PART 41

63 7 1
                                    

Cahaya matahari mulai menyinari ruangan. Menembus lapisan bening itu dan turut menyinari wajah cantik itu. Dengan cepat, Rachel membuka matanya beberapa saat dan langsung menggerak-gerakkan tubuhnya serta mengacak-acak rambutnya frustasi diatas ranjang. Menutup wajahnya dengan bantal, dan mencengkeramnya dengan kuat.  "Aaaaaakkkk!!

Wanita itu berteriak frustasi.

Sejak semalam hingga saat ini, rasa kantuk tak juga datang menghampirinya. Meskipun berbagai cara sudah dicobanya, namun wanita itu tetap tak bisa mengistirahatkan dirinya walau untuk 5 menit saja. Fikirannya terus berkeliaran kemana-mana, memikirkan berbagai macam hal yang mengantre didalam otaknya. Seketika, Rachel terbangun dari posisinya dengan menampakkan wajah yang sungguh berantakan. Bukan hanya itu, bahkan lingkar hitam yang ada di matanya turut menghiasi wajahnya. Sangat hitam.

Bibir itu mengerucut. "Moo nangiss..." Keluh Rachel. "Nyebelin banget sih anjir, kesel banget jadinya."

Satu persatu keluhan itu muncul dibibirnya. Rachel benar-benar frustasi dengan sebuah kenyataan dimana keadaan Julian kemarin terus membuatnya merasa bersalah. Rentetan peristiwa perihal kata demi kata yang terucap oleh pria itu benar-benar terekam jelas olehnya, ia kecewa dan marah, bahkan sakit hati mendengar itu. Namun disisi lain, ia juga benci karena harus mengetahui bahwa bukan itulah maksud dari ucapannya. Ada hal lain yang harus Rachel pahami perihal sikap Julian yang seperti itu. Karena bagamanapun, air mata tak mungkin mengalir begitu saja jika hati, fikiran, dan tindakan yang diambilnya sudah sejalan.

Rachel bangkit dari posisinya dan menatap flower crown yang sebelumnya diberikan oleh Julian. Tangan itu terulur menyentuh benda tersebut. Dipandangnya dengan seksama hingga sebuah ketukan terdengar ditelinganya. "Ya?" Jawab Rachel.

Pintu itu terbuka menampakkan wajah tampan milik Valeryan. "Lo gak tidur semaleman?" Tanya Valeryan.

Dapat diketahui oleh Rachel bahwa pria tersebut sedikit terkejut melihat kondisinya. Lantas, Rachel bergumam sembari mengikat rambutnya. "Ada apa? Mau pergi ya?"

Valeryan mengangguk ragu, matanya menelusuri setiap titik dari sudut wajah adiknya itu. Ada rasa lelah tergambar disana. Namun meskipun demikian, ia tidak ingin menambah beban fikirannya dengan berbagai pertanyaan lain, hingga akhirnya ia hanya menjawab seperlunya tanpa memperpanjang percakapannya.  "Iya.. Ada yang nyariin lo tuh dibawah. Gua lupa sih nanya namanya, tapi kayaknya dia temen lo."

"Ya udah, ntar gua kebawah."

"Ya udah kalau gitu. Gua mau kerumah Rifqi, lo jadi pergi sama Raihan?"

"Iya, jam 10 nanti berangkat."

"Oke. Gua berangkat kalau gitu. Assalamu'alaikum."

Tanpa menunggu waktu lama, Valeryan segera menutup pintu tersebut dan membiarkan Rachel bersiap untuk menemui tamunya. Dengan pakaian santai yang sebelumnya digunakan, Rachel berjalan menghampiri tamunya. "Bona?" Wanita itu menengok dan menyunggingkan senyumnya. "Gimana kabar lo? Udah mendingan?"

"I'm fine, thanks ya.."

"Syukur deh kalau gitu. Santai aja kali, maaf ya karena gua udah jarang banget nemuin lo."

"Gak apa-apa, gua udah sehat kok sekarang."

Rachel tersenyum. "Oh ya, mau minum apa?"

"Eh gak usah, gua lagi buru-buru sekarang. Gua cuman mau nitip sesuatu buat lo dan Raihan." Tolak Bona halus. Bersamaan dengan kalimat tersebut, Bona menyodorkan sebuah kotak merah beserta amplop putih yang ada diatasnya. Lantas, ia tersenyum menatap Rachel. "Maaf karena gua gak bisa ngasih apa-apa buat lo, gua harap dengan ini lo bisa memahami sesuatu. Gua gak bisa maksa lo untuk kembali mencintai Raihan, tapi gua harap apapun yang jadi pilihan lo nanti, lo bisa selalu bahagia dan lupain kesedihan lo."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rachel Dan JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang