PART 19

311 25 0
                                    

"Hai Raff, Bel.."

Sapaan itu berdatangan satu-persatu, memenuhi sepanjang langkahnya dalam melewati koridor kelas yang menghantarkannya ke kantin sekolah.

Keduanya hanya tersenyum membalas keramahannya, bersikap sopan menghormati sang penyapa.

"Julian jadi ke Bandung, Raff?" Tanya Abel. "Ngapain sih dia?"

"Iya, jadi. Gak tahu gua juga, ngapain." Ia menunjukkan ponselnya. Memberitahu bahwa ia baru saja bertanya kepada saudaranya. "Nih, barusan gua tanya dia."

Abel hanya melirik, memerhatikan jalannya. "Terus apa katanya?"

Raffa menggedikkan kedua bahunya tidak tahu, lantas menyodorkan ponselnya kepada pria tersebut. "Baca aja sendiri."

Abel menatapnya sejenak dan langsung mengambil ponsel tersebut. Membaca beberapa pesan yang sebelumnya menjadi perbincangan keduanya. "Parah lo, anjir." Abel mengembalikan ponsel Raffa yang disambut dengan cengiran khasnya. "Temen mau move on, juga."

"Halah, gak yakin gua dia bisa move on. Gak tahu aja lu." Senyum tipisnya kembali muncul membalas sapaan seseorang. Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa perhatiannya tetap pada pokok pembahasan. "Nih, kuping gue korbannya."

Abel mengerutkan keningnya tipis. Tidak mengerti dengan maksud ucapannya. "Emang kenapa?"

Raffa baru menyadari ucapannya. Dengan cepat, ia langsung bersikap tak acuh seolah tidak peduli. "Ya gitu deh." Dengan cepat, matanya menangkap keberadaan seseorang yang tak asing baginya. "Woy, Li!" Raffa berlari kecil diikuti Abel dibelakangnya menghampiri Ali yang sudah siap dengan sepiring siomay dan segelas pop ice dihadapannya. "Enak tuh kayaknya."

"Alah, bilang aja lo mau. Nih, baik gua mah.." Ali menyodorkan piringnya, mempersilahkan kedua temannya untuk menikmati siomay yang dibelinya.

"Mana ada orang baik bilang dirinya baik." Sindir Raffa. Lantas, ia yang tergiur langsung melahap siomay yang ada.

"Berisik banget lu, minta doang geh belagu." Protes Ali. Ia meminum pop icenya, memerhatikan Abel sejenak. Berniat untuk bertanya tentang kelanjutan kisah rumitnya kemarin. "Gimana Wina, Bel? Udah minta maaf?"

Belum sempat Abel menjawab, Raffa telah terlebih dulu mendahului nya. "Boro-boro minta maaf, doi aja duduk sama sahabatnya." Ceplos Raffa.

"Rachel?"

Raffa mengangkat alisnya, tetap pada posisinya. "Gua udah minta maaf tadi, tapi malah dia yang balik minta maaf ke gua." Ucap Abel. "Dia bilang, Rachel lebih pantes dapet kata itu."

Raffa berdecak. "Cewek lu rumit, Bel."

"Dia bukan cewek gua, Raff."

"Tapi sikap lo gak nunjukin itu, Bel." Raffa segera beranjak dari kursinya. Memerhatikan sekelilingnya, mencari keberadaan bibi siomay yang hilang ditelan kerumunan. "Udah ah, gua mau ke toilet dulu." Setelah ia berhasil menemukan keberadaan sang penjual, ia langsung mengangkat tangan kanannya. "Bi Tati, siomaynya dua ya?"

Wanita paruh baya itu menengok dan mengangkat jempol kanannya diudara. Menandakan bahwa dirinya akan segera membuatkan pesanan untuknya.

Rachel Dan JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang