PART 38

71 15 0
                                    

Dering bel panjang berbunyi, pertanda berakhirnya aktivitas sekolah hari ini. Tak ada yang asing dari sebelumnya, seluruh siswa mulai berseru riang kala alarm surgawi itu berbunyi. Berbondong dengan semangat empat lima yang luar biasa, semuanya bergegas membereskan buku-bukunya dan langsung meninggalkan area sekolah.

Tawa sapa yang setiap harinya membanjiri lorong maupun lapangan sekolah seakan tak mampu di sembunyikan oleh penglihatan mata. Disana, Ali tertawa menampakkan deretan gigi putihnya. "Pele anjir..."

"Makanya kata gua geh." seru Lio disertai tawanya. "Udah lah, gua duluan ya?"

"Yoks! Hati-hati yo!" Ali melambaikan tangannya dan langsung menghampiri Abel. Senyumnya memudar kala matanya tak mendapatkan sosok Raffa ada di sana. "Kemana dia?"

"Udah balik, ada urusan penting katanya." jawab Abel.

"Oh gitu, ya udah atuh yuk!"

Keduanya bersiap memakai helmnya. Di ujung penglihatannya, Ali sedikit mengernyit kala sebuah keanehan mengganggu penglihatannya. Dengan seksama, pria itu menahan gerakannya dan terus memandangi orang yang ada di ujung penglihatannya itu. Terlihat familiar, namun sangat tidak mungkin jika orang itu adalah orang yang sama dengan yang ada di fikirannya. Mungkin mereka hanya mirip, namun jauh di dalam lubuk hatinya, Ali benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi sekarang.

🌺🌺🌺

30 menit berlalu sejak awal perjalanannya dari sekolah, Raffa menghentikan motornya kala mobil Yang diikutinya itu memasuki rumah sakit yang saat ini menjadi tempat kediaman Julian selama beberapa hari ke belakang. Ia sedikit mengernyit, bertanya-tanya tentang tujuan pria itu kemari. Sebenarnya apa yang di lakukannya di sana? Mungkin memang benar informasi yang di dapatkannya itu, dan saat inilah ia benar-benar harus memastikan kebenarannya.

Kembali Raffa melajukan motornya memasuki area Rumah Sakit. Matanya terus mengamati tanpa berpaling sedetikpun, dengan hati-hati ia kembali mengikuti pria itu. 

Satu persatu lorong berhasil dilaluinya, Raihan terus melangkah tanpa menyadari seseorang yang mengikutinya sejak tadi. Tanpa ragu, pria itu memasuki sebuah bangsal VIP yang berdekatan dengan kamar inap Julian. Raffa semakin penasaran, lantas ia mendekat dan terus mencari tahu. "Sebenernya apa sih yang lo sembunyiin selama ini." tutur Raffa.

Matanya terkesiap kala membaca papan nama yang tercantum di sana. Sebelumnya, ia tak pernah mendengar nama itu dalam jajaran teman Raihan. "Bonavassita breedie?" tanyanya. "Who?" Otaknya terus berfikir, mencari tahu berbagai jawaban atas rasa penasarannya.

"Permisi sus, saya mau tanya tentang pasien yang ada di kamar ini. Kira-kira dia udah berapa lama ya di sini?"

"Oh nona yang ada di sini. Dia udah beberapa hari dirawat di sini mas, mungkin sekitar 7 hari yang lalu. Memangnya ada apa ya?"

"Oh, gak apa-apa." jawab Raffa. "Kalau boleh saya tau, dia sakit apa ya sus?"

"Kalau urusan itu saya tidak bisa memberi tahu mas. Semua itu termasuk privasi pasien, jadi maaf karena kami tidak bisa memberi tahunya."

Raffa bergumam. "Ya udah deh, makasih ya sus."

"Iya, sama-sama."

Suster itu berlalu, dan hingga saat ini rasa penasaran itu semakin bertambah kala mengetahuinya. "Bonavassita.. 7 hari lalu." gumamnya.

Rachel Dan JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang