PART 34

166 19 1
                                    

"Julian?" tanya wanita itu.

Keduanya bersitatap satu sama lain. Julian hanya bisa mematung kala melihat wanita yang ada di hadapannya. Tenggorokannya terasa kering, dan ia rasa semuanya akan bertambah kacau saat ini. "Kania? Lo- lo gak apa-apa?" tanya Julian.

Kania, wanita itu bangkit dari posisinya dan merapih kan pakaiannya. "Gua gak apa-apa." ucapnya. Mata itu refleks menangkap luka yang ada di sudut bibir Julian. Lantas, tangan itu sedikit tergerak untuk memastikannya. "Bibir lo? Ada apa? Lo baik-baik aja kan?"

Seluruh pasang mata yang ada di meja tersebut hanya memandang keduanya dengan bingung. Mereka tidak tahu siapa wanita yang mengenal Julian tersebut, ditambah lagi Julian terlihat gugup dan khawatir setelah kedatangan wanita bernama Kania itu. Raut wajahnya berbeda, bahkan kecanggungan kini mulai mengerubungi. Belum lagi Rachel, wanita itu terlihat terkejut dan tidak baik-baik saja akan perhatian yang di berikan oleh Kania. Hatinya terasa aneh, dan dirinya benar-benar merasa kecil dihadapan keduanya. Lantas, Rachel mengalihkan pandangannya dan menetralkan perasaannya.

Dengan cepat, Julian menahan gerakan tangan itu. "Gua baik-baik aja kok. Cuman luka kecil, jadi gak masalah." jawab Julian dengan jelas.

"O- oh. Lo harusnya lebih hati-hati, lain kali jangan sampe gini lagi."

"Mmm, it's okay.." Julian tersenyum canggung sembari was-was terhadap keadaan. Ia menyadari kecanggungan tersebut, lantas ia langsung memperkenalkan wanita yang sebelumnya ditabrak olehnya. "Guys, kenalin. Kania.."

"Kania.." Ucap Kania memperkenalkan.

"Hai, gua Ali. Ini Raffa, Abel, Wina, dan..."

"Rachel... Seneng bisa kenalan sama lo." sambut Rachel.

"Thanks... Gua juga seneng bisa kenalan sama lo dan kalian semua. Gua harap, kita bisa berteman baik mulai sekarang."

Semuanya terdiam untuk beberapa saat. Lantas, Raffa tersenyum canggung dan mempersilahkan Kania untuk duduk. "Silahkan duduk Kan, buat diri lo senyaman mungkin."

"Makasih.."

Kania mendudukkan dirinya di samping Julian. Ia tersenyum, bahkan dirinya terlihat lebih segar sekarang. Rona pipi itu sudah kembali muncul, dan kulit pucat itu tak lagi menghiasi dirinya seperti pertemuan terakhirnya. Julian sedikit bahagia karena wanita itu bisa pulih secepat itu, ia harap kebahagiaan selalu mengiringi langkahnya.

Mereka mulai berbincang sedikit demi sedikit, bahkan Ali pun tak sungkan untuk tetap memberikan leluconnya agar suasana tidak begitu canggung disana. Julian tahu, mungkin sangat mendadak jika tiba-tiba Kania datang dalam keadaan seperti itu. Bahkan dirinya pun terkejut akan kehadirannya yang begitu tiba-tiba. Ingin ia bertanya, namun saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mempertanyakan kehadirannya disana.

Senyum bahagia terus terlukis dibibir wanita bernama Kania itu, namun tidak dengan Rachel. Ia hanya bisa menampakkan senyum palsunya dihadapan semua orang. Ia turut bahagia melihat Julian dan yang lainnya bahagia, namun entah mengapa secuil perasaan aneh muncul di benaknya. Ia tak tahu persis, namun dadanya terasa sesak kala melihat kedekatan Julian bersama wanita lain. Ia terus bertanya dalam hatinya, 'Mungkinkah ia bisa menghancurkan tembok itu setelah kehadiran Kania? Mungkinkah pria itu berhasil merestart semuanya? Dan mungkinkah semuanya akan baik-baik saja seperti apa yang diharapkannya?' 

Mungkin. Semua itu mungkin saja terjadi. Ia harap, apa yang terjadi adalah yang terbaik untuk semuanya. Semoga..

Semoga tuhan mendengarkan do'anya.

🌺🌺🌺


Hujan telah berlalu menyisakan beberapa genangan yang menghiasi jalanan.

Rachel Dan JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang