PART 12

398 30 0
                                    

Bel masuk berbunyi tepat pada saat keduanya memasuki halaman sekolah. Ia tahu, Julian mengikutinya sejak tadi. Entah ada angin apa anak itu, sampai-sampai tingkat keusilannya bertambah seperti tadi. Menyebalkan.

Memang seburuk apa sih, ekspresinya tadi? Padahal sebelumnya, Rachel mulai melunak kepadanya. Ia berniat untuk tidak memulai perang dingin atau adu bacot dengan Julian. Karena bagaimanapun, pria itu telah banyak direpotkan oleh Rachel. Banyak membantunya, dan selalu ada untuknya. Namun inilah kenyataannya, pria itu tetap saja membuatnya kesal dengan tingkah maupun ucapannya.

"Lo baru dateng, Hel? Macet?"

Dan ya, Wina. Hubungan keduanya kian memburuk. Rachel masih belum bisa menerimanya, bahkan sebatas pesan yang setiap harinya dikirimkan oleh Wina pun tidak dibalasnya. Jangankan dibalas, niat membaca pun ia tidak punya. Kedengarannya jahat memang, namun mau bagaimana lagi? Dirinya belum bisa menerima semuanya.

Rachel menghentikan langkahnya, tersenyum tipis saat melihat seseorang yang ada dihadapannya. "Masih peduli sama gua, Win?"

Wina manautkan alisnya, menatap Rachel dengan heran. Ia tidak mengerti dengan apa yang ada difikiran sahabatnya itu. Ia justru semakin menjauh darinya, bahkan sekedar sapaan pun tak mampu mencairkan hatinya.

"Lo ngomong apa sih? Gua gak ngerti deh.."

Rachel meringis lalu menepuk-nepuk pundak Wina seolah tidak terjadi apa-apa diantara keduanya. "Gak apa-apa. Nyantai aja kali Win, gak usah natap gua kayak gitu."

Rachel kembali melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya. Meninggalkan sahabatnya dengan fikiran yang ada di dirinya.

Kini semuanya berbeda. Tidak ada seseorang yang selalu mengajaknya mengobrol, ia sudah jauh. Atau mungkin saja, sebenarnya Wina juga merasa tidak enak dengan apa yang terjadi sebelumnya. Entahlah, tapi Rachel masih merasa kecewa dengannya.

Sebuah lagu mengalun dengan indah melalui headset yang selalu dibawanya. Membuat dirinya hanyut dalam suasana, dan sesekali terlelap kala mendengarkannya. Ia berharap jika pagi ini akan ada freeclass, karena sejujurnya Rachel benar-benar tidak mood untuk hari ini.

Tidak.

Bukan hanya hari ini. Mungkin sampai tahun pelajaran ini berakhir, Rachel akan selalu merasa tidak mood. Dan siap-siap saja, nilainya akan buruk di kelas sebelas ini.

Tiba-tiba saja, seorang pengganggu kembali mengusik ketenangannya. Ia melepaskan salah satu headset yang dipakainya dengan rapih dan nyaman.

Membuat emosinya kembali tersulut akan tingkahnya. "Lo ngapain sih? Gak sopan banget."

"Kenapa? Gua kan cuman mau nyelametin lo dari bu Ratna. Dia dari tadi ngeliatin lo tuh." jelas Julian.

Alih-alih mendengar penjelasannya, Rachel terbelalak ketika melihat seseorang yang berdiri di depan kelas. Lantas, ia melepaskan headsetnya dan langsung memerhatikannya.

'Sejak kapan bu Ratna masuk?' tanya Rachel dalam hati.

Ia menatap Julian dengan seksama. Pria ini benar-benar selalu menyelamatkannya. Kapanpun dan dimanapun itu. Meskipun terkadang, keusilannya selalu membuat emosi Rachel tersulutkan.

Rachel Dan JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang