'Lo pucet banget tadi, gue harap lo baik-baik aja. Oh ya, maaf karna tadi gue ga bisa nyelametin minuman sama roti lo. Dan alhasil gue cuman bisa ngegantiin dengan ini. Jangan lupa di makan ya.'
Julian.
Seketika, wajahnya berubah saat melihat siapa pengirimnya. Ia terkejut, fikirannya kini dipenuhi oleh banyak pertanyaan yang beterbangan di kepalanya. Pertanyaan yang bahkan sangat sederhana namun tak mampu untuk ia jawab.
Rachel masih tidak percaya jika Julian yang membantunya tadi. Karna jelas-jelas sikapnya kepada Rachel tadi siang, menunjukkan kalau bukan Julian yang menolongnya.
Ponsel nya berbunyi, pertanda sebuah telepon masuk. Dengan cepat, Rachel meletakkan coklatnya dan langsung mengambil ponselnya.
Wina the pooh
Rachel mengernyit. Membaca id call yang tertera di sana. Ia memerhatikan jam dindingnya sejenak. Tumben sekali fikirnya Wina menelfon tanpa mengiriminya pesan terlebih dulu, jam segini pula.
Tanpa menunggu waktu lama, Rachel segera menggeser tombol hijau di layar ponselnya.
"HEL, LO DIMANA?"
Rachel menjauhkan ponselnya sejenak, menghindari kerusakan telinga yang akan terjadi nanti. "Salam dulu kek, apa kek. Teriak, pula.." Omel Rachel.
"Eh, iya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Bodo amat ya, Win. Telat banget lo.."
Wina mendengus. "Terserah lah pokoknya. Lo dimana?"
"Gue dirumah, emangnya kenapa?"
"Pliss buka laptop sekarang dan jawab Vcall dari skype gue."
"Ribet lo. WA aja sih kalo mau Vcall."
"Ga puas kalo dari WA. Udah sih buka aja, ribet banget."
Dengan malas, Rachel membuka laptopnya saat itu juga setelah memutuskan sambungan dari sang Wina the pooh.
Beberapa menit kemudian, laptop menyala dan langsung terhubung dengan jaringan. Dan saat itu juga, panggilan skype menyambut nya.
Lama kelamaan, Rachel menjadi penasaran dengan apa tujuan Wina memanggilnya secepat ini. Sebenarnya apa yang ingin di sampaikannya? Rachel berjanji pada dirinya, jika apa yang Wina katakan tidak penting seperti kucingnya yang kembali melahirkan, ataupun salah satu anaknya yang menghilang padahal ada di bawah kasurnya tengah tertidur, Rachel akan melaknatnya saat itu juga.
Panggilanpun tersambung, menampakkan seorang wanita dengan rambut yang acak-acakan serta nuansa kamar yang dikenalnya.
Rachel mengernyit ketika melihat Wina yang tengah uring-uringan seperti orang panik. "Lo kenapa sih win?"
Wanita di seberang sana menolehkan pandangannya dengan cepat. "Akhirnya. Lama banget sih lo nyalain laptop doang."
"Ye.. Bodo amat ya, Win. Gue matiin, nih.."
"Eh, eh. Baper banget sih. Ini penting banget tau, urgent! Very very urgent." ucapnya lebay.
"Ya lagian, rempong banget lo. Awas aja kalau ga penting. Gue jotos, lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
Rachel Dan Julian
Novela Juvenil"Dingin. Gua tau lo kedinginan. Gua gak bisa hapus setiap kesedihan yang ada di ingatan lo, tapi setidaknya, gua bisa ngelindungin lo dan hapus air mata lo." -Julian. Hanya kalimat itu yang mampu diucapkannya. Tak banyak, namun mampu membuat Rachel...