PART 27

157 6 1
                                    

"WOY!!"

Raffa terlonjak ketika Ali mengejutkannya. Ia meninju lengan Ali dengan cukup kencang akibat keterkejutannya. "Anjir nih orang, kesel banget gua." Ia mengelus-elus dadanya sembari mengucapkan beberapa kalimat yang dapat menenang kan debaran jantungnya. Namun disisi lain, hatinya mengucapkan beberapa sumpah serapah untuk temannya yang satu itu.

Ali tertawa, lantas melebarkan kakinya untuk melangkah melewati kursi dihadapannya. "Kenapa lagi lu?" Tanya Ali.

"Gak apa-apa.."

Ali mencomot stick kentang Raffa yang tersaji dengan indahnya diatas piring. "Gua denger Raihan beneran sekelas sama lo. Gimana?"

"Gimana apanya?"

Ali berdecak. "Lo kayak gak tau aja. Udahlah, lupain." Acuhnya. "Sekarang gua tanya, ngapain lo bengong-bengong gitu kayak kambing congek? Julian, Abel gak ikut?"

"Sialan lo. Bajeng emang." Umpat Raffa. "Mereka udah duluan tadi. Abel baru aja cabut."

"Oh.." Ali manggut-manggut meresponnya sembari menikmati minuman yang dibelinya.

"Li, gue duluan ya.." Ucap Aldi yang datang tiba-tiba. "Raff.."

Ali menjauhkan bibir botol itu dari mulutnya dan menyeka beberapa sisa yang menempel disudut bibirnya. "Eh, lo udah selesai?" Tanya Ali.

"Udah. Gue beli ini aja, mau ke kantor juga."

"Oh, ya udah deh." Balas Ali mempersilahkan. "Sorry ya, Di.."

"Iye, nyelo.."

Aldi berlalu, sementara Raffa masih bergemelut dengan wajah kambingnya. Ali yang memerhatikannya hanya bisa geleng-geleng kepala sambil menahan tawanya. Ia menyenggol Raffa dan berbisik kepadanya. "Woy Raff.. Ada Ghina noh, cepet elap iler sama belek lo.."

Spontan, Raffa langsung mengelap sudut bibir dan matanya. "Sialan lo, anjir. Mana bego?"

Ali tertawa dengan puasnya melihat respon Raffa yang begitu terkejut akan tipuannya. Ia meletakkan minumnya diatas meja dan membenarkan posisi duduknya. "Lagian lo masang muka begitu lagi. Ganteng kagak.."

"Ah, sialan banget lo. Dasar kacang keberuntungan."

"Hahahaha.."

"Bacot lo lah.." Ucap Raffa. "Gua lagi pusing nih mikirin temen lo.."

"Pusing kenapa sih? Siapa yang lo pusingin?"

"Siapa lagi. Juminten."

"Waahh, hahaha.. Kenapa lagi dia?"

Raffa mengalihkan pandangannya menatap Ali. "Lo udah ketemu dia belum sih, hari ini?" Tanya Raffa tiba-tiba.

Ali mengangguk. "Udah. Istirahat pertama tadi kan, masa lo lupa? Pikun dasar."

"Ah, gua heran sama tuh anak. Dia kayaknya ada problem deh sama Raihan." Ucapnya. "Lo tau gak sih?"

Bahu itu terangkat beberapa senti. "Mana gua tau. Dia kan kalau punya masalah selalu diem-diem bae." Ucapnya. "Kayak gak tau dia aja, lo.."

"Iya juga sih. Tapi gua rasa, ini ada hubungannya sama Rachel."

"Sok tai lo."

"Gua serius. Masalahnya, sepanjang hari ini tuh gua selalu denger kayak orang-orang tuh ngomong-ngomongin abang gua dan bawa-bawa si Rachel. Awalnya gua kira salah denger, tapi ternyata enggak. Mereka emang ngomongin sesuatu gitu."

Ali terdiam beberapa saat memikirkannya. Otaknya berfikir sejenak mengenai kebenaran tersebut. Karena sebenarnya, hari ini memang banyak sekali cuap-cuap gossip mengenai pria tersebut. Meskipun kebanyakan wanita yang mengagumi ketampanannya, namun tak banyak juga orang yang mempertanyakan alasan kepindahannya ke Indonesia. Terutama anak bahasa dan kelasnya yang kebanyakan mereka adalah alumni Travy. "Terus kenapa lo gak nguping pembicaraan mereka aja?"

Rachel Dan JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang