PART 29

258 20 0
                                    

Langit indah nan cerah menghiasi malamnya. Angin sepoi-sepoi, bahkan kilauan bintang berhasil menyita perhatiannya. Rachel hanya bisa berdiri disisi pagar balkonnya sembari menatap langit itu lurus. Sejujurnya ia bingung dengan perasaannya sendiri, entah apa yang di katakannya kepada Julian siang tadi, ia merasa aneh. Untuk apa ia meminta Julian untuk membantunya melupakan Raihan? Bahkan disisi lain, sebuah perasaan asing terus menerus mengganggunya. Menghampirinya, dan kemudian memaksanya untuk terus mengikutinya.

Semakin hari, ia semakin menerima keberadaan Julian. Hatinya menolak kala mendengar Julian mengatakan bahwa ia akan menjauh darinya. Hembusan nafas, bahkan detakan jantungnya mampu tercekat kala mengetahuinya. Ia tak tahu, namun hal itu lah yang terjadi kepadanya.

Rachel menyesap tehnya sembari berfikir ulang tentang masa yang pernah dilaluinya. Hatinya begejolak, bingung menentukan langkah yang akan diambilnya. Dirinya berusaha keras menolak keberadaan Raihan, namun hatinya masih sedikit menyimpan keberadaannya. Ia bingung, namun tekadnya mantap untuk melupakan pria itu.

Sekali lagi, wanita itu menghela nafasnya. "Gua gak tau, tapi mungkin inilah saatnya." gumam Rachel. "Gua gak berhak atas diri lo Jul, tapi gua berhak untuk bisa kembali bangkit dari keterpurukan gua. Mungkin emang ini jalan gua, dan mungkin emang lo orang yang tepat buat bantu gua keluar dari masalah ini. Gua percaya sama lo, dan gua yakin kalau lo bisa mewujudkan itu."

🌺🌺🌺

Riasan make up tipis berhasil diaplikasikannya. Rachel memerhatikan wajahnya, ia tersenyum kagum melihat hasil dari buah karya nya itu. Rambutnya ia cepol dan membiarkan beberapa helainya terurai membelai pipinya. Dengan gaun berwarna dongker dan beberapa accessories di rambutnya itu, Rachel berhasil menjadikan dirinya terlihat anggun. Sangat cantik.

Malam ini, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke pesta Vinka. Entah apa yang dipikirkan oleh wanita itu kemarin, yang jelas Vinka mengundangnya dengan ramah. Dengan beberapa pertimbangan dan bujukan maut dari Valeryan, Rachel akhirnya menyetujui hal itu.

Sebuah notif muncul dilayar ponselnya. Rachel segera meraihnya dan membuka pesan tersebut.

Julian

'Gua udah didepan rumah lo..'

Rachel segera memasukkan ponselnya dan bergegas menghampiri Julian yang sudah ada didepan rumahnya. Sebelumnya, ia sudah memberitahunya bahwa seluruh keluarganya sedang tidak ada di rumah. Kedua orang tuanya sedang ke bandung menjenguk neneknya sejak kemarin, sementara Valeryan, pria itu sudah lebih dulu berangkat ke pesta.

Tolong jangan tanya mengapa Rachel tidak pergi bersama Valeryan, hal tersebut dikarenakan Julian yang menghasutnya agar ia tidak pergi bersama adik tercintanya itu. Seperti yang kalian ketahui, Valeryan memang selalu mendukung Julian dalam keadaan apapun, terutama jika hal tersebut berhubungan dengan Rachel.

Rachel membuka pintunya. "Hai.." sapa Rachel. "Sorry gua lama."

Julian terdiam menatapnya, pandangannya terkunci seketika seolah ada magnet yang menarik dirinya untuk tidak mengalihkan pandangannya. Dalam beberapa detik, Julian mengembalikan kesadarannya. Ia mengalihkan pandangannya sembari mengusap tengkuknya canggung. "Ah, gak apa-apa."

Rachel yang sedikit merasa canggung akibat tatapan Julian, ia hanya bisa mengganggukkan kepalanya sembari menyelipkan beberapa helai rambutnya. "Ya udah, kita berangkat sekarang kan?"

"Oh, iya iya.. Ayok."

Keduanya berjalan dengan Rachel yang mendahuluinya, sementara Julian, pria itu justru masih merutuki sikap anehnya itu.

Rachel Dan JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang