membukanya, baru ia akan lebih sopan dihadapannya.
"Bokap sama nyokap lo mana? Kok gak keliatan?" tanya Ali.
"Ada, tuh." ucap Julian.
Ali menghentikan langkahnya. Ia terkejut akan apa yang dikatakan Julian tadi. Ia terkekeh dan langsung mencium punggung tangan keduanya.
Sungguh memalukan.
"Eh.. Om, Tante." sapa Ali.
Mereka semua langsung bersalaman kepada keduanya. Melakukan hal serupa yang dilakukan Ali beberapa detik yang lalu.
Gandha tersenyum ramah. "Gimana kabar kalian? Udah lama ya, kita gak ketemu."
"Baik, Om." jawab Ali. Raffa dan Abel pun melakukan hal yang serupa, menjawab pertanyaan Ghandha dengan ramah dan sopan. "Om gimana kabarnya?"
"Baik.." Jawabnya. "Eh, kalian udah makan? Makan dulu sana. Om sama tante mau pergi dulu sebentar."
"Mama sama papa mau kemana?" tanya Julian.
Gandha dan Risa bertatapan satu sama lain, bertanya tentang siapa yang harus memberitahu putranya. Hingga akhirnya, Gandha tersenyum menghampiri Julian. "Om minjem Ius sebentar ya?" Pria itu membawanya menjauh dari ketiga temannya dan menciptakan ruang tersendiri untuk keduanya berbicara sejenak.
Risa menatap ketiga temannya. Tersenyum memperlihatkan keramahannya sebagai nyonya rumah. "Kalian duluan aja ke atas. Om sama tante minjem Ius dulu sebentar." ucapnya. "Kalau kalian laper, ambil aja makanan didapur."
Ketiganya tersenyum membalas keramahannya. "Iya tante. Nanti kita ambil." Ucap Raffa. "Kalau gitu, kita keatas dulu ya tan?"
"Iya, iya. Jangan lupa ganti baju, nanti kalian masuk angin."
"Sip tante.."
Risa hanya bisa tertawa melihat keakraban mereka. Ia senang melihat mereka mau berteman dengan Julian bahkan sampai sedekat ini. Ia sangat berterimakasih kepada tuhan karena telah mempertemukan anaknya dengan mereka. Karena semenjak kehadiran mereka, Julian tidak lagi merasa kesepian. Ia tidak peduli jika mereka mau datang kapapun menghabiskan seluruh makanan yang ada di rumahnya, yang terpenting kebahagiaan Julian terjamin dengan hal itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rachel Dan Julian
Teen Fiction"Dingin. Gua tau lo kedinginan. Gua gak bisa hapus setiap kesedihan yang ada di ingatan lo, tapi setidaknya, gua bisa ngelindungin lo dan hapus air mata lo." -Julian. Hanya kalimat itu yang mampu diucapkannya. Tak banyak, namun mampu membuat Rachel...