Waktu terus berputar. Siang berganti malam, dan malam berganti siang.
Seperti kemarin, Rahel diantar oleh kakak nya ke sekolah. Hari ini, kakaknya belum juga masuk sekolah, sehingga ia hanya bisa menjadi supir pribadi Rachel selama menganggur tidak ada aktivitas.
Tanpa menunggu waktu lama, Rachel langsung turun dari mobil setelah berpamitan dengan Valeryan. Ia melangkahkan kakinya, dan tiba-tiba..
"Byuuurrr"
Siraman air keruh itu berhasil mengenai tubuh Rachel. Membuat seragamnya kotor, dan basah akibatnya. Valeryan yang melihat keadaan adiknya itupun langsung turun dari mobil.
"Woy berhenti looo!!" Teriak Valeryan kepada sang pengendara.
Satu persatu kata makian pun keluar dari mulutnya, alhasil pengendara tersebut memberhentikan motornya dan langsung mendekati Rachel serta Valeryan.
"Lo kalo bawa motor hati-hati dong, udah tau ada genangan air. Masih aja lo lewatin, dan sekarang lo liat kan baju adek gue?"
Pria itu langsung membuka helmnya dan seketika memerhatikan seragam Rachel yang kotor karena ulahnya.
Kedua insan yang emosinya tersulut, terkejut ketika melihat orang yang berada di balik helm tersebut.
"Julian?" tanya Valeryan.
Mendengar namanya disebut, Julian menengok kearah sumber suara. Ia terkejut oleh apa yang dilihatnya. Apa ini semua mimpi?
"Kak Ryan?" tanya Julian. "Lo Valeryan, kan?"
"Eh, anjir.. Ga nyangka banget kita bisa ketemu disini."
Julian tertawa. "Iya. Kebetulan banget. Apa kabar lo kak. Udah lama ya kita gak ketemu.."
Keduanya lantas bernostalgia ria tanpa menghiraukan sang wanita yang malang karena kecerobohan sang pengendara motor. Bersalaman, seolah teman baik yang sudah lama tidak berjumpa.
"Wahh baik kok.. Lo gimana? Sekolah disini?"
"Gue baik." Jawabnya. "Iya gue SMA disini. Kok lo ada disini sih? Pindah sekolah?" Tanya Julian.
Rachel hanya bingung menatap keduanya. Membuatnya berfikir keras tentang bagaimana nasibnya sekarang. Bisa-bisa ia dimarahi guru jika seragamnya kotor seperti ini. Ditambah lagi, hari ini ada pelajaran pak Jawa sang guru galak. Bisa habis dia di maki olehnya.
"Tunggu-tunggu, kok kalian kenal sih? Dan sekarang nasib seragam gue gimana?" tanya Rachel bingung.
Di satu sisi ia tidak mengerti tentang hubungan keduanya, dan di sisi lain, ia cemas akan seragamnya.
"Kapan lo ke Jakarta? Kok gak ngabarin gue dulu si.."
"Beberapa hari yang lalu. Sorry Jul. Gua kira nomor lo udah ga aktif.."
"Ohh gitu... Enggak kok nomor gua masih yang lama. Eh, bagi pin atau WA lo dongg.."
Rachel benar-benar geram dengan tingkah keduanya yang mengabaikannya. Rasanya, ingin sekali ia menjambak keduanya dan mengulitinya hidup-hidup. Berteriak, meminta pertanggung jawaban atas apa yang di perbuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rachel Dan Julian
Teen Fiction"Dingin. Gua tau lo kedinginan. Gua gak bisa hapus setiap kesedihan yang ada di ingatan lo, tapi setidaknya, gua bisa ngelindungin lo dan hapus air mata lo." -Julian. Hanya kalimat itu yang mampu diucapkannya. Tak banyak, namun mampu membuat Rachel...